Chapter 480 - 480. Kecemasan seorang suami

"Bunda!" seru Azell mendengar teriakan Ludius dari lantai atas. "Nenek, kondisi bunda menurun. Azell ingin naik ke atas untuk melihat kondisi Bunda." Ujar Azell pada Ibu Yuliana.

"Baiklah, ayo kita ke atas untuk melihat Bundamu. Nenek juga khawatir dengan kondisinya. Apalagi 2 hari ini dia tidak menggurus dirinya dengan baik".

Ibu Yuliana dengan perasaan cemas membawa Azell keluar dari ruang makan untuk menuju lantai atas, tapi sebelum itu mereka berpapasan dengan Dokter Martin menghentikan langkahnya sejenak di samping Ibu Yuliana, tepatt di depan tangga saat Ibu Yuliana berbicara padanya.

"Dokter Martin, syukurlah anda sudah datang. Kondisi Silvia tiba – tiba drop saat kami sarapan bersama" Ujar Ibu Yuliana.

"Baik, saya mengerti. Nyonya Silvia terlalu keras kepala. Dua hari ini dia bahkan dengan sengaja tidak mengizinkan saya untuk datang." Kata Dokter Martin menjelaskan.

Ia menyudahi percakapan sementara mempercepat langkahnya menuju kamar Silvia yang berada di lantai atas. Tepat di depan pintu kamar, Dokter Martin berdiri melihat Ludius dengan wajah panik duduk di samping Silvia seraya memegang telapak tangan Silvia dengan kedua tangannya.

"Permisi Tuan Lu. Biarkan saya  memeriksa kondisi Silvia". sapa Dokter Martin di penghujung pintu. Ia masuk dan meletakkan tas medisnya di meja rias.

Ludius lantas beranjakk dari sisi Silvia agar Dokter Martin  memeriksa keadaan Silvia."Baguslah kau sudah datang,  kondisi istriku tiba – tiba saja drop. Apakah ini karena sel rusak dalam tubuhnya menyebar?". Tanya Ludius menebak.

"Belum tentu juga, aku tidak bisa mendiagnosa begitu saja. Tapi di lihat dari gejalanya, mungkin saja Nyonya Silvia tidak makan dengan teratur dan terlalu stres. Apakah anda tahu Tuan Lu, dalam dua hari ini Nyonya mu menghubungiku dan melarangku untuk menemuinya. Tidak di sangka dampaknya akan seperti ini". ujar Dokter Martin. Ia berkata dengan tegas dan dengan lirikan tajam pada Ludius.

"Ini semua salahku. Seharusnya dua hari ini aku tidak mengacuhkannya. Kau periksa saja kondisi Silvia, lakukan apapun untuk menstabilkan kondisinya". Perintah Ludius.

"Baik, akan saya usahakan". Dokter Martin mengambil beberapa alat medisnya dan mulai melakukan pemeriksaan pada Silvia.

Di saat keadaan genting, Ludius teringat akan satu hal mengenai Dokter Martin. Ia mengeryitkan kening dan memperhatikan setiap hal dan tingkah dari Dokter Martin. 'Tidak, apa aku salah? mengapa aku merasa sangat familiar dengan lirikan dari Dokter Martin ini? tatapannya begitu tajam seolah ingin menelan segalanya. Aku pasti pernah bertemu dengannya sebelumnya, tapi di mana?', batin Ludius.

Di tengah kepanikannya ia tidak bisa berpikir jernih dan tidak bisa mengingat kapan ia pernah bertemu dengan tatapan seperti itu. 'Aku harus mencaritahu lebih lanjut mengenai Dokter Martin ini. Jelas sekali aku mengenal tatapan tajam tadi. Astaga! Apa aku melewatkan sesuatu yang penting?'

Pikiran Ludius seketika kacau, namun ia lebih memilih mengesampingkan firasatnya pada Dokter Martin dan menfokuskannya pada kesembuhan Silvia.

15 menit lamanya Ludius tidak tenang di dalam kamar dengan pandangannya tidak teralihkan dari istrinya. Tidak berselang lama Dokter Martin selesai menangani Silvia, ia lalu menaruh  kembali alat medis yang di gunakan untuk memeriksa kondisi Silvia.

"Bagaimana kondisi Silvia saat  ini, mengapa dia sampai tidak sadarkan diri?" tanya Ludius. Ia terlihat panik dan tidak sadar bahwa dirinya terlalu berlebihan dan bertindak tidak seperti biasanya.

"Sabarlah Tuan Lu. Kau seperti ini tidak akan menyelesaikan masalah. Apa kau sadar, ini semua karenamu. Jika saja kau tidak terlalu lama meninggalkannya, Nyonya Lu tidak akan mengalami stres berat dan mengabaikan kondisi tubuhnya". Kata Dokter Martin yang malas menyudutkan Ludius.

