Siang ini setelah berkeliling Yu garden dengan sedikit kesalah pahaman di antara mereka, Ludius membawa Silvia ke pasar tradisional untuk membeli beberapa bahan masakan untuk makan malam nanti.
Setelah mengendarai mobil bugati sharon selama 10 menit mereka tiba di pasar tradisional yang cukup modern, karena tempatnya rapih dan bersih, namun masih menjual barang dagangan dengan harga murah dan tentunya masih bisa di tawar.
Setelah turun dari mobil, Ludius yang pada dasarnya adalah seorang pria bucin akut langsung menggandeng Silvia cukup erat. Di depan pasar langkah mereka terhenti, dengan tatapan lembut Ludius memandang istrinya yang terlihat berpeluh keringat. Mungkin cukup lelah karena seharian menikmati waktu di luar dengan bejalan kaki.
"Sayang, kita sudah sampai di pasar dan kelihatannya kamu terlihat lelah. Sebelum belanja, lebih baik kita makan siang dulu.. kamu sedang mengandung, tidak baik jika sampai telat makan."
"Makan siang?". Tanya Silvia balik, ia menyangga dagunya sambil memikirkan apa yang ingin di makannya. "Boleh, tapi aku ingin makan bakso, suamiku.." bujuk Silvia manja. Ia menarik-narik lengan jas hitam Ludius hingga menarik perhatian publik.
Sepertinya ini yang di namakan ngidam, Ludius kira Silvia sudah melupakan bakso beranak yang pernah di mintanya beberapa waktu yang lalu, tapi ternyata.. 'Ya ampun, istriku ini.. aku kira dia sudah lupa dengan permintaan anehnya.' Batin Ludius, ia memijat keningnya yang nyut nyut memikirkan permintaan aneh istrinya.
"Boleh, tapi tidak sekarang ya Sayang. Bagaimana kalau aku buatkan saja bakso nya?". Tawar Ludius, walau ia tidak tahu seperti apa cara membuat bakso, tapi tidak ada yang tidak bisa Ludius lakukan, dengan sedikit mengandalkan kecerdasannya semuanya pasti akan berhasil. Setidaknya itu yang di pikirkan Ludius.
Perkataan Ludius membuat Silvia mengeryitkan keningnya, "Suamiku, kamu yakin bisa membuat baksonya sendiri?". Silvia sedikit tidak percaya dengan perkataan Ludius. Seorang Ludius???
"Tentu saja, kamu meragukan ke pandaianku Sayang? Bukankah kamu yang paling tahu bagaimana suamimu ini. Mengapa masih meragukannya.."
"Ba.. baiklah, Ah.. hehe, lebih baik kita masuk ke pasar dulu deh, sambil kamu search dulu deh bahan-bahan untuk membuat bakso." Kata Silvia dengan melebarkan senyumnya. Ia menarik Ludius yang sedang memegang ponsel masuk ke dalam pasar.
"Pertama-tama kita memilih daging sapi untuk di giling dengan beberapa bumbu rempah-rempah." Gumam Ludius, ia mengangkat wajahnya melihat ke sekeliling mencari di mana los penjualan daging. Ekspresi Ludius cukup tercengang dan menikmati apa yang di lakukannya kali ini.
"Bagaimana menurutmu suamiku? Berbelanja di pasar cukup menyenangkan, bukan?". Silvia menyenggol bahu Ludius dengan cengirannya yang membuat Ludius menahan tawanya.
"Uhm, baru kali ini aku berbelanja ke pasar tradisional. Cukup menyenangkan dan menghibur." Ujar Ludius, ia menarik tangan Silvia membawanya ke sebuah los daging.
"Ekhem.. CEO ternama di China akhirnya merasakan belanja di pasar tradisional yang kata orang kumuh dan tidak higienis. Apa kau tidak takut pamormu jatuh suamiku, jika ada orang atau reporter yang memergokimu keluyuran di pasar seperti ini?".
"Tumben sekali kamu jadi orang yang kepo an sayang?". Ia mendekatkan wajahnya tepat di depan Silvia. "Tidak ada yang tidak bisa suamimu ini lakukan, apalagi ini demi istri tercinta. Jangankan pasar loak, kamu memintaku menjadi petani atau kuli panggul pun aku bersedia." Rayu Ludius dengan tatapan mautnya.
