Ludius menghentikan langkahnya beberapa saat. Ia dengan menahan perasaan kesal serta malu menoleh ke arah Azell. "Papa tidak ingin mendengar apapun lagi! Jika Azell terus berbuat nakal dan usil di kantor maka Papa tidak segan untuk mengantar Azell kembali ke rumah!". Tegas Ludius.
Beberapa staff yang memperhatikan percakapan mereka menutup mulut dengan menahan tawa agar jangan sampai menunjukkan tawa mereka di depan Ludius. Mereka hanya bisa tersenyum simpul, itupun sambil menunduk agar tidak menjadi sasaran pelampiasan Ludius.
Azell mendapat peringatan dari Papanya langsung menunduk tidak berani menjawab. Ia mengikuti langkah Ludius masuk ke dalam kantor. Dari ruangan dalam, seorang wanita keluar dengan membawa buku agenda.
"Selamat datang kembali, Presdir" Sapa wanita dengan pakaian yang minim bahan terkesan seksi. Wanita ini tidak lain adalah Bianca Luze. Dia memberikan daftar agenda pada Ludius dengan gaya menggodanya yang khas,
"Biie, bagaimana perkembangan kantor? Apakah ada kendala selama kepergianku?". Tanya Ludius serius. Ia tidak menggubris lagat menggoda Bianca yang terang – terangan di perlihatkan di depan umum.
Dan hal ini tentu saja menjadi bahan gosip dan tawa dari para staff yang melihat sikap Bianca yang terang – terangan menggoda Presdir yang jelas sekali sangat mencintai istrinya. Mereka juga mempertanyakan anak yang datang dengan Ludius. Tapi apalah daya, mereka hanya staff kecil yang masih membutuhkan tempat untuk bekerja. Mana berani menggosipkan anak kecil yang datang dengan Ludius. Mereka hanya bisa memperhatikan agar tahu siapa sebenarnya anak kecil yang datang dengan Ludius.
"Tuan Lu, selama seminggu ini keadaan kantor cukup stabil dan kerja sama kita dengan Qin corp dalam hal pembangunan gedung kenegaraan sudah mencapai 90%. Mungkin minggu depan sudah selesai dan pemotongan pita". Jawab Bianca dengan lugas dan bertanggung jawab,
Azell memperhatikan para staff yang membicarakan Bianca juga berpendapat dan berpemikiran sama. Ia yang melihatnya sekilas saja langsung tidak suka dengan si Bianca. 'Tapi mengapa Papa masih saja memelihara Sekretaris penggoda sepertinya? Apa Papa tidak tahu bagaimana perasaan Bunda jika sampai tahu? Hmm.. sepertinya memang harus aku yang bertindak'. Batin Azell.
Sebelum masuk ke dalam ruangan Direktur, Ludius bingung mau titipkan Azell pada siapa. Ia lama berpikir dan akhirnya memilih untuk bertanya. "Azell, Papa masih banyak hal yang harus di kerjakan. Bagaimana kamu akan menghabiskan waktu membosankan di kantor ini?". tanya Azell.
Bianca dengan kepercayaan dirinya berjongkok dan menyentuh pipi tembem Azell "Tuan Lu, apakah ini anak yang pernah di bicarakan itu? Astaga.. dia manis sekali". Puji Bianca dengan senyum nya yang jelas sangat memuakkan bagi Azell saat melihatnya,
"Ishh.. tante, jangan pegang – pegang. Kita tidak saling kenal tuh!". Kata Azell acuh, ia berdecis melihat betapa memuakkannya sikap Bianca yang sangat pandai bersilat lidah.
"Iya, dia anakku. Entah mengapa kali ini dia ngotot ingin ikut denganku ke kantor. Terpaksa aku bawa, karena Silvia juga mengizinkannya". Jawab Ludius dengan setengah mengeluh.
'Iyalah Azell harus ikut Papa ke kantor! Biar Azell tahu wanita mana saja yang senang menggoda Papa. Azell harus mewakili Bunda memberi pelajaran.' Batin Azell, ia membuang muka dari Bianca yang mencoba menarik perhatiannya.
"Tuan Lu, kau tahu. Aku sangat menyukai anak – anak. Tuan bisa menitipkan Azell kecil dan imut ini padaku selagi Tuan sibuk". Tawar Bianca dengan senyuman palsunya. "Benarkan Azell manis?". Tanya Bianca kali ini ia tunjukkan pada Azell.
Awalnya Azell sangat enggan di temani Bianca selama di kantor, namun sekelebat sebuah ide terlintas di pikiran Azell. 'Ok.. kamu mau mencari simpati Papaku kan. Baiklah, aku akan mengabulkannya. Tapi jangan salah jika aku akan menyiksamu Tante GIRANG!' batin Azell tersenyum jahat.
"Baik. Pa.. Azell akan bersama tante ini ketika Papa sedang bekerja" sahut Azell dengan tampang polosnya.
