Chapter 415 - 415. Bertemu denganmu setelah sekian lama bag2

Hanson langsung memeluk erat tubuh Silvia dengan membelai perlahan surai rambutnya. "Tenanglah Silvia, kau sudah aman sekarang. Seharusnya kamu lebih berhati-hati". Kata Hanson, ia mencoba menenangkan hati Silvia yang masih gemetar akibat kecerobohannya.

'Bagaimana  bisa aku berakhir di dalam pelukannya? Ini seperti bukan diriku saja. Silvia ingatlah! Hanson adalah satu pria brengsek yang pernah membuatmu menjadi bahan taruhan. Bagi mereka aku hanya permainan para penguasa, pada saat itu aku sangat membenci Ludius begitu aku tahu fakta tentangnya. Tapi mengapa aku malah berakhir seperti ini..' Batin Silvia,

Silvia menyadarkan dirinya secepat mungkin dari hal yang mengganggu pikirkannya. Ia berusaha mendorong Hanson, berusaha untuk bisa lepas dari jeratannya, namun semakin Silvia memberontak Hanson justru semakin mengeratkan pelukannya.

"Lepaskan aku Tuan Hans, sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan sampai melakukan hal ini! kita sedang ada di ttempat umum!". Sentak Silvia.

"Aku hanya memelukmu sebentar setelah menangkap mu yang hampir saja terjatuh. Bukannya berterima kasih, mengapa kau justru memarahiku, Silvia. Sepertinya Dosen ini masih perlu memberi maha siswinya lebih banyak pelajaran.." kata Hanson dengan tatapan hangat namun usilnya.

Ia memeluk sambil memaksa Silvia melihat ke arah tatapan matanya yang menyiratkan sebuah kerinduan yang tidak bisa di ungkapkan.

Tanpa mereka sadari, apa yang di lakukan Hanson telah menyita perhatian banyak orang di sekitar restoran mereka berada. Dan dari jauh ada seseorang yang memanfaatkan hal ini dengan mengambil beberapa pose mereka yang cukup terlihat mesra jika di ambil dari beberapa bagian yang tepat.

"Lepaskan aku Tuan Hans, aku harap anda tidak membuat hal yang mampu membuat ku semakin membencimu. Sudah cukup aku pernah di permainkan oleh kalian 2 tahun yang lalu." Kata Silvia ternyata cukup mempan untuk membuat Hanson seketika melepas pelukannya.

"Jadi kamu sudah tahu apa yang  terjadi 2 tahun lalu?! Mengapa kamu masih menerima Ludius. Bukankah dia juga sama bersalahnya dengan yang lain. Apa perkataan ini kamu ucapkan hanya untuk membuat peralihan agar aku melepaskanmu?!". Hanson mencekal lengan kanan Silvia, ia menatap Silvia penuh arti yang tak bisa di jabarkan dan menarik Silvia masuk ke dalam restoran agar mereka tidak berlarut menjadi pusat perhatian.

Entah mengapa dada Silvia seakan sesak secara tiba – tiba, membuatnya seakan merasa bahwa hanya dari melihat tatapan mata Hanson, ia sudah bisa merasakan perasaan Hanson yang terluka, rindu, namun tidak bisa memiliki.

'Ini ada apa sebanarnya dengan hatiku. Mengapa hanya dengan memandang tatapannya membuat hatiku sakit, sesak. Perasaan yang tidak bisa di jabarkan dengan kata – kata. Perasaan DE JAVU ini.. apakah pernah aku rasakan 2 tahun yang lalu?!'. Batin Silvia.

Ia mencoba mengingat apa yang ada di dalam hatinya, tapi tidak menemukan apapun selain bahwa Hanson adalah Dosen yang pernah mengajar di kampusnya.

"Duduklah.." kata Hanson, ia menarik kursi untuk Silvia di samping Ling Ling dan mendudukkannya. Melihat sejak mereka lepas dari pelukan, Silvia seperti sedang melamunkan sesuatu.

Ling ling yang ada di samping Silvia langsung duduk melipir ke sisi Silvia, sifat penasarannya kembali kambuh. "Sil, sejak tadi apa yang sedang kamu lakkukan di depan pintu restoran? Apa kamu tidak menyadarinya, kalau sikap kalian telah menjadi pusat perhatian?! Aku hanya takut kalau ada orang yang memanfaatkan hal ini.." kata Ling ling setengah berbisik.