Ludius melangkah mundur beberapa langkah dan tersudut di sofa. Ia terduduk begitu saja seolah tenaganya telah hilang sepenuhnya. "Kau benar, ini semua salahku karena meninggalkannya terlalu lama, bahkan tidak memberinya kabar selama 2 hari ini." Sepintas Ludius melirik tajam ke arah Dokter Martin saat dia melihat ke arah Ludius.

"Kau akhirnya mengakuinya.." sahut Dokter Martin. Ia terlihat sangat puass melihat Ludius terpuruk.

"Kau pasti senang bukan, aku telah masuk dalam jebakanmu! Pergi menuju Kerajaan Hardland dan meninggalkan China. Prediksimu pasti aku akan meninggalkan China setengah bulan lamanya, tapi sayang sekali, istriku tidak mengizinkanku untuk itu dan aku kembali seminggu lebih cepat dari perkiraanmu. Dokter Martin, walau awalnya kau memanfaatkanku dengan hal ini, tapi aku tidak akan tinggal diam kau melakukannya lebih dari ini!". jelas Ludius panjang lebar dengan senyum liciknya ia menahan semua amarahnya.

Sekelebat Dokter Martin tersentak kaget dengan apa yang di katakan Ludius, namun sepertinya ia tidak ingin kedoknya terbuka lebih cepat dari , hingga membuatnya menutup rapat – rapat rasa kagetnya. "Apa yang anda katakan Tuan Lu. aku tidak mengerti dengan maksud dari perkataanmu". Sergah Dokter Martin.

"Kau tidak mengerti dengan apa yang aku katakan. Baiklah, Teruslah bersandiwara, itu juga lebih baik untuk ke depannya, agar aku lebih bisa menahan emosi saat melihatmu dengan tampang seperti ini." perkataan Ludius terdengar sekali sedang menyudutkan Dokter Martin.

Namun bukan pemain kelas atas namanya jika di sudutkan sekali saja panik. Dengan santainya Dokter Martin bersikap dan menjawab semua yang di katakan Ludius. "Tuan Lu, kau pandai sekali bermain teka – teki. Apapun yang kau katakan, aku anggap itu sebuah pujian. Aku sudah memasangkan infus untuk istrimu, dia untuk sementara waktu baik – baik saja. Hanya perlu istirahat total, perbaiki pola makan dan hindari tekanan dalam pikirannya. Karena jika Nyonya Lu terlalu banyak tekanan dalam pikirannya, ia akan mudah drop. Sebaiknya kau perhatikan diriinya lebih baik lagi. Permisi!". Kata Dokter Martin membalas lirikan tajam Ludius. ia membereskan alat medisnya ke dalam tas dan keluar dari kamar Silvia dengan aura yang tidak enak di rasa.

Ludius kembali ke sisi Silvia. Ia duduk di samping ranjang sambil memegang tangan hangat Silvia dan dengan penuh cinta ia mencium tangan Silvia. "Maafkan aku sayang sudah membuatmu mengalami semua ini. Padahal sebentar lagi kita akan kembali ke Indonesia untuk acara empat bulanan. Cepatlah bangun istriku, kita akan habiskan waktu di Indonesia, menyelenggarakan acara empat bulanan dan mengundang anak – anak panti. Pergi jalan – jalan ke tempat yang kamu suka, semuanya aku lakukan asal kamu cepat bangun".  Ujar Ludius putus asa.

"Sayang.. Jangan pernah tinggalkan aku lagi..." gumam Silvia. sepertinya dia sedang mengigau. Keringat dingin memebasahi wajahnya.

Ludius dengan sigap mengambil kain yang ada di lemari dan menyeka keringat istrinya. "Sayang, bangunlah.. aku ada di sini.." bisik Ludius di telinga istrinya.

Author Note :

Hallo kakak readers semua di manapun kalian berada? bagaimana dengan bab kali ini? adakah yang bisa embun bantu. kalau ada  yang perlu di pertanyakan silahkan tulis di kolom komentar atau di review yah.. embun bakal lihat satu persatu kok kalau ada waktu senggang.

ngomong - ngomong soal novel nya embun, menurut kalian bagian mana yah yang nggak menarik atau perlu di revisi? biar embun telaah lagi dan perbaiki kedepannya. embun usahakan dengan sepenuh hati kok. soalnya embun juga masih sibuk di kekhidupan nyata.

ada salamsalam nih dari pemain Novelnya embun, salam  dari abang Lu, Silvia Zhuan, Longshang, Wangchu, Kakak Lian, Linzy abigail, Putri Nadia, Putri Emilia, Pangeran Richard.

kalau gitu, di tunggu kritik saran, Komentar, PS serta reviewnya dong. biar embun makin semangat ngetiknya. kalau bisa buka babnya pakai koin yah,,, biar embun dpt penghasilan walau dikit ttp di syukuri kok.

makasih buat yang udah kasih ps dan komen dan beli bab embuun dengan coin. jujur embun sangat bahagia dengan itu semua.

jadi jangan bosan - bosan untuk kasih komen dan review yah, soalnya embun sangat menanti komentar kalian loh, beneran.. please  di tunggu komen kalian kakak readers

salam sayang dan cinta dari embuun