Chapter 475 - 475. Sebuah Liontin untuk hadiah istri tercinta

"Maafkan saya Tuan, rumah saya hanya sebuah gubug biasa. Tidak enak hati membawa Tuan untuk datang." Sergah Ibu paruh baya tersebuh dengan halus,

"Baiklah, saya tidak akan memaksa Ibu. Saya akan membeli liontin ini. Berapa ibu menjualnya?". Tanya Ludius. Ia tidak ingin memaksa Ibu tersebut meski masih tidak mengerti apa niat sebenarnya sang Ibu memberikan barang berharganya.

"Cukup 10 $  Tuan". Kata sang Ibu.

Cukup murah untuk barang berharga yang tidak ada di manapun, Ludius memberikan 20 $ tunai pada Ibu tersebut. "Ini ada 20 $ untuk Ibu, sisanya anggap saja saya memberi uang lebih untuk keluarga Ibu. Kapan – kapan saya pasti akan kembali. Selamat malam, bu".

Ludius meninggalkan ruko Ibu paruh baya tersebut dan kembali ke tempat di mana mobilnya di parkir. "Bagaimana reaksi Silvia saat mendapat oleh – oleh ini? akankah dia senang nantinya?". Pikir Ludius.

Waktu sudah mulai berangkak naik dan keadaan kota juga mulai sepi. Mungkin karena saat ini sudah menjelang pukul 21.00 malam. Ludius bergegas masuk ke dalam mobil dan menancapkan gasnya kembali ke Kerajaan Hardland.

***  

#Shanghai, China

7 hari telah berlalu setelah kepergian Ludius ke Kerajaan Hardland. Meski Silvia hanya bisa menerima video call sehari sekali dari suami tercinta, namun ia tidak bisa mengeluh atau protes pada Ludius karena memang kepergian suaminya karena bisnis.

Apalagi Ludius mengatakan akan berada di Kerajaan Hardland sekitar setengah bulan lamanya, membuat Silvia kadang merasa sedih jika mengingat acara 4 bulanan semakin dekat.

"Silvia, sarapan dulu yuk.. Ibu temenin deh. Nanti baru kita jalan – jalan ke luar cari sesuatu" bujuk Ibu Yuliana pada Putrinya yang masih berbaring di kamar di jam 07.00 pagi.

"Ibu.. aku sedang tidak ingin makan, bisa beri aku waktu 1 jam lagi.. baru aku akan keluar dari kamar. He he he" tawar Silvia.

"Tidak! Kamu harus sarapan Nak. Ingat apa pesan dari Dokter Martin, kamu ndak harus makan teratur. Hufft.. kamu sudah besar gini masih saja manja". Keluh Ibu Yuliana.

"Biarin. Biar tuh orang liat istrinya lagi mogok makan gara – gara tidak pulang!". Kata Silvia, ia benar – benar bertingkah layaknya istri manja. Mungkin Silvia juga sengaja melakukan itu karena ia sadar ada kamera cctv di kamarnya.

Silvia sengaja menarik kembali selimut yang di pakainya dan mempersilahkan Ibunya untuk kembali. "Silahkan Ibu sarapan dulu, nanti aku nyusul". Seru Silvia di balik selimut.

"Huftt.. anakku ini bagaimana bisa bersikap manja seperti ini?". gumam Ibu Yuliana. Ia hanya bisa menggeleng – gelengkan kepala melihat tingkah Silvia yang sudah bersikap aneh sepertii ini dari 2 hari yang lalu.

Sudah 2 hari lamanya Silvia mogok makan dan selalu mengurung diri di kamar seperti seorang gadis yang baru saja putus cinta. Ibu Yuliana awalnya membiarkannya saja karena pikirnya itu mungkin karena dia sedang kesal pada Ludius yang sudah 2 hari terakhir tidak menelfonnya.

"Baiklah, Ibu akan ke dapur dan membawakan sarapan ke  kamarmu. Ingatlah nak, kamu lagi  hamil. Apalagi kehamilanmu sangat riskan". Kata Ibu Yuliana sebelum meninggalkan kamar Silvia.

Sejak 2 hari ini Silvia juga tidak menerima orang untuk menemuinya, entah itu Ling ling ataupun Dokter Martin. Apalagi setelah Silvia sudah tahu kenyataan tentang Dokter mArtin sebenarnya.

"Ludius, seberapa lama lagi kamu berada di luar sana? 2 hari ini bahkan kamu tidak menghubungiku! Awas saja kalau kamu kembali, aku akan meminta konpensasi lebih!". Gerutu Silvia.

Ia terus bergumam tidak jelas sambil menyebut – nyebut Ludius. tapi hal ini wajar sih.. bayangkan saja suami di luar negeri 2 hari tidak ada kabar sama sekali. Antara kesal, khawatir, cemas dan kesal. Semua perasaan itu campur aduk jadi satu membuat perasaan Silvia tidak tenang sama sekali.