"Kamu benar, maka dari itu aku memintamu untuk membuatnya pergi dari hadapanku. Karena kedatangannya juga telah membuatku tidak nyaman, apalagi jika melihat tatapan matanya yang menyedihkan." Silvia menoleh ke arah Ling ling dan memegang kedua tangannya. "Pinta dia untuk pergi, Ling ling aku mengandalkanmu". Kata Silvia setengah berbisik.

Silvia memohon dengan mata berbinar, berharap Ling ling mau membantunya membuat Hnason pergi dari hadapannya. Selain ia tidak ingin menjadi pusat perhatian publik, sudut hatinya juga merasa tidak nyaman.

"Baiklah,, tapi biarkan dia makan sebentar disini yah. Ada aku di sampingmu, aku jamin dia takkan berani main – main lagi padamu".

"Baiklah, itu terserah padamu. Aku tidak mau tahu lagi tentang mereka."

Hanson yang duduk di depan mereka terus memperhatikan apa yang sedang di bicarakan Ling ling dan Silvia meski ia tidak mendengar apapun.  Selagi menunggu Silvia selesai berbicara dengan Ling ling, ia terlebih dahulu memesan makanan untuknya dan dua wanita yang ada di depan nya.

"Silvia, sepertinya kau sangat menjaga jarak denganku. Ada apa sebenarnya?". Tanya Hanson menyela pembicaraan Ling ling pada Silvia.

"Tidak ada. Kita hanya mantan murid dan guru, lagi pula kita tidak sedekat itu, jadi tidak ada yang perlu kita bicarakan bukan?!" tandas  Silvia, ia sudah tidak ingin memperpanjang permasalahan yang terjadi,

"Ada, tentu ada yang harus kita bicarakan. Ini mengenai hati ku. 2 tahun yang lalu, kita sempat dekat dan itu masih sangat membekas di hati. Jika saja kita bisa mengulang kembali waktu yang pernah berlalu, apa kau tetap tidak bisa mengubah perasaanmu menjadi menyukaiku?".

Perkataan Hanson yang terkesan terang terangan menyita perhatian Ling ling yang sedang memainkan ponselnya. Ia melihat ke arah Silvia dan Hanson dengan membelalakkan matanya. "Hei!! seriusan sudah sejauh itu hubungan kalian?! Mengapa aku tidak mengetahuinya. Silvia.. Ada berita se keren ini kau diam saja sejak 2 tahun yang lalu." Kata Ling ling asal ceplas ceplos macam petasan.

Tapi memang itulah Ling ling, dia tidak bisa tahan jika ada gosip di depan mata. Silvia mendengar perkataan tanpa di saring dari Ling ling langsung menatap tajam sahabatnya itu. "Hust.. jaga bicaramu Ling ling, kita sedang di depan umum. Apa kau ingin jika ada orang yang salah paham dan menggunakan alasan ini untuk berbuat jahat!". Tegur Silvia,

Ling ling langsung menutup mulut dengan kedua tangannya seperti wanita polos yang akan melakukan apa saja jika sudah mendapat teguran. Tapi itu juga yang membuat hubungan persahabatan mereka langgeng. Kepolosan dan kesederhanaan Ling ling lah yang membuat mereka bisa selalu akur tanpa adanya main tusuk dari belakang.

"Mengapa kamu berbicara tentang hati Tuan Hans? Kamu berbicara seperti itu pada wanita yang sudah bersuami bahkan sedang mengandung. Apa kau tidak tahu malu, atau malu mu sudah terdampar di suatu tempat?!". Sindir Silvia pada Hanson,

"Aku memang pria yang tak tahu malu, karena menyatakan perasaan di waktu yang salah dan di saat yang salah. tapi perasaanku dari 2 tahun yang lalu tetap sama, tidak berubah sedikitpun."

"Kamu sudah mengatakan apa yang ingin kamu katakan, Tuan Hans. Jadi apa tujuanmu sebenarnya mengatakan hal panjang lebar seperti ini?!"