Selepas Silvia memberi pengarahan pada Azell dan membantu Azell untuk mandi serta mencarikan pakaian ganti. Kini mereka sudah siap untuk mengintip Ludius yang sedang memasak di dapur. Dengan perasaan senang Silvia menggandeng Azell keluar dari kamar menuju ke dapur.
Pagi ini cuaca memang sedang mendung, dan suasana seperti ini memang paling nikmat di habiskan dengan keluarga. Harap tidak di contoh CEO kita ini. Ludius sepertinya akan ambil cuti lagi hari ini, selain karena alasan mendung juga karena ingin menghabiskan waktu bersama keluarga.
"Lihatlah Bunda, Papa lucu sekali saat memakai celemek. Sepertinya Papa cocok jika berubah profesi menjadi koki rumah, biar Bibi Yun tidak terlalu lelah kalau pagi hari ada yang membantunya memasak", bisik Azell pada Silvia.
Mereka kini sudah ada di penghujung pintu dapur dan diam – diam mengintip apa saja yang di lakukan Ludius di dapur.
"Issh.. Azell, kamu memang nakal yah" ujar Silvia seraya menyentil kening Azell. "Papamu CEO loh, banyak pekerjaan yang harus di kerjakan di kantor, tapi Azell ingin Papa bekerja di dapur membantu Bibi Yun? kalau Papa Azell di dapur, lalu siapa yang akan mengurus kantor nantinya?". Tanya Silvia seraya mengangkat salah satu alisnya, berpikir jika itu benar terjadi.
"Kalau Papa menjadi koki di dapur, tentu Azell yang akan menjadi CEO di Perusahaan Papa dan mengelola kantor agar tidak di isi dengan tante – tante girang seperti tante Bianca itu." Azell mengatakannya dengan sangat antusias.
Sepertinya Azell sangat geram jika mengingat nama Bianca, matanya berkobar- kobar dan emosinya naik turun tidak stabil, karena memang hal itu cukup membuat Azell trauma terhadap gelap dan hutan yang lebat.
"Azell tenangkan dirimu, nak. Jangan sampai kamu terbawa emosi dan menjadikanmu budak dari amarah. Apakah kamu mengerti Azell?". Bisik Silvia pada Azell yang terbawa emosi.
"Azell mengerti, Bunda. Maafkan Azell yang tidak bisa mengontrol emosi dan marah – marah di depan Bunda. Oh ya.. Azell ingin menghampiri Pap terlebih dahulu, yah.." kata Azell dengan senyum lebar.
Dalam pikirannya mungkin sudah ada serangkaian keusilan yang ingin Azell tunjukkan pada Ludius. Jiwa usil dan jahil sepertinya memang menurun sekali dari Ludius yang sejak mengenal Silvia sifat jahilnya sudah tidak bis terkontrol dan pada akhirnya menurun pada Azell.
"Azell.. apa yang akan kamu lakukan pada Papamu?". Tanya Silvia heran, pasalnya Silvia tahu, tidak ada yang beres kalau Azell sudah memikirkan suatu hal.
"Tidak kok Bunda, Azell hanya ingin melihat Papa memasak. Bunda di sini saja yah, Azell samperin Papa dulu.." Azell perlahan ngeloyor menghampiri Ludius yang sedang memasak di depan kompor gas.
Awalnya Azell ingin mengagetkan Ludius dari belakang, tapi sepandai apapun Azell mau melakukannya. Insting Ludius tidak bisa di remehkan. "Ekhem Azell... apa yang akan kamu lakukan dengan mengendap – endap seperti itu di belakang Papa?". Tanya Ludius tiba – tiba. Sontak saja Azell kaget,
Selesai sudah rencana Azell untuk mengagetkan Ludius dan sudah terbaca lebih dulu olehnya. "Yah.. Papa tidak asik, Azell kan Cuma mau memberi kejutan pada Papa. Tapi Papa sudah tahu duluan, tidak jadi deh." ujar Azell ngambek.
Azell membuang wajahnya begitu Ludius menoleh ke arahnya. "Azell ceritanya lagi ngambek nih, sama Papa. Ya sudah, nasi gorengnya Papa kasih orang lain saja untuk makan mereka." Kata Ludius acuh balik.
