Chapter 445 - 445. Pemeriksaan Kondisi Sementara

Dokter Martin dengan membawa alat medis segera menuju kamar yang di tempati Silvia di antar oleh Bibi Yun. Begitu sampai kamar, Dokter Martin sudah melihat kondisi Silvia dalam keadaan setengah sadar dengan keringat yang mengucur deras dari balik pelipisnya.

"Nak, bersabarlah.. Bibi Yun sedang memanggil Dokter untuk memeriksa kondisimu". Ibu Yuliana duduk di atas ranjang menemani putrinya yang sedang menahan sakit.

Dari arah pintu kamar, Dokter Martin masuk "Permisi Nyonya besar, izinkan saya memeriksa kondisi Nyonya muda." Sapa Dokter Martin pada Ibu Yuliana yang masih duduk di samping Silvia.

Ibu Yuliana menoleh ke arah samping, disana sudah ada Dokter Martin yang membawa tas berisi alat medis. Meski Ibu Yuliana masih meragukan Dokter Martin dari pertama kali melihatnya, namun saat ini pikiran negatif tersebut lenyap seketika di gantikan dengan ke khawatiran nya pada kondisi Silvia.

"Silahkan periksa kondisi Silvia, akhir – akhir ini dia sering sekali mengeluhkan hal yang sama." Ibu Yuliana beranjak dari tempat duduknya, mempersilahkan Dokter Martin untuk memeriksa.

Dokter Martin dengan cekatan menaruh tas medisnya di meja dan mengambil alat untuk mengecek  tekanan darah. Sembari menunggu Dokter Martin yang sedang mengecek kondisi Silvia, Ibu Yuliana mendapat panggilan masuk dari ponselnya.

Bzzt.. Bzzt..

Suara dering telepon dari ponsel Ibu Yuliana yang berada di saku. Ibu Yuliana keluar dari kamar, dan sebelum itu menghampiri Bibi Yun dan membisikkan sesuatu. "Bibi Yun, terus awasi Dokter Martin selama dia berada di sini. Jangan sampai kehilangan jejak meski sejenak!". Perintah Ibu Yuliana dengan setengah berbisik dan di balas dengan anggukan oleh Bibi Yun.

"Saya akan menjaga Nyonya muda dengan sebaik mungkin, Nyonya besar tidak perlu khawatir.."

"Kalau begitu aku serahkan hal ini padamu, Bi.." Ibu Yuliana memegang kedua tangan Bibi Yun, menyerahkan semua urusan Dokter Martin padanya di lanjut dengan keluar dari kamar putrinya menuju ruang kerja untuk menerima panggilan masuk yang belum sempat terangkat.

Di ruang kerja, Ibu Yuliana mengambil ponselnya. Terlihat jelas tertera nama Ludius di layar ponsel, membuat Ibu Yuliana mengeryitkan keningnya. 'Ada apa nak Ludius menelfon kembali?'. Batin Ibu Yuliana.

["Selamat Pagi Bu.."] sapa Ludius di ujung telefon.

["Pagi Nak Ludius, ada apa sepagi ini sudah menghubungi Ibu? Bukannya nak Ludius baru saja menelfon Silvia. Apa ada berita penting dari Kerajaan?"] pertanyaan Ibu Yuliana memang sederhana, tapi jelas sekali di dalamnya mengandung banyak sekali pertanyaan yang tersimpan.

["Sejauh ini belum ada Bu. Saya sedang mencari tahu tentang masa lalu Ibu Suri (Permaisuri Raja Terdahulu). Hanya saja, karena konferensi pers yang terjadi kemarin mengundang banyak perhatian publik, dan membuat Zain mengambil keputusan salah dengan melibatkan Putri Emilia sehingga dia terpaksa di masukkan ke dalam penjara bawah tanah"] Suara Ludius terdengar berat saat menyampaikan hal ini, mungkin ia juga sadar bahwa keadaan seperti ini akan membawa dampak buruk bagi semuanya, terutama Silvia.

["Apa! Lalu bagaimana kondisi Zain saat ini? apakah dia baik – baik saja?"] tanya Ibu Yuliana dengan cemas.

["Keadaannya saat ini baik – baik saja, dan saya sedang mencari cara untuk membebaskannya dari penjara sembari menemukan kebenaran dari kasus Ibu Suri 40 tahun silam. Karena kasus ini sudah cukup lama, kemungkinan akan sulit untuk mengungkapnya. Tapi saya berjanji pada Ibu akan mengungkap hal ini demi keamanan Silvia di masa mendatang"].

