Chapter 414 - 414. Bertemu denganmu setelah sekian lama

Setelah selesai berbelanja perhiasan batu giok, Ling ling mulai memikirkan apa lagi yang ingin dia beli. Tapi sebelum itu, mereka pergi ke restaurant untuk mengisi perut yang sudah meminta di isi.

"Aku lapar.." Lingling berseru dengan memegang perutnya.

"Kita ke restoran terlebih dahulu. baru berburu belanjaan, bagaimana?". Tawar Silvia.

"Boleh," jawab Ling ling.

Mereka di antar pegawai Mall ke sebuah restoran terbaik, namun di tengah langkah mereka. Ada seseorang yang memanggil dari arah samping. "Silvia, Ling ling!". Seru seorang pria.

Langkah mereka terhenti dan secara bersamaan, Ling ling dan Silvia menoleh ke arah sumber suara. Silvia mengeryitkan keningnya melihat siapa yang sedang menyapa mereka.

"Hans..!" gumam Silvia.

"Bukankah itu Hanson, Dosen kita waktu di kampus?!" sahut Ling ling

Mereka tida menyangka dapat bertemu mantan Dosen di sebuah restaurant di kawasan Mall yang cukup besar seperti ini. Melihat Hanson itu membuat Silvia menjadi teringat kembali akan masa lalunya. Masa di mana dia pertama kali mengenal pria – pria berkedudukan tinggi dan berkuasa. Apalagi saat Silvia tahu bahwa dirinya menjadi bahan taruhan 3 pria berpengaruh di Negara China.

'Ingatan itu takkan pernah bisa hilang setiap kali aku melihat kalian. Hans.. aku sangat ingat saat kau mengajakku ke sebuah party Kavindra Lin dan ternyata saat itu kalian sudah melakukan sebuah taruhan. Aku yang menjadi bahan permainan kalian!'. Batin Silvia.

Dari samping Hanson berjalan menghampiri mereka. Namun sebelum itu terjadi, Silvia mendesak Ling ling untuk pergi dari depan pintu restorant tersebut. "Ling ling, lebih baik kita pergi dari sini! aku tidak ingin berurusan dengan nya." Pinta Silvia dengan tegas pada Ling ling.

"Tapi Sil, aku ingin bercakap sebentar dengan mantan Dosen kita. Meski sudah 2 tahun berlalu, Dosen Hans masih saja tampan.. argh, aku jadi terpikat kembali padanya.." ujar Ling ling.

"Husst.. ingatlah. Kau sudah ada senior Bryan! Masih saja itu mata jelalatan! Yuk ah, pergi dari sini!". Silvia menarik Ling ling pergi dari area restaurant.

Namun langkah mereka berdua kalah cepat dengan Hanson yang sudah mencegat mereka, dan kini Hanson sudah berdiri di depan mereka. "Silvia, Ling ling. Apa yang kalian lakukan di sini?".  tanya Hanson basa basi.

"Apa anda tidak lihat, Pak Dosen Hans. Kami baru saja ingin makan di restaurant. Tapi selera makan kami tiba – tiba hilang" balas Ling ling. Ia tersenyum di paksakan di depan Hanson.

"Aku tidak sedang bertanya padamu Ling. Aku menanyakan hal ini pada Silvia," sergah Hanson.

"Jawabanku sama seperti apa yang Ling ling katakan. Jika tidak ada yang ingin di bicarakan, biarkan kami lewat, Tuan Hanson!". Sahut Silvia jutek, ia tidak menunjukkan senyum nya sama sekali.

Silvia menarik tangan Ling ling pergi menjauh dari Hanson, namun usaha Hanson tidak sampai di sini. Baginya sudah bisa bertemu dengan Silvia secara tidak sengaja adalah sebuah takdir dan tidak ingin menyia – nyiakannya. Ia mencekal tangan kiri Silvia hingga langkah Silvia dan Ling ling terhenti.

"Apa lagi yang kau inginkan, Tuan Hans?!". Ia berbicara lalu menoleh ke arah Hanson dengan tatapan tidak suka.

"Aku hanya ingin menemanimu, apa itu salah?".

"Salah!". jawab Silvia singkat.

"Salahku di mana Silvia?". Sekarang gantian Hanson melihat Ling ling yang ada di samping Silvia. "Ling ling katakan, apa salahku. Mengapa Silvia terlihat begitu marah padaku? Apakah aku pernah melakukan kesalahan yang tidak pernah bisa termaafkan?". Tanya Hanson.

