Sumpah serapah Shashuang lontarkan pada Ludius dan Silvia dengan amarah yang tidak bisa di redakan. Bagai sebuah kutukan yang tak bisa di cabut dan menjalar masuk ke dalam kehidupan Silvia dan Ludius.. Shashuang mengucapkannya tanpa bergeming sedikitpun.
Setelah mengatakan sumpah serapah itu, Ludius lalu pergi meninggalkan Mansion Lu dengan membawa kebencian yang semakin mengakar ke dalam hati terdalamnya.
"Ludius, mengapa kau harus memprovokasi Shashuang seperti tadi? dia juga wanita yang memiliki hubungan denganmu secara tidak langsung melalui Azell. Mengapa kau harus memancing amarah dan kebenciannya. Aku takut Ludius.. sumpah serapah yang di katakan Shashuang begitu mengerikan. Aku tidak bisa membayangkan betapa bencinya Shashuang saat ini dengan kita". Kata Silvia dengan perasaan cemas.
Ludius memeluk Silvia dan membiarkan kepala Silvia bersandar di dadanya. Ludius tahu bahwa kondisi emosional dari Silvia belum stabil, di tambah lagi Silvia tengah hamil, membuatnya semakiin berpikirann berlebihan tentang sikap seseorang.
"Jangan terlalu di pikirkan, Sayang. Itu hanyalah tahayul yang tidak perlu di percayai. Kamu dan kedua calon anak kita pasti akan baik – baik saja. Kita akan membangun keluarga yang harmonis di masa depan tanpa adanya masalah yang akan mengganggu kita. Karena ini adalah impian kita, aku pasti akan mewujudkanya untuk mu".
Perkataan Ludius begitu dalam hingga membuat Silvia merasa nyaman dan takut secara bersamaan, namun meski takut dan khawatir akan masa depan, pelukan yang Ludius berikan kali ini cukup membuat Silvia merasa tenang.
"Terima kasih karena selalu membuatku merasa nyaman dan tenang, suamiku". Kata Silvia.
Selang beberapa saat, Azell keluar dari kamarnya dan langsung menghampiri suara yang cukup gaduh di ruang tamu. Dengan langkah lambat dan mata yang setengah kabur karena baru bangun tidur, Azell menghampiri kedua orang tuanya.
"Pa.. Bunda, kalian sedang apa berpelukan seperti itu? Oh ya.. bagaimana Azell bisa sampai di rumah. Setahu Azell, terakhir kali Azell berada di hutan belantara yang cukup gelap hingga membuat Azell sangat takut". Kata Azell begitu ia berdiri di depan orang tuanya yang sedang berpelukan.
Melihat Azell sudah bangun dan kondisinya baik – baik saja membuat Silvia melepas pelukan Ludius begitu saja. Ia dengan senyum cerah menghampiri Azell dan berjongkok di depannya. Tangan Silvia refleks memeluk Azell dan memegang wajah Azell yang masih sedikit pucat.
"Azell.. Maafkan Bunda, ya Sayang. Gara – gara bunda tidak merawatmu dengan baik kamu malah jadi seperti ini. Jika saja Bunda tidak membiarkanmu pergi begitu saja, mungkin kondisi Azell tidak akan sampai seperti ini" Kata Silvia dengan rasa bersalah. Ia tidak berani mengatakan bahwa Shashuang baru saja datang dan pergi karena kelakuannya dan Ludius.
Hati Azell pasti akan terluka jika tahu Shashuang datang dan tidak menemuinya. Lebih baik tidak tahu sama sekali. Silvia dengan ramah dan penuh kasih Sayang menyambut Azell yang baru saja bangun dari tidurnya.
"Pagi ini Azell ingin sarapan pakai menu apa? Bunda akan buatkan spesial khusus buat Azell" kata Silvia menawarkan sarapan untuk putranya.
Azell yang memang baru bangun tidur sedikit malas untuk melakukan banyak hal di pagi hari. Apalagi kondisinya yamng baru saja stabil dari kejadian kemarin. "Bunda, Azell ingin sarapan dengan nasi goreng buatan Papa.. Azell lapar.. oh ya, Azell juga ingin makan pakai tempe goreng, rendang sapi dan sop tulang iga untuk makan siangnya. Kemarin Azell ingin makan itu dan meminta pada Tante girang Bianca. Tapi sama Tante Bianca Azell tidak di kasih makanan yang Azell inginkan. Malah di bawa pergi ke resto. Azell kan jengkel, Bunda.."
Azell meski baru bangun tidur tapi sudah semangat bercerita pada Silvia kejadian yang menimpanya kemarin. Dengan lagatnya yang polos Azell menceritakan semuanya begitu pula dengan seorang pria yang mengaki menjadi sopir dan membawa Azell hingga terjebak di hutan.