["Terima kasih Nak sudah melakukan yang terbaik untuk Silvia. Dari dulu dia selalu mencoba mencari tahu kebenaran dari  pesan terakhir almarhum Ayahnya, tapi Ibu memang selalu menutupinya karena ini berhubungan dengan hidup Silvia. Jika dia tahu lebih banyak, nyawanya sampai kapanpun akan terus terancam"]

["Ibu tenang saja, saya akan melakukan yang terbaik untuk Silvia. Saya menelfon sebenarnya ingin menanyakan sesuatu. Saya dengar kondisi Silvia tiba – tiba memburuk, lalu bagaimana koondisinya saat ini Bu?"].

Pertanyaan Ludius terdengar serius dan tanggap, hal ini membuat Ibu Yuliana heran. 'Dari mana Ludius tahu kondisi Silvia yang memburuk? Perasaan, di rumah ini belum ada yang memberitahunya?!'. Batin Ibu Yuliana.

["Ibu tidak perlu bingung dengan hal ini. Ada salah satu orang rumah yang selalu memberitahu saya semua yang terjadi di mansion. Mengenai kondisi Silvia, saya meminta maaf karena tidak bisa berada di sisinya untuk saat ini.."] terdengar suara penyesalan di setiap perkataan Ludius.

[Nak Ludius tidak perlu khawatir, sudah ada Dokter Martin yang akan menangani  kondisi Silvia saat ini. Lagi pula ada banyak teman yang nanti akan kemari untuk menemani keseharian Silvia. Mereka benar – benar teman yang bisa di andalkan"]

["Ibu benar, terima kasih untuk semuanya. Saya jadi bisa tenang jika sudah ada Ibu di sisi Silvia. Kalau begitu saya tutup telefonnya, masih ada urusan yang harus saya selesaikan.."]

["Baiklah, jaga dirimu baik – baik Nak.. Ibu akan selalu mendoakan yang  terbaik untuk kalian"]

Tut tut tut.

Di penghujung teleponnya, Ibu Yuliana meneteskan air mata. Jujur saja Ibu Yuliana sebenarnya sedih melihat keadaan putrinya sekarang ini. Dari dulu Ibu Yuliana merasa belum bisa memberikan kebahagian bagi Putrinya. Tapi kembali lagi, takdir seseorang sudah di atur sang Pencipta. Ibu Yuliana hanya bisa mencoba yang terbaik untuk putrinya meski harus menyimpan rapat – rapat kebenaran selama 20 tahun belakangan ini.

'Putriku Silvia.. setelah sekian lama akhirnya sampai juga pada masa ini. Di mana orang – orang akan mengejarmu dan membuat keamananmu semakin terancam. Inilah mengapa Ibu selalu menutupi hal ini darimu. Ibu hanya ingin kamu hidup tenang dan menjalani kehidupan dengan normal tanpa ada yang mengancam nyawamu. Tapi sepertinya hal ini sudah menjadi takdirmu, agar kamu menghadapi semua ini.. maafkan Ibu..'. batin Ibu Yuliana, tidak terasa sudut matanya basah oleh linangan air mata yang membasahi sudut matanya.

-

Di ruang kamar Silvia berada, Dokter Martin baru saja selesai memeriksa Silvia. Ia sedang membenahi kembali semua alat medis yang baru saja di gunakan. "Nyonya Lu, sebaiknya anda lebih memperhatikan emosi untuk kedepannya. Karena emosi anda sangat berpengaruh terhadap sistem dalam tubuh dan peredaran darah dalam tubuh anda menjadi tidak stabil". Kata Dokter Martin memperingatkan.

Silvia saat ini masih berbaring dengan memperhatikan Dokter Martin yang sedang duduk di sampingnya. Sekilas Silvia merasa tidak asing dengan sikap yang Dokter Martin tunjukkan, tapi sejenak perasaan itu hilang.

'Sebenarnya siapa Dokter Martin ini? mengapa aku seperti pernah melihat bahkan mengenalnya, tapi di mana? Apa ini hanya perasaanku saja?'. Batin Silvia, ia terus memperhatikan Dokter Martin sampai orang yang di perhatikannya rupanya menyadarinya.

"Nyonya Lu, apa ada yang salah dengan saya? Mengapa anda terus memperhatikan saya?". Tanya Dokter Martin. Ia dengan santainya duduk di sampaing Silvia.