Chapter 453 - 453. Kesempatan. Rasa ini yang tak pernah sampai

"Cukup Li thian, jangan mencoba menebak apa isi hatiku. Aku diam karena sudah menganggapmu sebagai teman sekaligus kakak yang harus aku hormati, jangan sampai rasa hormatku hilang karena kau mencoba melakukan hal lain yang membuatku menjadi segan padamu". Sergah Silvia seraya menoleh ke arah Li thian dengan menggelengkan kepalanya.

Hal ini membuat Li thian sadar, seberapa berjuangnya dia untuk menelusuri isi hati Silvia, pada kenyataannya seorang Silvia tidak akan memberikan hatinya pada orang lain. Seperti hatinya sudah terpatri untuk pria brengsek seperti Ludius.

"Kamu benar – benar Silvia yang ku kenal" Li thian mengembangkan senyumnya. "Jangan khawatirkan itu Silvia, aku tidak akan melakukan hal yang melewati batasku. Meskipun begitu, aku masih berharap kamu mau mempercayaiku dan membagi bebanmu denganku."

Silvia menepis perlahan kedua tangan Li thian dengan senyuman yang di paksakan. "Aku hargai kebaikanmu Li thian. Bahkan kamu adalah salah satu pria yang selalu ada untukku di  saat aku membutuhkan tempat untuk bersandar. Tapi kembali lagi, aku sudah bersuami. Aku harap kamu mengerti Li thian. Nikmati waktumu, cobalah untuk membuka hatimu untuk wanita lain, itu baik untuk kita Li thian".

Silvia melepaskan tangan Li thian dan pergi begitu saja menghindarinya. Silvia khawatir, jika terus – terusan berada di samping Li thian, perasaan Li thian akan semakin tidak terkontrol seperti halnya beberapa tahun yang lalu.

"Mengapa kamu selalu menghindar dariku, Silvia. Tidak dulu maupun sekarang. Apa aku terlalu buruk untuk menjadi tempatmu bersandar, atau…" Li thian tidak bisa meneruskan kata – katanya, nyatanya Silvia sudah pergi dari hadapannya.

Hanson yang sedari tadi memperhatikan Li thian yang mencoba menghibur Silvia menepuk pundaknya pelan, mencoba bersimpati dengan apa  yang di rasakan Li thian saat ini. "Li thian, aku tidak menyangka perasaanmu masih sedalam itu pada Silvia setelah bertahun – tahun lamanya".

"Jangan katakan lagi, aku tahu kau mendekatiku hanya ingin menertawakan kegagalanku. Maka tertawalah.." ujar Li thian ketus.

"Kau terlalu mudah menyimpulkan sesuatu Tuan Li thian yang terhormat. Aku hanya ingin mengatakan, apa yang kau lakukan untuk menghibur Silvia memang sudah benar, hanya  saja caranya yang tidak tepat. Cobalah untuk mendekati Silvia tanpa melihatnya dengan rasa iba. Bukankah kau lebih tahu kalau Silvia adalah wanita yang tidak senang di perlakukan dengan rasa kasihan.."

Li thian dengan tenangnya bersenyum seringai pada Hans seraya menepuk balik pundak Hans. "Pandai sekali kau dalam menggurui orang lain Tuan Hans. Tidak peduli apa yang terjadi, Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Jika yang kau katakan benar adanya, lakukan saja seperti apa yang kau katakan. Aku ingin melihat, sejauh mana Tuan Hans ini bisa menarik hati Silvia. pada dasarnya kau dan aku sama saja.."

Perkataan sederhana yang cukup panjang dari Li thian begitu tandas, bahkan Hanson tidak bisa menampiknya. Acara hari ini telah menjadi saksi bahwa masih banyak pria yang diam – diam menginginkan Silvia.

Tapi sayangnya, kita tidak bisa memaksakan kehendak yang sudah terjadi dan memang seharusnya terjadi. Silvia memang di lahirkan untuk Ludius, mau bagaimanapun orang lain ingin menampik kenyataan ini, mereka tidak akan bisa mengubah keputusan dari yang di namakan Takdir.

"Silvia... Silvia.. mengapa setelah bertahun – tahun berlalu, aku masih saja tidak bisa melupakanmu. Apakah kau pernah berpikir bagaimana tersiksanya aku  berlarut – larut menahan rasa rindu ini? Perasaan tak bertuan ini seperti bom waktu yang kapan saja bisa meledak. Jika saat itu tiba, aku tidak tahu lagi apa yang akan terjadi padaku, Silvia.." gumam Hans.

-

Akhirnya Silvia bisa lepas dari jeratan Hans dan Li thian yang kapan saja melempar beberapa pertanyaan yang mampu membuat mereka menebak apa yang sedang terjadi.

