Chapter 465 - 465. Secarik kain berdarah demi memberikan sebuah informasi

Sebuah kain berdarah sudah ada di tangan Ludius yang ia simpan di dalam saku. Kain berdarah tersebut adalah kain yang Zain gunakan untuk media memberikan informasi tertulis dengan mengorbankan darahnya sendiri.

Cukup nekad memang, hal yang di lakukan Zain ini belum tentu orang lain mampu melakukannya, apalagi kondisi diri sendiri dalam keadaan lemah karena di siksa.

"Jangan senang dulu! aku melakukan ini demi Silvia.". Bisik Zain.

"Aku tahu kau takkan  melakukan ini demi aku, sebisa mungkin aku akan segera membebaskanmu, meski sepertinya masih butuh waktu". Bisik Ludius. Ia mundur beberapa langkah dan mempersilahkan Pangeran Richard untuk berbicara dengan Zain.

"Zain, bagaimana keadaanmu? Maafkan atas kelancangan Ayahku yang seenaknya saja menjebloskanmu ke dalam penjara."

"Aku baikk – baik saja. Apa yang di lakukan Yang Mulia Raja tidak ada yang salah. Wajar dia melakukan hal ini. Raja mana yang membiarkan Putrinya menikahi pria biasa. Aku sadari itu.."

"Aku anggap sindiranmu itu sebagai pelampiasan kemarahanmu. Aku akan secepatnya membebaskanmu, ini juga demi Emilia. Dia sangat mencemaskanmu tadi sebelum kami kemari". Ujar Pangeran Richard serius. Ia ingin tahu seberapa seriusnya Zain mengenai perasaan adiknya.

Zain tersentak kaget, ia membelalakkan matanya, nafasnya tiba – tiba terasa berat. Sepertinya Zain juga sama terkejutnya mendengar Putri Emilia sangat mencemaskan dirinya. "Bagaimana keadaan Putri Emilia saat ini? aku harap kalian bisa menyampaikan perkataanku padanya". Zain berbicara sambil melirik ke arah Ludius dengan tatapan sadis, padahal jelas sekali orang yang sedang di ajaknya bicara adalah Pangeran Richard.

'Apa kau sedang memperingatkan ku, Zain? Lirikanmu benar – benar mematikan! Tapi aku suka itu'. Batin Ludius membalas lirikan Zain dengan senyum licik.

"Baik, aku akan sampaikan apapun yang kamu katakan". Sahut Pangeran Richard.

"Katakan pada Putri Emilia bahwa aku baik – baik saja, jangan ceroboh dan melakukan tindakan gegabah, yakinlah aku pasti akan bebas. Terima kasih karena sudah mengkhawatirkanku. Mungkin itu saja yang di katakan, Aku hanya takut dia akan melakukan hal itu tanpa sepengatahuanmu, Pangeran."

Cukup memprihatinkan memang kondisi Zain. Baru semalam di tahanan tubuhnya sudah menerima banyak sekali luka, entah itu dari cambukan atau dari yang lain. Beruntung Putri Emilia tidak di ikutkan dalam melihat keadaan Zain. Jika dia sampai ikut, yang ada malah dia bisa nekad menyelamatkan Zain tanpa perhitungan.

"Adikku jika sudah mengkhawatirkan seseorang memang bisa melakukan hal nekad, apalagi kamu adalah salah satu orang yang penting dalam hatinya terlepas dari kau sadar atau tidak. Kami tidak memiliki banyak wktu dan harus segera kembali".

Pangera Richard terlebih dahulu meninggalkan sel, sebelum Ludius mengikutinya ia terlebih dahulu menghampiri Zain. "Bertahanlah, aku pasti akan mengeluarkanmu. Ini juga demi Silvia, dia pasti tidak akan tenang jika tahu kamu sampai di penjara karenanya. Meski aku BENCI MENGAKUI INI, tapi dia tetap saja pernah mempunyai hubungan denganmu.."

Ludius lantas pergi dengan sorot mata yang  tertahan amarah, ia tidak ingin menunjukkan kelemahan hatinya di depan RIVAL CINTAnya. Tangannya menggenggam erat dengan hati yang coba ia bekukan sesaat.

'Perasaan cemburu macam apa ini?! sudah jelas sekali Zain hanya masalalu Silvia. Dari pada itu, banyak pria yang juga dekat dengan Silvia, tapi mengapa hanya padan Zain aku tidak bisa menahan amarah?'.

"Kau tidak terlihat baik – baik saja Tuan Lu. Apakah kau masih terganggu dengan masa lalu?" tanya Pangeran Richard yang sepintas melirik Ludius.

Raut wajah serta sikap dingin membara dan terkesan acuh memang ini adalah khas Ludius sekali. Sejak dulu Ludius memang seperti ini, menunjukkan aura dingin pekatnya di saat sedang meredam amarah dalam hatinya. Tapi sejak bertemu Silvia sikap Ludius memang sedikit lebih hangat dari dirinya yang dulu.

