Chapter 454 - 454. Kesempatan. Rasa ini yang coba ku gapai

"Bukan urusanmu Tuan Daniel Qin! Lagi pula siapa yang memberimu undangan dan hak untuk datang kemari. Jangan pernah melakukan hal apapun jika pada akhirnya itu hanya untuk ambisimu saja. Aku tidak butuh belas kasihanmu". Tandas Silvia, ia sudah harus pergi dan menyingkir dari pria bernama Daniel Qin itu.

Bagi Silvia, Daniel Qin bagai bom waktu yang kapan saja bisa meledak tanpa bisa diprediksi apa yang di inginkan sebenarnya. Bukankah menjauh dan tidak memiliki perantara untuk berhubungan apapun dengannya itu adalah hal yang  terbaik?!

Dengan sigap Daniel Qin mencekal lengan Silvia, membuat Silvia tidak bisa pergi begitu saja dari genggamannya. Daniel memang mencekal lengan Silvia, dan caranya juga terlihat kasar. Tapi sebenarnya dia tidak seburuk itu setelah Silvia memaksa untuk melepaskannya.

"Lepaskan tanganku Tuan Daniel. Apa kau ingin aku berteriak agar semua orang tahu apa yang kamu lakukan padaku?". Kata Silvia dengan nada kasar.

"Aku akan melepaskannya, tapi aku tidak menginzinkanmu untuk pergi dari sisiku selama aku ada di sampingmu." Katanya dengan tatapan datar tanpa ekspresi sedih, marah ataupun jengkel. Wajahnya benar – benar terlihat sangat tenang tanpa beban.

Sungguh menyebalkan bukan, melihat wajah datar seperti itu. Apalagi itu di tunjukkan oleh orang jenius seperti Daniel!!

Silvia membalikkan badan, dengan kasar ia melepas paksa cekalan Daniel dan menghempaskannya. "Jaga sikapmu Tuan Daniel Qin! Perlakuanmu kali ini bisa mengundang keributan yang tidak perlu!", sentak Silvia pada Daniel Qin.

Silvia dengan sangat jelas menunjukkan ketidak sukaannya pada Daniel Qin. Tapi lihatlah.. Daniel Qin justru tersenyum simpul mendapat kemarahan dari Silvia. "Silvia.. Apa kau tahu saat pertama kali kita bertemu secara tidak sengaja? Saat itu kau dengan sangat ramah menyapu. Tapi mengapa kau sekarang menunjukkan hal yang sebaliknya?". tanya Daniel Qin menyerang balik Silvia dengan pertanyaan – pertanyaan  yang memojokkan Silvia.

"Dulu karena aku menghormati orang yang tidak ku kenal. Namun saat ini aku menyesal mengapa dulu memberi keramahan padamu. Sudahlah.. ini bukan hal yang patut di kenang juga. Lagi pula kita tidak sedekat itu".'

"Apakah kau percaya, jika aku bisa saja membawamu paksa pergi dari sini tanpa ada orang yang menyadarinya?".

"Aku percaya akan hal itu, karena kau orang yang tenang dengan ambisi terselubung. Entah rahasia apa yang kau sembunyikan, tapi itu tidak ada urusannya denganku!".

Silvia yang saat itu sedang berada agak jauh dari halaman samping tempat teman – teman kumpul bareng, tidak menyangka akan ada hal di mana hidup dan dirinya berada di tangan orang lain selain Ludius.

Keramaian di halaman samping mansion bahkan tidak bisa menjamin untuk Silvia terbebas dari Daniel. Justru yang ada menjadi kesempatan emas bagi Daniel jika dia memang nekad ingin membawa Silvia pergi.

Daniel sendiri mungkiin jauh di dalam hatinya sudah terbesit untuk membawa pergi Silvia dari mansion ini. Sudah lama hati dan akal sehatnya menahan diri untuk tidak melakukan hal itu. Tapi saat ini, sepertinya adalah waktu yang tepat untuk melakukannya.

"Silvia, bisa tidak kau jangan memancing amarahku. Jujur aku tidak ingin berlaku kasar padamu." Daniel mundur beberapa langkah seraya menundukkan kepala. Ia sepertinya sedang memikirkan hal selanjutnya.

Silvia masih diam menunggu kata – kata Daniel Qin selanjutnya. Rasanya ini seperti sebuah nyawa berharga miliknya sedang ada di tangan pria sepertinya.

Setelah diam beberapa saat, Daniiel melihat kembali ke arah Silvia, "Karena ini baru awal dari kesendirianmu tanpa adanya Ludius, aku akan melepasmu untuk sementara waktu. Anggap saja ini sebagai salam pembuka untuk Ludius sebelum aku benar – benar mengambil dirimu darinya".

Setelah mengatakan  hal itu, Daniel Qin dengan gayanya yang tenang memasukkan tangan kanannya ke saku celana dan berjalan dengan auranya yang khas pergi dari hadapan Silvia bahkan menjauh dari halaman samping mansion. Mungkin saja ia memang berniat meninggalkan mansion.