Jika saja itu orang lain pasti langsung pingsan mendengar dan melihat bagaimana Ludius merayu wanita. Sungguh pemain yang handal.
Mata Silvia terbelalak melihat jarak mereka yang terlalu dekat, jantungnya berpacu cepat. Untuk ke sekian kalinya ia berdebar karena perbuatan dan perkataan Ludius. 'Ya Tuhan, bagaimana ada pria yang se perfect ini. Suamiku terlalu tampan dan pandai merayu, aku jadi semakin cemburu dengan wanita-wanita yang pernah bermain dengan suamiku. Haissth..'.
Ludius mensentil kening Silvia. "Kamu masih saja malu malu seperti itu, tapi inilah yang aku suka darimu, Sayang. Dimana seorang Silvia yang tak kuasa menahan malu dan menunjukkan cinta dengan cara yang berbeda."
"Dasar narsis.." ejek Silvia.
"Narsis? Walau narsis kamu juga tetap cinta. Benarkan, Sayang.." ledek balik Ludius, membuat Silvia menjadi salah tingkah di depan suaminya.
Karena kesal, Silvia mencubit manja lengan Ludius dan langsung menyambar ke los daging yang ada di depannya. "Pak, daging sapinya ada?". Tanya Silvia dengan ramah. Ia sudah tidak menghiraukan apa yang akan dilakukan Ludius padanya.
"Ada Nyonya, anda ingin membeli berapa?". Tanya pak tua balik. "Ini salah satu daging sapi segar terbaik, Nyonya bisa lihat sendiri dari tekstur dagingnya.." ujar Pak tua penjual daging sambil memperlihatkan dagangannya.
Silvia mengambil sampel dagingnya dan memperhatikan secara seksama tekstur daging yang akan di belinya. "Hmm suamiku, apa kau tahu bagaimana membedakan daging sapi segar dengan yang sudah lama? Menurutmu, ini benar-benar daging sapi?". Tanya Silvia beruntun dengan perhatiannya masih pada daging yang di pegangnya. Karena penasaran dengan dagingnya, Silvia menciumnya dan menurut penciumannya, daging yang di pegangnya saat ini terlihat bukan seperti daging sapi.
'Apakah penciumanku yang salah atau pak tua itu yang berbohong? Mengapa aku merasa daging ini tidak memiliki aroma seperti daging sapi pada umumnya?'. Batin Silvia, ia mengeryitkan kening.
Tahu kalau istrinya sedang kebingungan, Ludius mengambil daging tersebut dari tangan Silvia dan mencium serta memperhatikan tekstur dagingnya. Ludius juga menunjukkan ekspresi yang sama, ia mengeryitkan kening. "Sayang, sepertinya pak tua ini sedang menipu kita, bau ini seperti bau daging babi." Bisik Ludius pada Silvia,
Cukup tercengang mendengar perkataan Ludius, tatapan terkejutnya ia perlihatkan pada suaminya. "Benarkah, Dari mana kau tahu akan hal ini suamiku? Jangan mengada-ada deh..". sergah Silvia lirih, walau ia juga sama curiganya.
"Jangan remehkan suamimu ini Sayang. Dari dulu aku sering memasak makananku sendiri jika pergi keluar kota untuk perjalanan bisnis. Dan ini jelas sekali bau daging babi bukan sapi." Kata Ludius memberitahu di balas anggukan Silvia.
Ludius menaruh daging tersebut di depan pak tua penjual daging dan melihatnya dengan tatapan tegass. "Pak, katakan dengan sejujurnya. ini bukanlah daging sapi melainkan babi, apa yang aku katakan salah.." gertak Ludius secara halus, ia tidak ingin menyita perhatian orang lain.
Seketika penjual daging tersebut gugup, keringat mengucur deras dari pelipis matanya. "Ap.. apa maksud Tuan sebenarnya? Jelas-jelas ini daging sapi segar. Anda jangan menfitnah saya Tuan!". Balas pak tua dengan tegas namun matanya terlihat gugup dan cemas.
"Dengar pak tua! Aku paling benci jika ada orang yang berani berbohong di depanku! Apa kau tahu, dengan tindakanmu ini. Istriku yang tidak boleh memakan daging babi bisa melanggar sendiri pantangannya!".