"Ludius nyebelin!!! Udah 2 hari nggak kasih kabar pula! Awas aja kalau pulang, aku mau buat peritungan sama kamu udah buat aku nunggu lama!". Omel Silvia dengan nada kasar.

Perasaan tidak tenang dan gelisah membuat Silvia menarik kembali selimutnya dan beranjak dari tidurnya. Ia melihat jam sudah menunjukkan pukul 07.23 pagi.

"Udahlah. Percuma juga aku mau ngamuk – ngamuk kayak gimana juga Ludius nggak perduli. Cuma.. mengapa 2 hari ini dia nggak ngasih kabar coba? Memangnya dia anggap aku apaan?".

Silvia beranjak dari kasurnya dengan sangat enggan. Untuk menyegarkan pikiran dan hatinya yang sudah tidak mood, Silvia memilih untuk mandi terlebih dahulu. "Lebih baik mandi dulu deh, habis itu mendingan ke kantor buat cek dokumen yang sudah lama di anggurin. Ujung – ujungnya aku.. juga yang ngerjain. Dasar Ludius nyebelin!". Silvia tidak puas – puasnya mengomel bahkan sebelum masuk kamar mandi sekalipun.

-

Di dapur Bibi Yun masih memasak berbagai macam makanan. Padahal sudah jelas hanya beberapa orang saja yang tinggal di Mansion. Tapi Bibi Yun memasak lebih banyak dari biasanya, membuat Ibu Yuliana yang melihatnya heran.

"Bi mengapa hari ini masak banyak sekali menu? Apakah akan ada tamu yang datang?" tanya Ibu Yuliana.

"Maaf Nyonya besar, sebenarnya Tuan Lu akan kembali hari ini. Tapi Tuan mengatakan untuk tidak mengatakan hal ini pada Nyonya karena Tuan akan membuat kejutan untuk Nyonya". Ujar Bibi Yun tidak enak hati pada Ibu Yuliana karena menyembunyikan hal ini.

"Oh baiklah, aku mengerti. Aku turut senang jika menantuku kembali hari ini. Setidaknya perasaan putriku akan kembali membaik. Akhir – akhir ini sikap Silvia sudah keterlaluan dan membuatku pening". Kata Ibu Yuliana sambil memijat keningnya.

"Sabar Nyonya besar. Nyonya muda memang selalu mempunyai cara tersendiri untuk melampiaskan isi hatinya". Ujar Bibi Yun.

"Ku harap memang seperti itu.." kata Ibu Yuliana berharap.

-

Di ruang tamu tanpa ada yang menyadarinya, Ludius dengan memakai kemeja hitam khas dirinya dengan membawa tas kecil masuk menyusuri ruang tamu dan melewati pintu dapur dan melihat Ibu Yuliana sedang bersama Bibi Yun. Ingin sekali Ludius menyapa Ibu Yuliana, tapi hatinya sudah tidak sabar untuk bertemu Silvia.

"Sayang, akhirnya aku kembali.." gumam Ludius.

Dengan cepat ia menaiki tangga dan menuju ke kamar pengantinya. Di penghujung pintu, Ludius melihat Silvia berdiri di depan meja rias menghadap cermin sedang mengeringkan rambutnya yang basah.

"Apakah kamu merindukanku, Sayang?" tanya Ludius di ujung pintu.

Bagai sebuah mimpi mendengar suara orang yang di rindukan, Silvia menoleh ke belakang dan berdiri terpaku memandang ke arah Ludius. "Ludius, apakah itu kamu?". Tanya Silvia dengan menitikan air mata.

Author Note :

Hallo kakak readers semua di manapun kalian berada? bagaimana dengan bab kali ini? adakah yang bisa embun bantu. kalau ada  yang perlu di pertanyakan silahkan tulis di kolom komentar atau di review yah.. embun bakal lihat satu persatu kok kalau ada waktu senggang.

ngomong - ngomong soal novel nya embun, menurut kalian bagian mana yah yang nggak menarik atau perlu di revisi? biar embun telaah lagi dan perbaiki kedepannya. embun usahakan dengan sepenuh hati kok. soalnya embun juga masih sibuk di kekhidupan nyata.

ada salamsalam nih dari pemain Novelnya embun, salam  dari abang Lu, Silvia Zhuan, Longshang, Wangchu, Kakak Lian, Linzy abigail, Putri Nadia, Putri Emilia, Pangeran Richard.

terlebih dari pemain pendukung seperti Ibu Yuliana, Bibi Yun, Queenza Nicol, Leerin, Zhenyi, Zack Li, dan masih banyak lagi yang belum bisa embun sebutin satu persatu.

kalau gitu, di tunggu kritik saran, Komentar, PS serta reviewnya dong. biar embun makin semangat ngetiknya. kalau bisa buka babnya pakai koin yah,,, biar embun dpt penghasilan walau dikit ttp di syukuri kok.

embun juga nggak maksa, bagi yg mau ajh. kalian udah mau baca ajh embun udah terima kasih bgt..

Salam sayang dan cinta dari EMbun Nada