Chapter 462 - 462. Sial..! Sudah kuduga ada yang tidak beres dengan hal ini.

Ludius berdecis kesal mendengar suara panggilan dari salah satu anak selir Raja. Ia meletakkan ponselnya di meja lalu melangkah malas menuju pintu cukup besar. Karena memang bagunan istana di Kerajaan Hardland itu memiliki pintu yang cukup besar – besar dengan ukiran yang unik ala romawi kuno.

Begitu pintu terbuka Ludius memandang ke arah wanita yang masih berdiri di depannya dengan senyum tipis dan terkesan acuh. "Selamat pagi Putri Eliza Demint Hamilton, ada yang bisa saya bantu?" tanya Ludius beralasan tidak mendengar seruan dari Putri Eliza

Putri Eliza dengan sikap manja namun masih berwibawa berdiri di depan Ludius. Ia tersenyum anggun dengan sikap malu – malu. "Tuan Lu, ini sudah pagi. Ibu saya mengajak Tuan Lu untuk sarapan bersama di aula keluarga. Di sana ada Kakak Putra mahkota kok yang akan menemani Tuan Lu". kata Putri Eliza membujuk dengan halus dan penuh perhatian.

Ludius tidak langsung menjawab, bahkan sikapnya masih saja acuh bagaimanapun Putri dari Raja tersebut bersikap. "Baiklah, saya akan ke aula keluarga setelah bersiap – siap. Putri Eliza bisa kembali sekarang".

Mendengar jawaban acuh dari Ludius, sepertinya Putri Eliza juga menunjukkan kejengkelan yang sama. Meski awalannya bersikap anggun dan penuh wibawa, tapi setelah di sarkasin Ludius tetap saja watak sebenarnya keluar.

"Tuan Lu, apa anda sengaja bersikap seperti ini untuk mempermalukan saya? Saya baik – baik mengajak anda untuk sarapan bersama tapi anda mengusir saya begitu saja. Keterlaluan!".

Ludius sadar sekali dengan sikap Putri Eliza, sebagai pria yang berpikiran luas dan salah satu tamu dari Kerajaan Hardland merupakan sebuah kesalahan jika sampai menyinggung perasaan Putri Kerajaan, tapi Ludius bukanllah seorang pria yang senang menjilat para  wanita dengan kata – kata manisnya.

"Coba Putri Eliza katakan. Bagian mana dari perkataan saya yang mengatakan bahwa saya mengusir anda. Saya dengan sopan menerima ajakan dan kehormatan tamu untuk sarapan bersama.. tapi saya masih ada urusan sebentar. apa salahnya saya mempersilahkan Tuan Putri Eliza untuk kembali terlebih dahulu?! saya memang tamu, tapi saya juga orang penting yang memiliki hak untuk diri saya sendiri. Terima kasih atas kesopanan sesaat yang Tuan Putri Eliza berikan". Kata Ludius, ia menjulurkan tangannya mempersilahkan Putri Eliza untuk kembali.

"Akan aku ingat ini!". Putri Eliza yang tadinya  terlihat anggun dan berwibawa pergi dari depan pintu kamar Ludius dengan wajah jutek dan mungkin saja sepanjang langkahnya mengumpat Ludius.

Ludius kembali ke dalam kamar untuk membersihkan diri sebelum menemui Raja. Siang nanti Ludius mungkin akan menemui Zain yang berada di sel tahanan untuk mencari tahu apakah Zain menemukan sebuah petunjuk dari para narapidana.

-

Waktu terus berjalan, saat ini mungkin matahari sudah keluar dari peraduannya. Setelah selesai membersihkan diri, Ludius menghadap Raja terlebih dahulu dan menerima undangan sarapan bersama.

Setelah itu Ludius ada temu janji dengan beberapa orang penting yang dari Kerajaan yang meminta secara khusus pada Pangeran Richard agar mempertemukan mereka dengan Ludius.

Malas sebenarnya jika harus berurusan dengan orang – orang atau pejabat dari Kerajaan, karena pembicaraan mereka pasti tidak jauh dari politik atau dukungan salah satu calon penguasa.

Dengan memakai setelan jas hitam khas diri seorang Ludius, ia keluar kamar untuk segera menuju aula keluarga. Agar sungkan sebenarnya jika dirinya di beri kehormatan khusus untuk ikut sarapan bersama anggota keluarga Kerajaan yang notabene nya hanya orang luar.

Sebenarnya bukan itu yang Ludius pikirkan. Ada hal lain yang membuatnya khawatir jika keluarga kerajaan sampai memberi kehormatan untuk sarapan bersama seperti ini. 'Aku harap ini hanya perasaanku saja.' Batin Ludius,

-

Aula Keluarga Kerajaan adalah salah satu tempat khusus di dalam istana yang di gunakan untuk acara keluarga seperti makan bersama, berdiskusi, dll. Ludius mengetahui ini karena ia sempat bertanya tadi pada salah satu penjaga di dalam istana mengenai Aula Kerajaan. Dalam sejarah tidak pernah anggota Keluarga Kerajaan mengundang orang lain memasuki Aula tersebut, dan Ludius adalah pengecualian untuk pertama kali.

