Napas Linzy tertahan mendengar kata kematian dari mulut Longshang, ia langsung membungkam mulut Longshang dengan menggelengkan kepalanya. "Mengapa kamu senang sekali mengatakan kata mati? Apa kematian itu menurutmu indah? Aku harap kamu tidak akan mengatakan hal ini di masa depan atau aku akan.."
"... Akan apa?". Sela Longshang,
"Akan.. akan membuatmu menyesali karena telah memilih kematian dan meninggalkan ku seorang diri di dunia ini."
"Egois.." sergah Longshang.
"Biar saja aku egois! Salah sendiri kamu memilih mati!".
"Haolah.. jika itu maumu, aku akan mengabulkannya.." Longshang dengan raut serius memperlihatkan dirinya akan menarik semua alat yang terpasang di tubuhnya.
"Tunggu!! Longshang, apa kau gila!". Cegat Linzy, ia menarik tangan Longshang, menghentikan hal gila yang akan Longshang lakukan.
"Mengapa kau menghentikanku, Zy. Bukankah kau tidak memperdulikannya.." kata Longshang datar. Ia berkata tanpa berekspresi, padahal dalam hatinya ia ingin sekali tersenyum melihat kecemasan dari balik wajah jutek Linzy.
"Longshang, apa kau menganggap semua perkataanku adalah kenyataan?".
"Sebenarnya apa maumu, Zy. Aku harap kau tidak sedang mempermainkanku. Sudah cukup 5 tahun ini aku menantimu dengan sia-sia. Aku harap kau tidak melakukannya lagi untuk ke sekian kalinya. Itu menyakitkan."
"Salah paham di antara kita memang cukup pelik, dan itu semua adalah salahku karena tidak mempercayaimu. Bukankah aku wanita yang bodoh."
"Ya, kau cukup bodoh untuk menjadi salah saeorang dari World Medical Association WMA. Mana ada salah satu anggota dari asosiasi kedokteran dunia yang sebodoh dirimu." Ledek Longshang.
"Kau sedang mengejekku, Longshang..?"
"Tidak, tapi lebih baik kita sudahi lelucon ini. aku ingin mandi.."
Longshang berusaha untuk beranjak dari tidurnya, satu-persatu alat yang menempel di tubuhnya ia lepas, namun lagi-lagi Linzy mencegatnya.
"Berhenti, biar aku yang menyeka tubuhmu.." kata Linzy, ia memasang kembali alat yang menempel di tubuh Longshang.
"Kau yakin ingin melihatku telanjang dada?". Tanya Longshang.
Rupanya Linzy masih memiliki sisi imut, wajahnya merona merah. Ia dengan malu-malu menjawab ledekan Longshang. "Mau gimana lagi, hanya ini yang bisa aku lakukan untuk membuatmu tetap segar. Jangan banyak tanya dan DIAM!".
Pertama-tama Linzy membantu Longshang untuk duduk, lalu.. perlahan ia membuka kancing Longshang satu persatu dan membuka pakaian rumah sakit yang Longshang pakai. Kini pakaian Longshang telah terlepas dan hanya memakai selimut untuk menutupi bagian bawah.
Sejenak Linzy terpana melihat bentuk tubuh Longshang yang terbentuk indah. Warna kulitnya yang putih bagai batu giok langka yang mampu menarik pusat perhatian. 'Astaga.. apakah ini bentuk tubuh Longshang? Selama bertahun-tahun baru kali ini aku melihat bentuk tubuh sebenarnya dari Longshang. Walau terluka sekalipun, bentuk tubuhnya tetap indah.. benar-benar indah...' batin Linzy.
"Hei.. Zy, Zy.." panggil Longshang yang melihat Linzy melamun. Ia menyunggingkan senyum melihat Linzy melamun membayangkan tentangnya, setidaknya itu yang ada di pikiran Longshang.
"Eh.. ada apa. Apa kau memanggilku, Longshang?". Tanya Linzy,
"Kau sedang melamun, Zy? Apa sedang memikirkan diriku? Sudahlah.. aku ingin mandi!". Saat Longshang ingin bangun dari ranjang di cegat kembali oleh Linzy.
"Stop! Sudah ku katakan, biar aku saja yang memandikanmu.."
Pasrah juga akhirnya si Longshang. Ia membiarkan Linzy melakukan apapun yang ingin dia lakukan, ternasuk meraba-raba tubuhnya dengan dalih menyeka tubuhnya. Pemikiran yang sungguh membuat orang ambigu.