Setelah kepergian Daniel, Silvia yang sejak tadi merasa tertekan menghela napas lega. "Hufft.. Ya Tuhan.. sebenarnya apa yang Engkau rencanakan dengan hidupku? Bagaimana bisa aku secara tidak langsung terjerat oleh pria seperti Daniel Qin?".

Setelah kepergian Daniel Qin, Silvia berharap acara kali ini tidak ada halangan lagi atau hal yang membuat moodnya menjadi memburuk. Memikirkannya saja sudah membuat kepala terasa sakit.

Iya kembali ke tempat kumpul – kumpul mereka, di sana ternyata sudah semakin riuh dan ramai dengan celetukan dan candaan dari pasangan Ling ling dan senior Bryan. Yang ngenez itu para pria yang datang sebagai bawahan Wangchu dan di tungaskan untuk menjadi penjaga Silvia.

Sudah JOMBLO tanpa pasangan, masih harus menjadi penjaga rahasia pula. Parahnya harus lihat orang lain bermesra – mesraan di depan mereka Zhenyi dan Zack Li. Tapi itu bukan berarti membuat mereka tidak menikmati acaranya. Dengan senang hati mereka memanjakan diri dan menganggap kali ini sebagai konpensasi dari tugas mereka selama ini.

Lain Ling ling Bryan dan kedua bawahan Wangchu, Lain lagi dengan Wangchu yang masih mencoba mendekati Putri Nadia, dia mati – matian melakukan apapun untuk menarik perhatian Nadia dan membuang identitasnya sebagai Wangchu sang KOLEKTOR WANITA.

Putri Nadia saat ini sedang membakar daging sapi dan mempersiapkan bumbu – bumbunya. Wangchu yang pada saat itu ada di samping Nadia mencoba mendekati Nadia tanpa harus membuang gengsinya sebagai Kolektor wanita,

"Sepertinya kau butuh bantuan.." sapa Wangchu, ia masih berdiri di samping Putri Nadia sambil memainkan bahan masakan seraya memandang Nadia yang serius memanggang daging sapi dan pelengkapnya.

'Melihat wanita sedang serius memasak seperti ini, benar – benar membuatku jadi gila karenamu, Putri Nadia. Kau harus bertanggung jawab karena sudah berhasil menarik perhatian dan perasaanku'.

"Tidak perlu, Tuan Wangchu nikmati saja makanan yang sudah jadi". Pandangan Nadia alihkan pada Wangchu seraya melebarkan senyumnya.

"Kau  tahu Putri Nadia, hanya kamu seorang wanita yang dengan terang – terangan menolak kebaikan dariku. Aku sungguh sangat tersentuh".

"Aku sangat terkesan dengan caramu menyanjung wanita Tuan Wangchu, pantas saja semua wanita bertekuk lutut di depanmu.. aku ucapkan selamat".

"Tapi semua wanita yang kutemui tidak pernah ada  yang sepertimu. Tanpa kamu sadari, kamu adalah salah satu wanita yang menarik Putri Emilia. Dan perkataanku waktu itu bukanlah sebuah kebohongan. Aku pasti akan mendapatkanmu dan melepasmu dari jerat perjodohan leluhur".

DEG DEG DEG

Mendengar hal itu dari Wangchu membuat spot jantung Nadia tidak menentu, setiap kali Nadia ingin menolak. Kata – kata manis Wangchu mampu membuat Nadia tidak bisa lari darinya.

Author Note :

Hallo kakak readers, gimana perasaan kakak jika ada di posisi Silvia? menjadi orang yang terjepit di antara banyaknya cobaan kehidupan. mau marah pada Daniel dengan keadaannya juga tidak mungkiin kan?

karena Daniel hanya menggunakan trik untuk menarik Silvia ke sisinya dengan embel - embel menyembuhkan secara total. seperti yang di terangkan sebelumnya, dari catatan penelitian yang ada, Ludius belum bisa menemukan cara untuk menyembuhkan SIlvia,

sedangkan Daniel sudah memiliki cara tersendiri untuk itu. coba kalian bayangkan. nyawa Silvia dan kedua janinnya saat ini seakaan ada di tangan Daniel. Silvia sebagai calon Ibu apa yang harus di lakukan?

Egoiskah dengan memilih tetap menjauh dari Daniel dan mengabaikan keselamatan dirinya dan janinnya?

atau memilih mengikuti Daniel sementara waktu demi janin dalam kandungannya dengan resiko dia akan kehilangan kebebasan atass hatinya.

Di tunggu komentar dan kritik sarannya yah kak. please... aku nggak pernah minta kakak kasih gift atau apalah.. tapi embun butuh komentar dan review, PS serta ratingnya.

embun pasti akan memberikan crazy update kalau komentar dan PS dari kalian menambah secara signifikan.

terima kasih.. embun tunggu komen dan PS serta reviewnya