"Silvia, mengapa kau melamun. Ini kan pesta yang di buat olehmu, tidak asik jika kau tidak menikmatinya." Celetuk Ling ling memberikan piring berisi daging sapi yang sudah di panggang dengan berbagai bumbu khas.

"Sok tahu sekali kamu Ling ling. Aku hanya merasa sedikit tidak enak badan. Seperti yang kau katakan, ini pestaku. Tidak mungkin aku tidak menikmatinya. Sini aku coba.." mengambil piring yang ada di tangan Ling ling dan mencicipi makanannya.

"Bagaimana rasanya Sil, ini Bryan loh yang memanggangnya. Eh salah, maksudku kita berdua yang membuatnya", seru Ling ling antusias.

Beneran deh, sahabat satu ini.. bisa – bisanya pamer hal yang berbau MESRA pada wanita yang sedang jauh dari belahan jiwa nya. Buat hati Silvia menjadi ngenez or sedih berkepanjangan.

"Hei hei.. kau tidak sedang pamer kemesraanmu dengan senior Bryan padaku, kan?". Ledek Silvia.

Ling ling tersentak kaget mendengar perkataan Silvia dan langsung menutup mulut dengan kedua tangannya. "Ups.. maafkan aku Silvia, aku tidak bermaksud jahat dengan mengatakan itu padamu. Aku tidak bermaksud.."

"Pfft… Ling ling, aku hanya bercanda, mengapa kau menganggapnya begitu serius? Aku baik – baik saja, dan aku turut bahagia kalau kau benar – benar seharmonis itu dengan senior Bryan". Silvia berbicara dengan mengembangkan senyumnya, menutupi semua perasaannya yang berkecamuk.

"Silvia..!" seru Ling ling dengan mata berkaca – kaca, "Maafkan aku yang tidak menyadari apa yang sedang kamu rasakan. Tidak seharusnya aku mengatakan itu. Oh ya, bagaimana kabar Tuan Lu? apa dia sudah menghubungimu setelah 2 hari lamanya?".

"Sudah, kita bahkan melakukan video call tadi pagi. Tapi karena perbedaan waktu, di Kerajaan Hardland saat ini mungkin sudah masuk waktu pagi. Aku tidak ingin mengganggunya, dia pasti lelah karena melakukan perjalanan lebih dari 12 jam lamanya".

"Kau memang istri impian Sil. Pantas saja sampai saat ini Li thian dan Dosen Hans masih saja mengejarmu. Tadi saja aku lihat loh.. gimana Li thian mencoba deketin kamu lagi. Aduh.. bikin JOMBLO halu ajh deh".

"Ish..Ling ling, bisa tidak kau berhenti bergosip. Kalau ada yang dengar nggak enak tahu, aku begini – begini juga kan istrinya Ludius".

Percakapan Ling ling dan Silvia terhenti saat seseorang dari arah samping menyapa. "Silvia, bisakah kau cicipi masakan ku?". Panggil Daniel Qin, ia menghampiri Silvia sembari membawa piring berisi hasil masakannya.

Silvia yang masih memegang piring dengan sisa daging yang ada, dengan cepat Ling ling ambil dari tangannya. "Aku ambil piringnya. Oh  ya, masih ada yang harus aku lakukan. Aku pergi dulu yah.." celetuk Ling ling, ia ngeloyor pergi meninggalkan Silvia dan Daniel Qin berdua.

Silvia yang tidak terima di tinggal berdua dengan Daniel Qin melangkah cepat mengikuti Ling ling, namun langkahnya terhenti karena Daniel. "Tunggu Silvia. kau akan pergi kemana?" cegah Daniel Qin.

Author Note :

Bagaimana menurut kalian tentang Hanson dan Li thian yang masih memendam perasaan pada Silvia?. di saat seperti ini mereka gunakan untuk mendekati Silvia saat tidak ada Ludius.

tapi tetap saja Silvia tidak akan terpengaruh sedikitpun. usaha  Li thian seakan sia - sia dan masih meninggalkan perassaan yang tak bertuan.

jika kalian di posisi Silvia, apakah yang di lakukan SIlvia sudah benar dengan melakukan hal itu?

makanya setelah plot ini embun pernah tanya sama kakak readers, apakah mau di buatin side story dlu? soalnya LDR an mereka masih lama loh... butuh waktu lama untuk LUdius cari tahu identitas Silvia yng sesungguhnya.

belum lagi, Ludius harus mengeluarkan Zain dari penjara dan mengkonfirmasi hubungan Zain dengan Putri Emilia kedepannya.

adakah yang bisa bantu embun kasih ide? mikir sendiri rasanya sakit dan pusing..

hehehe.. di tunggu komentar, PS review serta bintang 5 nya yah.. hiks.. pengen nangis embun saat lihat peringkat semakin turun.

embun sadar kok cerita embun tidak sebagus temen2 yang lain. cuma ngenez ajh rating turun.. padahal masih banyak kejutan di bab mendatang..

selamat membaca kakak