Ludius dan Silvia menyimak dengan seksama apa yang di ceritakan Azall. Meski Azell berbicara layaknya anak pada umunya, namun Azell mampu menceritakannya secara runtut dan rapi. Benar- benar anak yang jenius. Tentu saja cara penyampaiannya berbeda dengan anak kecil pada umunya.
"Baiklah.. Azell.. karena Azell sudah lapar. Papa pasti mau dengan senang hati membuatkan nasi goreng untuk kita.. benarkan Papa Ludius?", tanya Silvia setengah meledek seraya menoleh ke arah Ludius.
"Tentu saja, Papa akan membuatkan nasi goreng spesial untuk Azell dan Bunda. Kalian bermainlah, Papa akan ke dapur terlebih dahulu untuk memasak nasi gorengnya." Sahut Ludius mengiyakan ledekan Silvia dengan bangga.
Jelas Ludius bangga menjawab ledekan Silvia, karena memang Ludius pria yang sudah terbiasa memasak. Tidak sulit jika Azell hanya meminta Nasi goreng, setidaknya tidak se merepotkan Bunda nya yang meminta bakso beranak dan terpaksa Ludius harus membuat bakso sendiri demi memuakan hati Silvia yang sedang ngidam.
'Ah.. untung saja Azell hanya meminta nasi goreng, aku tidak bisa membayangkan kalau Azell memminta hal aneh seperti yang di minta Silvia waktu itu. Pasti akan sangat merepotkan'. Batin Ludius.
***
Selagi Ludius di dapur, Silvia mengantar Azell kembali ke kamarnya dan membantu Azell mempersiapkan pakaian untuk di kenakannya selagi Azell mandi. "Azell mandi saja, nanti Bunda pilihkan baju yang bagus di lelmari untuk Azell pakai. Setelah itu, baru kita mengintip Papamu masa, Bagaimana?", tanya Silvia pada Azell setelah mereka berada di kamar Azell.
"Ok. Azell akan mandi habis itu kita akan mengintip Papa masak. Nanti Azell ceritain deh bagaimana genitnya Tante Bianca ke Papa. Papa juga tidak menghindar di genitin Tante girang itu. Makanya Azell kesal dan Azell ingin mengerjai Tante girang kemarin. Meski akhirnya Azell malah di culik dan tersesat.." ujar Azell dengan sedikit raut penyesalan,
Silvia menyentuh pipi Azell dengan senyuman hangat. "Azell Sayang, apa yang Azell lakukan Bunda mengerti itu demi membalaskan sakit hati Bunda pada wanita yang mendekati Papamu. Tapi Azell, kalau kamu main kabur – kaburan seperti kemarin, Bunda juga akan sedih jika Azell sampai kenapa – napa. Azell janji yah, sama Bunda. Lain kali Azell tidak akan berbuat nekad seperti itu lagi?"
Silvia memberikan nasihat dengan tenang, penuh kasih sayang dan bijaksana, membuat Azell merasa sangat nyaman dan semakin menyayangi Bundanya. Silvia mengacungkan jari kelingking sebagai bukti janji mereka.
"Baik. Azell janji tidak akan berbuat nakal yang membuat Bunda cemas lagi. Azell juga tidak ingin Bunda sampai sakit gara – gara memikirkan Azell". Azell tersenyum manis dan mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Silvia, lalu sebagai tanda kasih sayang, Silvia mencium kening putranya itu.
Hallo kakak readers semua di manapun kalian berada? bagaimana dengan bab kali ini? adakah yang bisa embun bantu. kalau ada yang perlu di pertanyakan silahkan tulis di kolom komentar atau di review yah.. embun bakal lihat satu persatu kok kalau ada waktu senggang.
ngomong - ngomong soal novel nya embun, menurut kalian bagian mana yah yang nggak menarik atau perlu di revisi? biar embun telaah lagi dan perbaiki kedepannya. embun usahakan dengan sepenuh hati kok. soalnya embun juga masih sibuk di kekhidupan nyata.
ada salamsalam nih dari pemain Novelnya embun, salam dari abang Lu, Silvia Zhuan, Longshang, Wangchu, Kakak Lian, Linzy abigail, Putri Nadia, Putri Emilia, Pangeran Richard.
kalau gitu, di tunggu kritik saran, Komentar, PS serta reviewnya dong. biar embun makin semangat ngetiknya. kalau bisa buka babnya pakai koin yah,,, biar embun dpt penghasilan walau dikit ttp di syukuri kok.
makasih buat yang udah kasih ps dan komen dan beli bab embuun dengan coin. jujur embun sangat bahagia dengan itu semua.
jadi jangan bosan - bosan untuk kasih komen dan review yah, soalnya embun sangat menanti komentar kalian loh, di tunggu komen kalian kakak readers
salam sayang dan cinta dari embuun