"Kau berpikir terlalu berlebihan Pangeran Richard. aku hanya tidak terbiasa dengan hawa pengap mirip neraka ini." melirik Pangeran Richard dengan sadis. "Aku harap kau bisa mengeluarkan Zain secepatnya dari sel. Terserah kau mau memakai cara apapun aku tidak peduli!".

"Aku tidak salah dengarkan Tuan Lu. kau meminta kebebasan Zain secepatnya? Bukankah kau justru senang dengan hal ini dan menganggap ini sebagai pembalasan karena dia pernah menjadi masa lalu yang masih menghantui hubungan kalian?". Ucapan Pangeran Richard begitu provokatif. Tapi dia salah memprovokasi seseorang.

Sesaat Ludius melirik Pangeran Richard SADIS. "Jangan coba – coba kau memprovokasiku dengan ini Pangeran Richard, karena itu takkan berpengaruh padaku. Jika kau menginginkan keretakan hubunganku dengan Silvia, maka kau salah mencari gara gara. Aku harap Pangeran Richard pikirkan ribuan kali jika memang masih menginginkan Kerajaan Hardland DAMAI!" kata – kata penuh tekanan tersebut ia ucapkan dengan mata melirik sinis Pangeran Richard.

"Apa kau sedang mengancamku, Tuan Lu?". balas Pangeran Richard dengan santai walau dalam hatinya ia cukup kaget dengan ancaman Ludius.

"Tidak, ini hanya peringatan. Aku bisa mentolerir apapun yang kalian lakukan padaku atau orang – orangku, tapi tidak dengan hubungan pernikahanku! Karena aku bisa melakukan hal yang lebih kejam dari apa yang kalian bayangkan!".

"Baiklah.. baiklah.. lupakan hal ini Tuan Lu. Maafkan aku yang berbicara terlalu lancang."

Pembicaraan mereka terhenti dengan diam dan acuhnya Ludius. Ia memang tidak bisa mentolerir jika ada orang yang berani memprovokasi hati dan hubunganya. Maka bayarannya adalah NYAWA MEREKA!!

-

Setelah keluar dari sel bawah tanah dan sampai di depan pintu keluar, ternyata mereka sudah di sambut oleh pria muda dengan sorot ambisius. Jika di lihat dari wajahnya, dia mungkin salah satu anak dari Raja Frederick.

"Cih, merepotkan!", gumam Ludius.

"Selamat pagi Adik Pangeran Lucas. Ada hal apa sepagi ini sudah berada di pintu menuju penjara bawah tanah? Adakah tahanan yang mengusikmu adik Pangeran?".  Kata Pangeran Richard menyambut kedatangan adik dari istri selir. Ia memberi salam dengan sangat sopan, meski ia jelas seorang adik yang kapan saja bisa mengambil posisinya sebagai calon Raja.

Perlu kalian ketahui, Kehidupan di Kerajaan memang sangat MUNAFIK. Mereka saling tegur sapa dengan sopan dan penuh senyuman, tapi di dalam hati mereka saling mengumpat dan mendoakan satu sama lain.

"Pagi Kakak Putra Mahkota, seharusnya aku yang bertanya. Mengapa sepagi ini Kakak sudah bertengger di depan pintu masuk penjara bawah tanah?" pancing balik Pangeran Lucas. Sungguh LICIK!!

"Aku kemari karena mengantar Tuan Lu untuk menemui temannya yang ada di sana".

"Oh.. Apakah Kakak sedang membuat rencana pemberontakan dengan cara mempertemukan tahanan dengan orang terdekatnya?!". pancing Pangeran Lucas, ia cukup pandai memprovokasi seseorang. Tapi sekali lagi dia salah memprovokasi seorang Ludius Lu!.

Author Note :

Wah.. makin panas ajh nih perseturuan tahta Kerajaan di Hardland.   semuanya saling menikam dari belakang dengan pura - pura tersenyum dan mendukung.

wah.. mbak embun., kapan nih romantis romamntisannya. kangen sama kebersamaan abang Lu sama Silvia.

sabar yah,,, kan bentar  lagi mau selesaiin plotnya langsung deh embun buat side story mereka, romantisnya mereka buat obat rindu kalian sama abang Lu dan Silvia,

Entah kedepannya abang Lu mau ikut campur masalah perebutan tahta di Hardland atau tidak, tapi yang jelas dia mau selesaiin dulu masalah idrntitas sebenarnya Silvia.

menurut kalian gimana tuh? apakah sebaiknya Silvia mengambil TAHTA atau menjadi istri CEO biasa dan meneruskan Perusahaan General Corp?

ditunggu yah kritik saran, komentar, PS, Review, serta ratingnya biar makin kece novel embun. karena komentar kalian sangat berarti.

lebih cinta lagi kalau kalian mau baca dengan berbayar, soalnya dari coin berbayar itu embun bisa mendapatkan penghasilan meski dikit. tapi embun nggak maksa kok, bagi yang mau pakai koin berbayar saja.

karena embun juga menyadari banyak yg seperti embun, yaitu harus bagi 2 uang kebutuhan. maka dr itu embun belum bisa memprioritaskan menulis karena memang uangnya belum bisa mencukupi kebutuhan sehari hari.