Ludius melirik tajam ke arah Azell. "Azell, jangan bercanda. Kamu benar, ingin bersama tante Bianca? Karena Papa hari ini banyak urusan, tidak bisa menerima keluhanmu kalau ada apa – apa denganmu Azell!". Tegas Ludius.
'Hmm.. mengapa aku merasa ada yang tidak beres dengan jawaban Azell yah. Apakah anak ini sedang merencanakan sesuatu lagi?', batin Ludius,
"Benar Pa. Azell janji tidak akan ber buat macam – macam atau nakal selama di sini. Papa tenang saja." Jawab Azell mantap.
"Ya sudahlah. Bie, aku titip Azell padamu". Ujar Ludius dengan setengah hati melepaskan pengawasannya pada Bianca.
"Tuan Lu tenang saja. Azell anaknya kelihatannya baik kok. Pasti tidak akan menyusahkanku. Tuan Lu lebih baik kembali ke ruangan saja. Lagi pula di sana sudah ada Tuan Wangchu yang menunggu anda".
Ludius pergi dari depan lobi kantor untuk kembali ke ruangannya , sedangkan di lobi kantor, semua staff membubarkan diri begitu Ludius sudah tidak ada di tempat. Tinggal Azell dan Bianca yang masih ada di sana.
"Tante.. ini sudah hampir siang. Bagaimana kalau kita cari makan siang bersama?". Tanya Azell menawarkan dengan memperlihatkan kepolosan dan sikap kekanakannya.
"Boleh.. memang Azell ingin makan siang dengan apa? Kita bisa pergi ke restoran yang Azell inginkan". Balas Bianca.
'Apa yang sedang di rencanakan anak nakal ini?'. batin Bianca kesal, karena mungkin baru kali ini dia di permainkan anak kecil.
"Tante.. Azell tidak biasa makan – makanan yang beli dari restoran. Biasanya Azell itu makan – makanan yang di buat oleh Bunda, seperti sop tulang iga, ada tempe goreng, rendang.. aduh pokoknya banyak deh. Apa Tante juga mau membuatkan makanan yang sama untuk Azell?". Tanya Azell dengan memperlihatkan wajah polosnya,
Seketika urat kepala Bianca mencuat, rasanya hampir putus menahan amarah dan kegeraman mendengar permintaan Azell yang jelas sekali sedang mempermainkannya.
'Kurang ajar! Berani sekali anak kecil sepertimu mempermainkanku. Astaga.. kalau bukan karena kamu anak Boss sudah aku cincang habis kamu bocah! Sabar Bianca.. sabar.. kamu harus bisa menaklukkan anak nakal ini. kalau tidak, bukan Bianca Luze namanya'. Batin Bianca menguatkan diri.
"Baiklah, tante akan bawa kamu ke suatu tempat makan yang enak. Karena semua maknan yang Azell sebutkan Tante belum pernah dengar. Jadi Tante akan buat makanan yang tidak kalah enaknya dengan yang Azell sebutkan tadi, bagaimana?". Tanya Bianca menawar.
"Tante.. bukankah tadi bilang akan menjagaku baik – baik di depan Papa. Tapi mengapa sekarang saat aku meminta makanan saja Tante menolaknya. Huwa... tante pembohong!!" teriak Azell dengan tiba – tiba membuat orang yang sedang sibuk dengan pekerjaan mreka masing – masing menjadi terganggu dan penasaran.
Author Note :
Hallo kakak readers semua di manapun kalian berada? bagaimana dengan bab kali ini? adakah yang bisa embun bantu. kalau ada yang perlu di pertanyakan silahkan tulis di kolom komentar atau di review yah.. embun bakal lihat satu persatu kok kalau ada waktu senggang.
ngomong - ngomong soal novel nya embun, menurut kalian bagian mana yah yang nggak menarik atau perlu di revisi? biar embun telaah lagi dan perbaiki kedepannya. embun usahakan dengan sepenuh hati kok. soalnya embun juga masih sibuk di kekhidupan nyata.
ada salamsalam nih dari pemain Novelnya embun, salam dari abang Lu, Silvia Zhuan, Longshang, Wangchu, Kakak Lian, Linzy abigail, Putri Nadia, Putri Emilia, Pangeran Richard.
kalau gitu, di tunggu kritik saran, Komentar, PS serta reviewnya dong. biar embun makin semangat ngetiknya. kalau bisa buka babnya pakai koin yah,,, biar embun dpt penghasilan walau dikit ttp di syukuri kok.
makasih buat yang udah kasih ps dan komen dan beli bab embuun dengan coin. jujur embun sangat bahagia dengan itu semua.
jadi jangan bosan - bosan untuk kasih komen dan review yah, soalnya embun sangat menanti komentar kalian loh, beneran.. please ditunggu komen kalian kakak readers
salam sayang dan cinta dari embuun