"Kalau itu, tanya  saja pada Silvia. Dia yang kau buat terluka, mengapa kau menanyakannya padaku. Aneh?!" Ling ling jadi ikutan berbicara sewot.

"Lepaskan tanganku Tuan Hans, masih ada banyak hal yang harus aku selesaikan. Ini bukan waktunya untukmu bercanda seperti ini!". tolak Silvia.

Tapi tetap saja, Hanson tidak menyerah untuk bisa menemani Silvia meski hanya sebentar. "Aku tidak akan melepas tanganku sebelum kau benar – benar mau mengiyakan ajakanku, Silvia". Tatapan dan raut wajah Hanson menunjukkan kesungguhan dan ketulusan. Ia benar – benar ingin bertemu Silvia.

Silvia menghela napas pelan, ia menoleh ke arah Hanson dengan rasa tidak tega. "Mengapa kau sangat keras kepala, Tuan Hans?!".

"Karena kamu yang membuatku keras kepala, Silvia.. jika bukan karenamu, aku tidak akan menjadi pria yang se keras kepala seperti ini". jawab Hanson, bagi Silvia yang mendengarnya seperti perkataan omong kosong.

Hanya saja Silvia agak aneh dengann Hanson. Dia seorang Direktur dan Dosen yang sangat berbakat. Lalu mengapa pria dengan latar belakang sempurna sepertinya masih saja belum menikah? Jika memikirkan ini, Silvia merasa ada yang tidak enak di salah satu sudut hatinya.

"Silvia, lebih baik kita turuti saja apa permintaannya. Lagian kita mau makan juga, tidak ada salahnya kita mengajaknya.." bisik Ling ling pada Silvia, melihat betapa gigihnya Hanson meminta untuk menemani mereka meski sesaat.

"Baiklah, kita tidak jadi pergi. Kembali ke restoran, Tuan Hans silahkan ikut jika memang ada yang ingin di bicarakan." Ujar Silvia, ia melepas cekalan Hanson dan menarik Ling ling melangkah kembali ke restoran.

"Terima kasih Silvia, kamu mau memberiku kesempatan untuk menemanimu. Asal kau tahu, 2 tahun ini aku telah terjebak dalam perasaanku sendiri dan tidak bisa menerima apalagi mencintai orang lain.." Ujar Hanson berjalan menjajari Silvia.

Ling ling yang mendengar terperangah. Ia tidak menyangka Dosen seperti Hanson benar – benar telah terpikat oleh Silvia. Ia mencubit pinggang Silvia dan berbicara setengah berbisik. "Sil, apa kau juga mendengar apa yang di katakan si Dosen Hans?! Dia ternyata sudah terjebak oleh pesonamu. Hanya sayang sekalii, dia kurang cepat dalam mendapatkanmu. Ck ck ck.. enak sekali kau Sil, di kelilingi pria muda dan tampan dengan status mereka yang tinggi."

Sifat cerewet dan banyak omong dari Ling ling kembali. Ia memang tidak bisa diam kalau sudah mendengar hal yang berbau gosip, apalagi itu gosip Silvia dengan para pangerannya.

"Stop Ling ling! Cukup sampai di sini kau berbicaranya. Aku tidak ingin mendengar apapun lagi dari mulutmu!". Cegah Silvia setengah berbisik menghentikan perkataan Ling ling. Jika Ling ling tidak di hentikan, siapa yang tahu dia akan berbicara sampai kemana. Apalagi mulut Ling ling susah di rem.

Tiba di restoran Ling ling langsung menyambar meja yang cukup nyaman dan tanpa sengaja ia melepass paksa pegangan Silvia membuat tubuh Silvia tidak stabil dalam berdiri.

"Arrgh.." teriak Silvia,

Silvia yang hampir terjatuh dan terbentur pintu dengan cepat Hanson menangkap tubuh Silvia dalam pelukannya. Tubuh Silvia gemetar memikirkan anak yang ada dalam kandungannya.

"Nak.. syukurlah kalian tidak kenapa – napa.." gumam Silvia dengan tatapan nanar.

Hanson langsung memeluk erat tubuh Silvia dengan membelai perlahan surai rambutnya. "Tenanglah Silvia, kau sudah aman sekarang. Seharusnya kamu lebih berhati-hati".