"Hei Ludius, mengapa kau terlihat panik Azell di bawa pergi oleh sekretaris Bianca?". Sahut Wangchu bingung.
"Ini berhubungan dengan hal yang sedang bicarakan. Aku akan menjelaskannya nanti". Ludius menatap tegas pada karyawan yang berdiri menunduk di depannya.
"Saya tidak tahu Presdir. Hanya ini saja hal yang ingin saya sampaikan pada anda". Kata karyawan dengan setengah takut melihat Ludius sudah sampai berdiri menjawab perkataannya.
"Baiklah, kembalilah bekerja". Ujar Ludius. ia memberi isyarat pada karyawannya untuk keluar dari ruangannya.
"Baik Tuan, saya permisi.." karyawan tersebut keluar dari ruangan Direktur Utama.
Setelah kepergian karyawan yang memberitahu kepergian Bianca Luze yang membawa Azell. Wangchu semakin melihat Ludius serius. "Tunggu..! kau tadi mengatakan yang di sampaikan pegawai tadi masih ada hubungannya dengan hal yang sedang kita bahas?! Mengapa kau menjadi semakin sulit untuk di mengerti Ludius. coba kau katakan dengan benar". Kata Wangchu setengah meledek dengan perkataan Ludius yang kadang tidak masuk akal.
Ludius melirik tajam Wangchu yang sedang berusaha menahan tawa di depannya. "Apa kau sedang menertawakanku, Wangchu?!".
"Pfft.. mana berani aku menertawakanmu, Boss. Aku hanya sedikit tidak paham dengan arah pembicaraan kita tadi."
"Dengar! Aku akan menjawab pertanyaanmu yang tadi. Tapi sebelum itu, aku memintamu untuk tidak mengambil tindakan apapun setelah aku menjawab semua pertanyaanmu!". Ludius memandang balik sama tegasnya pada Wangchu.
"Sebenarnya apa yang ingin kau katakan Ludius, mengapa kau seperti sedang menyembunyikan sesuatu". Selidik Wangchu. Ia mulai menunjukkan keseriusan.
"Aku selalu mendapat informasi penting tidak lain dan tidak bukan adalah dari Bianca Luze. Dia ada kemungkinan adalah salah satu dari Agen Divisi Rusia. Yang masih aku pertimbangkan sampai saat ini adalah, dia kawan atau lawan?!" ujar Ludius.
Kini giliran Wangchu yang terlihat sangat konyol, ia beranjak dari duduknya dengan perasaan syok yang tidak bisa di gambarkan dengan kata – kata. "Bagaimana mungkin!". Seru Wangchu. Jujur ia sangat sulit untuk mempercayai hal ini.
Bayangkan saja, seorang Agen Divisi dari Negara Radikal terbesar yaitu Rusia masuk menyusup di tengah – tengah mereka dan berbaur setiap hari, namun tidak ada yang menyadarinya sama sekali. Wangchu sebagai salah satu orang dari dunia yang sudah lama merambah dunia bawah merasa di permalukan secara tidak langsung.
Apa jadinya jika bukan seorang kawan ataupun sekutu mellainkan musuh, pasti semua rahasia dari Ludius ataupun Organisasi Naga Imperial sendiri sudah di bongkar habis oleh Bianca. Hanya saja yang masih menjadi pertimbangan Ludius sampai saat ini adalah, mengapa Bianca masih belum mengambil tindakan?
Sebenarnya apa yang sedang di tunggu olehnya?
Ataukah memang Bianca di utus hanya untukk memata – matai seberapa jauh pergerakan dari Ludius?
Hal ini masih belum di pastikan, apa motif sebenarnya dari seorang Bianca yang menyusup menjadi sekretaris di sisi Ludius secara langsung.
"Astaga.. gila! Jadi kita sejauh ini sudah di awasi oleh Agen Divisi dari Rusia tapi tidak ada satupun dari kita menyadarinya?" Wangchu mengeryitkan keningnya. Ia masih belum mengerti akan satu hal, "Jika kau sudah tahu kalau Bianca Luze kemungkinan dari Agen Divisi Rusia, mengapa kau masih saja membiarkannya dan justru bekerja sama dengannya. Apa kau tidak memikirkan resiko jangka panjangnya Ludius!".
Emosi sekali saat ini keadaan Wangchu. Perasaan dan emosinya hampir saja tidak terkontrol, namun ia teringat masih di dalam kantor. Mungkin karena baru kali ini di permainkan seseorang sampai tahap ia tidak tahu apapun.
"Tenanglah Wangchu! Dengar! Jika aku mengusirnya apa kita mempunyai jaminan kalau Bianca tidak akan memmbocorkan semua informasi internal dari Naga Imperial?! Bukankah dengan menetapkannya di sisiku akan lebih mudah untuk kita mengawasi Bianca, sembari kita memikirkan tindakan selanjutnya".