Di depan pintu masuk dengan aula sudah berdiri 3 penjaga dan satu dari mereka seakan menunggu kedatangan Ludius.

"Tuan Lu, saya salah satu penjaga Aula yang masih berhubungan darah dengan Keluarga Kerajaan, di tugaskan secara khusus untuk mengantar anda masuk ke dalam. Mari Tuan Lu.." sapa seorang pria dewasa dengan ramah.

Pria dengan setelan jas biru tua ini mempersilahkan Ludius masuk, dia memang tidak seperti seorang penjaga pintu. Mungkin berdiri disana memang di tugaskan secara khusus untuk menyambut Ludius seorang. Benar – benar membuat orang semakin curiga akan niatan dari sang Penguasa Raja Frederick.

Di dalam aula yang begitu luas, terdapat berbagai ruangan yang di bagi beberapa bagian terpisah, dan pria penunjuk jalan masih mengantar Ludius masuk lebih dalam melewati beberapa ruangan pisah tersebut.

Tepat di depan pintu salah satu ruangan, pria penunjuk jalan terhenti. "Tuan Lu, silahkan masuk. Yang Mulia dan yang lain sudah menunggu anda untuk sarapan bersama".

"Aku dengar aula Kerajaan ini di khususkan untuk anggota keluarga Kerajaan saja. Tapi mengapa Yang Mulia Raja memberikan saya kehormatan begitu besar untuk hal ini?"

"Saya tidak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan Tuan Lu. Karena ini kehendak Yang Mulia secara pribadi".

"Baiklah, aku tidak akan menanyakannya lagi. Lalu, mengapa Tuan tidak ikut masuk? Bukankah Tuan juga salah satu anggota keluarga Kerajaan?".

Pertanyaan Ludius begitu tandas membuat pria penunjuk jalan tidak bisa berkata apapun. "Lebih baik Tuan Lu tidak perlu tahu lebih dalam akan hal ini dan segera masuk. Mendapat kehormatan untuk bisa memasuki aula adalah impian semua orang. Permisi.." 

Tidak ingin di timpa banyak pertanyaan lagi dari Ludius, pria penunjuk jalan tersebut lekas pergi dan meninggalkan Ludius seorang diri.

"Kita lihat, apa yang akan di rencanakan oleh Yang Mulia Raja dengan mengundangku seperti ini?", gumam Ludius.

Ludius mulai masuk kedalam, di sana sudah ada banyak orang  yang jelas masih berhubungan dengan keluarga Kerajaan, dan yang paling menonjol adalahh Yang Mulia Raja yang duduk di tempat paling berbeda di antara yang lain.

"Selamat pagi Tuan Lu.. Bagaimana kondisimu pagi ini? apakah bisa istirahat dengan baik di Kerajaan ini?". tanya Yang Mulia Raja begitu melihat Ludius masuk.

Berdiri di tengah – tengah ruang makan ala Kerajaan, Ludius memberi salam pada Yang Mulia Raja dengan mengatupkan kedua tangannya seraya membungkukkan setengah badannya. "Selamat pagi Yang Mulia Raja, salam hormat saya. Seperti yang Yang Mulia lihat, saya menikmati tinggal di Kerajaan ini".

"Baguslah kalau begitu. Eliza.. antar Tuan Lu ke tempatnya. Kita akan sarapan sebentar lagi". Perintah Yang Mulia.

Putri Eliza yang barusan menjemput Ludius dan di acuhkan beranjak dari duduknya menghampiri Ludius, "Tuan Lu, mari saya antarkan ke tempat duduk anda". Ajak Putri Eliza malu – malu dan sikapnya terbaca jelas oleh semua orang yang ada di Aula.

"Wah.. Wah.. sepertinya Putriku terlihat menyukaimu Tuan Lu.. Hmm.. ini bis menjadi awal yang bagus.." celetuk Yang Mulia sambil manggut-manggut.

'Sial..! Sudah kuduga ada yang tidak beres dengan hal ini'.

Author Note :

Hallo kakak, gmn dengan chapter kali ini? tuhkan, Yang Mulia Rajanya mengundang Ludius sarapan bersama pasti ada udang di balik bakwan. Insting Ludius nggk pernah salah kalau dalam menilai sikap dan motif seseorang.

Nah kalau sudah seperti ini, kira - kira apa yang akan Ludius perbuat? akankah Ludius menolak terlebih dahulu sebelum Yng Mulia menjodohkan mereka?

atau mungkinkah hal ini hanya asumsi LUdius yang berlebihan?

mau hidup sederhana dan harmonis dengan Silvia ajh susahnya minta ampun. Ludius, makanya jangan jadi playboy. ini nih karmamu terlalu banyak mempermainkan cwek, skrg malah di permainkan.

bagaimana menurut kakak?

Salam sayang dan Cinta dari Embun