Silvia yang memperhatikan dari jauh hanya bisa menggeleng – gelengkan kepala melihat kelakuan Ayah dan anak itu. "Benar – benar deh. Kalian Ayah dan anak bagaimana bisa menunjukkan sikap dan sifat yang sama persis. Tidak ada yang berbeda sedikitpun." Gumam Silvia.
Silvia menghampiri Ludius dan Azell yang sedang berdebat di dapur dan saling mengacuhkan muka, membuat Silvia terkekeh menahan tawa."Pfft.. Ha ha ha, kalian sedang apa nih. Kok saling buang muka kayak gitu?". Tanya Silvia menyela pembicaraan mereka yang saling membuang muka.
Azell langsung menyahut dan menghampiri Silvia lalu memeluknya. "Bunda.. lihat tuh Papa, dia tidak mengizinkan Azell untuk makan nasi gorengnya. Huwa.. Papa pelit.." teriak Azell pecah tangisannya. Ia menarik bagian ujung lengan Silvia, berusaha mencari perhatian dengan memasang wajah polos.
Ludius mengeryitkan keningnya menerima tatapan tajam dari Silvia. "Ludius.. apa yang sudah kamu lakukan pada Azell? Mengapa dia sampai menangis seperti ini? jangan usil deh Ludius, dia kan masih anak – anak". Sela Silvia membela Azell.
Memang Azell paling bisa mengambil hati orang dengan menampakkan kepolosan wajahnya, sampai – sampai Ludius kalah olehh Azell dalam mengambil simpati Silvia,
Ludius menggeleng – gelengkan kepalanya menolak tuduhan yang di berikan padanya. "Tidak Sayang. Aku tidak melakukan apapun pada Azell. Dia berbohong Sayang. Apakah kamu tidak mempercayaiku?" tanya Ludius dengan memasang wajah memelas. Ia tidak mau kalah dengan Azell.
Tingkah Ludius dan Azell benar – benar membuat Silvia hanya bisa geleng – geleng kepala, tapi entah mengapa hal itu justru membuat Silvia merasakan hangatnya sebuah keluarga.
'Andai saja hal ini bisa terus terjadi dan berlangsung selamanya. Mungkin saja itu akan menjadi sebuah kehidupan terbaik yang pernah aku jalani. Tapi tidak masalah, semua berjalan perlahan, aku percaya suatu saat hal ini akan menjadi keyataan' Batin Silvia.
"Sudah – sudah. Azell lebih baik kembali lebih dahulu yah.. Bunda janji akan buat Papamu memberikan semua nasi gorengnya untuk Azell. Kalau Papamu tidak mau memberikan nasi gorengnya untuk Azell, Bunda akan memberi Papamu hukuman. Bunda janji.." ujar Silvia di balas dengan anggukan Azell yang lekas keluar dari dapur
"Sayang... kamu pandai sekali mengambil hati Azell.." goda Ludius.
Hallo kakak readers semua di manapun kalian berada? bagaimana dengan bab kali ini? adakah yang bisa embun bantu. kalau ada yang perlu di pertanyakan silahkan tulis di kolom komentar atau di review yah.. embun bakal lihat satu persatu kok kalau ada waktu senggang.
ngomong - ngomong soal novel nya embun, menurut kalian bagian mana yah yang nggak menarik atau perlu di revisi? biar embun telaah lagi dan perbaiki kedepannya. embun usahakan dengan sepenuh hati kok. soalnya embun juga masih sibuk di kekhidupan nyata.
ada salamsalam nih dari pemain Novelnya embun, salam dari abang Lu, Silvia Zhuan, Longshang, Wangchu, Kakak Lian, Linzy abigail, Putri Nadia, Putri Emilia, Pangeran Richard.
kalau gitu, di tunggu kritik saran, Komentar, PS serta reviewnya dong. biar embun makin semangat ngetiknya. kalau bisa buka babnya pakai koin yah,,, biar embun dpt penghasilan walau dikit ttp di syukuri kok.
makasih buat yang udah kasih ps dan komen dan beli bab embuun dengan coin. jujur embun sangat bahagia dengan itu semua.
jadi jangan bosan - bosan untuk kasih komen dan review yah, soalnya embun sangat menanti komentar kalian loh, beneran.. please di tunggu komen kalian kakak readers
salam sayang dan cinta dari embuun