Wangchu terduduk dengan perasaan yang campur aduk, bahkan perasaan ini lebih tidak bisa di jabarkan dari pada mengurai perasaan terhadap wanita. "Hal ini benar – benar membuatku cukup syok. Pasalnya Bianca adalah orang yang kau percayakan untuk mengurus kantor bersamaku dan sekarang aku harus berpikir dia adalah seorang mata – mata. HEBAT!!". Wangchu sudah tidak bisa berkata – kata lagi dengan yang sedang di hdapinya saat ini.
Melihat Wangchu yang masih syok, Ludius memutuskan untuk mencari dimana Azell berada dan menunda kembali pembicaraan mereka. "Wangchu, kita tunda saja membahas tentang Leerin, aku percayakan Leerin padamu untuk tetap diawasi. Jangan sampai kita kecolongan tentang pergerakannya. Aku akan menyusul mencari kemana Bianca sialan itu membawa Azell".
Ludius, memperbaiki jasnya lalu beranjak dari tempatnya menghampiri Wangchu. "Aku titip kantor padamu". Kata Ludius sambil menepuk pundak Wangchu, lalu ia melangkah keluar dari Ruang Direktur Utama.
Sedangkan Wangchu yang masih di dalam ruangan Direktur masih terdiam memikirkan Bianca Luze. Ia mengeryitkan kening, "Aku tidak menyangka, diam – diam di susupi bom waktu seperti ini. Bianca Luze bagai bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Jika kita sedikit saja membuatnya tidak puas, ia akan mengeluarkan semua kartu AS yang sudah ada di tangannya. Belum lagi seberapa jauh Atasannya menerima informasi darinya. Di pikirkan bagaimanapun tidak ada yang menguntungkan bagi kita selain informasi darinya". Gumam Wangchu.
Ia terlalu lelah menerima informasi yang menurutnya beresiko sangat besar bagi Organisasi ataupu Ludius sendiri membuatnya bersandar di sofa, dan memejamkan matanya sebentar. sekelebat wajah Putri Nadia singgah dari pandangannya.
"Nadia.. kapan aku bisa menemui, Putriku? Aku terlalu sibuk di kantor hingga sudah beberapa hari ini aku tidak melihatmu. Sungguh aku merindukanmu, Putri Nadia.." gumam Wangchu.
Baru saja Wangchu memikirkan Putri Nadia yang tiba – tiba singgah saat dirinya memejamkan mata. Suara ponsel Wangchu bergetar.
Bzzt.. bzzt..
Dengan perasaan malas Wangchu mengambil ponsel dan melihat siapa yang menelfon. Mata sayu Wangchu tiba – tiba cerah begitu melihat nama Nadia yang sedang menghubunginya. Perasaan malas dan lelah yang di rasakan Wangchu tiba – tiba hilang.
["Selamat siang, Tuan Wangchu.."] sapa Putri Nadia di ujung telefon.
["Selamat siang, Putri Nadia. Ada apa siang – siang begini menghubungiku? Apakah Putri Nadia sudah merindukanku karena sudah lama tidak menemuimu?"] tanya Wangchu dengan intonasi menggoda.
["Kepedean dari Tuan Wangchu memang tidak berubah, aku salut akan hal itu. Ngomong – ngomong, aku menghubungiku sayangnya, bukan karena aku merindukanmu atau apalah yang Tuan Wangchu pikirkan"] tandas Putri Nadia.
["Lalu kalau bukan karena rindu, ada hal apa yang membuat Putri Nadia repot – repot menghubungiku?] sindir Wangchu dengan sedikit membanggakan diri berharap wanita yang dirindukannya sadar dengan perasaannya.
Author Note :
Hallo kakak readers semua di manapun kalian berada? bagaimana dengan bab kali ini? adakah yang bisa embun bantu. kalau ada yang perlu di pertanyakan silahkan tulis di kolom komentar atau di review yah.. embun bakal lihat satu persatu kok kalau ada waktu senggang.
ngomong - ngomong soal novel nya embun, menurut kalian bagian mana yah yang nggak menarik atau perlu di revisi? biar embun telaah lagi dan perbaiki kedepannya. embun usahakan dengan sepenuh hati kok. soalnya embun juga masih sibuk di kekhidupan nyata.
ada salamsalam nih dari pemain Novelnya embun, salam dari abang Lu, Silvia Zhuan, Longshang, Wangchu, Kakak Lian, Linzy abigail, Putri Nadia, Putri Emilia, Pangeran Richard.
kalau gitu, di tunggu kritik saran, Komentar, PS serta reviewnya dong. biar embun makin semangat ngetiknya. kalau bisa buka babnya pakai koin yah,,, biar embun dpt penghasilan walau dikit ttp di syukuri kok. karena semua adalah dari kalian kakak tercinta
makasih buat yang udah kasih ps dan komen dan beli bab embuun dengan coin. jujur embun sangat bahagia dengan itu semua.
jadi jangan bosan - bosan untuk kasih komen dan review yah, soalnya embun sangat menanti komentar kalian loh, beneran.. please di tunggu komen kalian kakak readers
salam sayang dan cinta dari embuun