Chapter 11 Menyambut suami Pulang

Daniah mengerjapkan matanya

tersentak. Ia seperti bermimpi mendengar orang berteriak memanggil namanya.

Rasa kantuk masih mengantung di pelupuk mata. Hoaam. Menguap lebar.

Mengelengkan kepala berulang mencoba mencari kesadaran. Dia duduk bersandar. Masih setengah sadar.

“ Nona muda.” Berulang kali dan disusul ketukan di pintu. “ Apa anda bisa bangun sekarang.”

Hemmm, ada apa sebenarnya ini. Jam

berapa memang sekarang. Saat namanya kembali disebut berulang dia memaksakan

menyeret tubuhnya membuka pintu. Laki-laki yang semalam mengantarnya masuk ke

dalam kamar sudah berdiri di depan pintu.

“ Maaf nona membangunkan anda selarut ini.” Dia menundukan kepalanya.

“ Ada apa pak?” Daniah masih setengah sadar, bicara dalam kebingungan.

Aku ngantuk sekali, Daniah menguap lagi berulang.

“ Tuan muda sudah pulang, sudah sampai di gerbang utama.” Kata pelayan itu lagi.

“ Ia, terus?”

Terus kenapa kalau laki-laki jahat itu pulang, apa aku harus menyambutnya!

“ Silahkan ikut saya menyambut tuan muda di depan.”

Apa! Aku benar-benar harus melakukannya. Kenapa cuma aku yang harus menyambutnya. kenapa juga harus disambut, ini kan sudah malam.

Walau pun merasa kesal, tapi dia tidak

bisa melakukan apa-apa selain menurut. Daniah mengikuti langkah kaki laki-laki

di depannya, menyeret kakinya. Dia menguap, berpegangan pada tangga agar

tidak terjatuh. Daniah memilih bersender di pintu, agar dia tidak ambruk. Dia

memejamkan matanya tanpa ia sadari. Tersentak saat mendengar decit mobil

berhenti.

Sekertaris Han, keluar lalu

bergegas membuka pintu belakang. Selelah itu keluar laki-laki yang tetap tampan

walaupun dilihat dengan mata mengantuk sekali pun.

“ Nona, mendekatlah ke arah mobil.” Pelayan itu bicara lagi pada Daniah.

“ Apa! Saya.” Daniah menunjuk dirinya, pelayan itu mengangukan kepala.

Daniah berjalan mendekat ke arah

suaminya. tapi dia hanya berdiri dan tidak melakukan apa-apa.

“ Kau datang menyambut ku.” Tangan

suaminya sudah mencengkram dagunya, membuatnya mendongak. Namun segera ia

mengalihkan pandangan dari bersitatap mata.

“ Ia tuan.” Terbata Daniah menjawab.

Dia mengikuti langkah kaki suaminya, dan sekertaris Han, sementara pelayan tadi berjalan di belakangnya.

- - -

“ Nona bisakah anda menganti pakaian tuan muda.”

Daniah yang sedang melepaskan

sepatu Saga tersentak. Dia menatap Han tidak percaya. Bagaimana dia bisa

menyuruhnya menganti pakaian laki-laki jahat ini. Sementara Saga yang sedang

duduk di sofa tidak bereaksi apa-apa.

“ Ah, saya ambilnya bajunya sebentar, tapi tolong sekertaris Han saja yang melakukan.”

Gila apa, memang kenapa aku harus menganti baju orang  ini.

Daniah menyerahkan pakaian tidur pada

Han, akhirnya dialah yang membantu Saga. Daniah menerima setelan jas suaminya.

mendekapnya di dadanya.  Dia membelakangi

suaminya dan menundukan kepala. Setelah selesai berganti pakaian Saga berjalan

menuju tempat tidur. Dia ambruk di sana.

“ Selamat malam nona, silahkan kembali istirahat, saya permisi.”

“ Eh ia, terimakasih atas kerja keras anda sekertaris Han.”

Daniah berjalan mengikuti Han sampai di depan pintu.

“ Nona, apa nona sudah membaca

lembaran aturan dan tugas yang saya berikan kepada nona?” Sekertaris Han berbalik lagi.

“ Eh, ia sudah.”

“ Baiklah, selamat malam nona.”

Han membungkukan badannya sebelum menghilang

di balik pintu yang tertutup. Tersadar dia masih memegang pakaian suaminya,

Daniah masuk ke dalam ruang ganti pakaian lalu meletakan baju itu di dalam keranjang.

Keluar dari ruangan itu dia melewati suaminya yang sudah memiringkan tubuhnya.

Dia berdiri lama disamping tempat tidur Saga, menatap lekat laki-laki itu.

Laki-laki yang akan ia benci seumur

hidupnya. Laki-laki pemilik tubuhnya. Laki-laki yang harus ia layani sampai dia

bosan dan membuangnya. Dia sungguh berharap permainan rumah-rumahan ini akan

cepat berakhir. Ia berharap agar menjadi mainan membosankan yang akan segera

di buang ke tempat pembuangan oleh suaminya sendiri.

“ Matikan lampu!”

“ Eh, ia tuan. Selamat malam.”

Bergegas, dia mematikan semua

lampu. Lalu berjalan menuju sofa, dia sudah menyelimuti tubuh. Dan terlelap

begitu saja. Berharap mimpinya indah.

BERSAMBUNG................