Linzy mengambil handuk basah dan mencelupkannya pada bak besar yang berisi air hangat lalu memerasnya. Ia perlahan menyeka tubuh Longshang mulai dari wajah leher hingga tubuh Longshang yang tertempel begitu banyak alat.
'Longshang, aku tidak menyangka akan ada hari dimana aku bisa merawatmu seperti ini.. anggaplah ini untuk menebus kesalahanku.' Batin Linzy.
-
30 menit berlalu dan Linzy sudah selesai membantu Longshang membersihkan diri. Kini Longshang sudah memakai pakaian baru dan berbaring kembali untuk merehatkan tubuhnya.
"Kamu lapar Longshang? Uhm .. mengapa suster belum mengantar makan malamnya?", gerutu Linzy.
"Aku tidak lapar, tapi mungkin aku sedikit butuh vitamin untuk membantu pemulihan.." ujar Longshang masih dengan wajah datarnya. Memang dasar Longshang yang minim ekspresi.
"Vitamin? Oh.. ya ya, aku akan memintanya pada bagian apotik.." balas Linzy, ia ternyata sama sekali tidak memahami apa yang di inginkan Longshang.
Tanpa berbicara atau memberi peringatan, Longshang yang gereget karena Linzy tidak memahami apa maksud dari perkataannya langsung menarik tangan Linzy hingga terjatuh di atas tubuh nya.
"Arrgh.." teriak Linzy.
Agar Linzy tidak memberontak dan kabur darinya, Longshang mendekap erat Linzy dan mencuri ciumannya tanpa berbicara apapun.
'Ciuman dari Longshang..!!' batin Linzy, ia tercengang dan hatinya tidak siap mendapat serangan secepat ini dari Longshang.
Bagai seorang pria yang haus akan cinta Linzy, Longshang melumat habis bibir Linzy, mengulum lebih dalam dan bermain indah di dalamnya. Menghasilkan sebuah irama napas Linzy yang naik turun bersahutan dengan napasnya.
"Hufft...!" Linzy mendorong paksa Longshang hingga terlepas tautan ciuman diantara mereka. Napas Linzy tersengal dan saling berburu. Detak jantungnya berdetak lebih cepat membuatnya tidak bisa menunjukkan ekspresi yang seharusnya.
"Longshang, kau berani mencuri ciumanku!". Tegur Linzy, ia mengusap bibirnya kasar.
"Memangnya kenapa, anggap saja ini sebagai hukuman karena telah berbuat nakal semenjak kepergianku."
"Jadi kamu menganggap ini impas?". Tanya Linzy malu dan ragu, ia diam-diam menyentuh bibirnya dengan senyum simpul.
"Bagiku ini impas, tapi kamu masih hutang penjelasan pada orang lain. Dan aku tidak bisa membantumu untuk itu.."
"Aku tahu. Hutang maafku pada orang lain, jangan kau pikirkan. Bagaimanapun aku akan menebusnya karena telah mengkhianati mereka." Kata Linzy dengan mengalihkan pandangannya.
Melihat kekhawatiran di mata Linzy, dengan senyum simpul Longshang memegang kedua tangan Linzy dan menenangkannya. "Jangan khawatirkan hal ini Zy, aku percaya Ludius akan mengerti keadaanmu."
"Aku harap begitu.." Meski mengetakan hal itu, nyatanya tatapan Linzy tidak bisa di bohongi bahwa dirinya cemas dan khawatir keadaan tidak sejalan dengan keinginannya. Apalagi ini termasuk pengkhianatan tingkat tinggi.
Di tengah pembicaraan mereka yang cukup rumit dari arah depan pintu ruang rawat, terdengar seseorang melangkah masuk. "Malam Longshang, bagaimana keadaanmu. Aku dengar kamu terluka dan sempat mengalami kritis.." sapa seorang wanita, ia melangkah masuk dengan membawa keranjang berisi buah.
Suara yang samar itu terdengar familiar di telinga Longshang, ia melihat ke arah orang yang baru saja datang, begitu juga Linzy.. ia menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang menjenguk Longshang dengan sapaan hangat seperti itu.
"Nona Shin.. ada apa gerangan kau menemuiku? Perjanjian kita.. bukankah masih berlangsung 4 hari lagi?". ujar Longshang pada Angela Shin yang baru saja datang.