Chapter 476 - 476. Akhirnya aku kembali, Sayang

"Ludius, apa itu kamu?". Tanya Silvia dengan bibir bergetar saat mengucapkannya. Perasaan rindu yang  tertahan lama membuat Silvia berdiri dan diam terpaku melihat wajah pria yang tidak asing baginya.

"Sayang aku kembali.." jawab Ludius singkat. Perlahan ia menghampiri istrinya yang masih terdiam tanpa bergeming,

"Jahat! Mengapa kamu tidak memberi kabar suamiku? Apa kmau tahu, betapa khawatirnya aku selama 2 hari ini? aku hanya takut kejadian 3 tahun silam terulang lagi hiks.." Silvia sudah tidak bisa memendam perasaan harunya, tanpa sadar bulir air mata jatuh dari kedua pelupuk  matanya.

Dengan sigap Ludius memberi pelukan hangat, ia bahkan tidak melonggarkan sedikitpun dekapan  tangannya. "Maafkan aku sayang, maafkan aku karena telah membuatmu menunggu lama". Ujar Ludius.

"Mengapa kau tega menyiksaku seperti ini suamiku? Aku  benar – benar takut kejadian di masa lalu terulang kembali. Aku takut kamu melupakanku dan meninggalkanku". Air mata Silvia mengalir membasahi pipinya.

Ludius yang melihat itu melepas pelukannya, perlahan ia mengusap air mata Sillvia dengan kedua ujung jemarinya. "Aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama untuk ke dua kalinya. Aku janji itu, Sayang".

"Jangan pernah tinggalkan aku lagi, suamiku. Aku tidak bisa membayangkan jika itu benar terjadi". Silvia membalas sentuhan Ludius dengan memegang ke dua tangan Ludius. mengecupnya dengan sepenuh hati. "Selamat datang kembali, suamiku" sambut Silvia dengan senyuman.

"Sudah, jangan sedih lagi istriku, ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan padamu". Kata Ludius dengan senyum menyimpan rahasia, ia dengan kasih sayangnya membawa Silvia kembali dan mendudukkannya di ranjang.

"Apalagi yang kamu sembunyikan suamiku? Jangan buat penasaran dong.." keluh Silvia.

"Hmm.. tunggu sebentar Sayang" Ludius menarik tas selempang yang di pakainya. Ia mengambil sebuah barang dari dalam tas tersebut dan memberikannya pada Silvia."Terimalah hadiah dariku, istriku. Apa kamu suka?".

Wajah Silvia berbinar, ia tidak bisa mengungkapkan dengan kata – kata perasaan haru dan bahagianya saat ini mendapatkan sebuah kado kecil dan manis dari suaminya. "Uhm, aku suka suamiku.. terima kasih". Balas Silvia lirih.

Kecupan hangat dari Ludius melesat di kening Silvia ketika melihat rona merah istri tercintanya. Silvia yang telah lama tidak mendapat kecupan dari Ludius, sontak saja membuat respon kaget. Dari relung hati paling dalam,  perasaannya berbunga – bunga, hatinya bagai di siram serbuk bunga yang membuat bunga itu mekar seketika.

'Ada apa dengan perasaanku ini? mengapa dadaku begitu berdebar tak karuan dan aku bahkan tidak bisa mengontrol perasaanku. Jangan bilang aku jatuh cinta lagi untuk ke sekian kalinya pada pria yang sama?' batin Silvia saling menyahut dari satu hati ke sisi lain hatinya.

Silvia yang tidak bisa mengontrol isi hatinya langsung menyerang Ludius balik dengan mencium pipi kanan Ludius. "Anggap itu sebagai hukuman karena telah pergi dan tidak memberi kabar 2 hari terakhir!". Ujar Silvia ketus. Ia malu setengah mati karena melakukan itu tanpa rasa malu.

Segera Silvia menyembunyikan wajahnya dari suaminya, ia tidak ingin di lihat oleh Ludius. 'Ini terlalu memaluka..!' Teriak Silvia dalam hati.

"Sayang.. mengapa kau mengalihkan pandanganmu? Bukankah tadi kamu berinisiatif untuk menciumku?", goda Ludius.

"Tidak! Tadi itu hanya kesalahan. Bukankah sudah ku bilang itu hukuman untukmu karena pergi tanpa memberitahu!". Kata Silvia beralasan.

Tapi mau beralasan apapun di depan Ludius, nyatanya alasan yang di buat Silvia adalah alasan konyol yang tidak mungkin bisa di percaya. "Jadi beneran nih, kamu melakukan ini bukan karena ingin mencium atau merindukan suamimu?", tanya Ludius  dengan nada meledek.

Silvia mengalihkan pandangannya ke arah samping, pura -  pura mengacuhkan Ludius, padahal sebenarnya dia itu sangat rindu pada suaminya itu. Hanya saja Silvia bingung bagaimana harus memulainya. Apalagi Ludius adalah tipe pria yang usil dan jahil seanterio jagat raya.

Mana ada suami bermuka tebal dengan kepercyaan tinggi melebihi tingginya langit seperti Ludius? Cuma Ludius yang mampu melakukan itu.

Mendapat respon malu – malu kucing dari istrinya, membuat Ludius semakin ingin dan ingin menggoda Silvia. "Sayang, dengar – dengar kamu ngambek dua hari ini sampai tidak keluar dari kamar dan marah – marah tidak jelas. Apa itu benar? Segitu kangennya kamu pada suamimu?" tanya Ludius kembali. Ia menghujani istrinya dengan berbagai pertanyaan yang selalu di akhiri denga ledekan dan cinta, membuat Silvia menjadi salah tingkah.

"Tidak, dengar dari mana kamu kalau aku ngambek?! Aku biasa ajh tuh! Ngapain juga aku ngambek sama orang yang nggak pengertian kayak kamu. Buang massa!" tolak Silvia mentah – mentah. Ia mensungutkan bibirnya yang merah merona.

Bukannya menenangkan Silvia yang sedang ngambek, Ludius justru memeluk Silvia begitu saja dari samping meski istrinya masih membuang muka padanya. "Maafkan aku, Sayang. Ini memang salahku karena tidak memberimu kabar dan membuatmu sampai khawatir. Kamu boleh menghukumku,, apapuun akan aku lakukan semua yang kamu minta". Ujar Ludius lirih, ia menenggelamkan wajahnya di sela leher jenjang Silvia.

Suara lirih Ludius bercampur dengan serak seakan suaranya tertahan di sana. Ia sudah tidak tahu lagi apa yang harus di lakukan untuk menenangkan amarah dan kejengkelan Silvia. Karena Ludius tahu, dari raut wajahnya Silvia, ia marah sekaligus takut bayangan masa lalu kembali menghampirinya.

Di sisi lain, Silvia kini justru melihat penyesalan yang nampak dari Ludius. Dari sini Silvia baru menyadari bahwa suaminya tidak benar – benar sengaja melakukan ini. 'Lalu, ada hal apa yang membuat Ludius tidak menghubungiku selama dua hari? Adakah masalah yang membuatnya harus menutupi semua jejaknya?'. Batin Silvia, ia belum berani mempertanyakan hal itu pada Ludius.

Lama Ludius memeluk dan bersandar di pundak istrinya, ia terlihat sangat lelah dan melepaskan kepenatan dengan cara memeluk Silvia. "Sayang, biarkan seperti ini beberapa saat.." ujar Ludius.

"Uhm.. aku sudah memaafkanmu. Aku tidak tahu apa alasanmu tidak memberi kabar selama dua hari ini, tapi aku percaya kamu pasti ada kesulitan tersendiri".

Selang beberapa saat, di saat keadaan masih sangat sunyi dan hanya ada kehangatan dari kasih sayang dan cinta antara Ludius dan Silvia. Dari arah pintu masuk terdengar suara ketukan.

Tok tok tok

"Silvia.. Ibu bawakan sarapan, Nak. Ibu buka pintunya yah..". Seru Ibu Yuliana dan pintu kamarpun terbuka.

"Selamat pagi Ibu.." sapa Ludius saat Ibu Yuliana masuk membawa nampan berisi mangkuk dan segelas susu.

Senyum Ibu Yuliana mengembang seketika begitu melihat Ludius, tidak bisa di ungkapkan dengan kata – kata betapa senangnya Ibu Yuliana saat ini. "Nak Ludius.. akhirnya kamu  kembali, Nak. Ibu turut senang dan bahagia".

Author Note :

Hallo kakak readers semua di manapun kalian berada? bagaimana dengan bab kali ini? adakah yang bisa embun bantu. kalau ada  yang perlu di pertanyakan silahkan tulis di kolom komentar atau di review yah.. embun bakal lihat satu persatu kok kalau ada waktu senggang.

ngomong - ngomong soal novel nya embun, menurut kalian bagian mana yah yang nggak menarik atau perlu di revisi? biar embun telaah lagi dan perbaiki kedepannya. embun usahakan dengan sepenuh hati kok. soalnya embun juga masih sibuk di kekhidupan nyata.

ada salam salam nih dari pemain Novelnya embun, salam  dari abang Lu, Silvia Zhuan, Longshang, Wangchu, Kakak Lian, Linzy abigail, Putri Nadia, Putri Emilia, Pangeran Richard.

terlebih dari pemain pendukung seperti Ibu Yuliana, Bibi Yun, Queenza Nicol, Leerin, Zhenyi, Zack Li, dan masih banyak lagi yang belum bisa embun sebutin satu persatu.

kalau gitu, di tunggu kritik saran, Komentar, PS serta reviewnya dong. biar embun makin semangat ngetiknya. kalau bisa buka babnya pakai koin yah,,, biar embun dpt penghasilan walau dikit ttp di syukuri kok.

embun juga nggak maksa, bagi yg mau ajh. kalian udah mau baca ajh embun udah terima kasih bgt..

Salam Sayang dari Embun Nada