Pagi setelah hari pernikahan. Daniah berada di rumah besar
ini. Di dapur hanya ada para pelayan yang sedang sibuk memprsiapkan makanan.
Dibeberapa sudut dia juga melihat pelayan yang sedang melakukan pekerjaan
bersih-bersih. Sepertinya penghuni rumah ini banyak juga gumamnya sambil melangkah ke dapur.
“ Selamat pagi nona muda, saya kepala pelayan, panggil saja saya Mun.” Kepala pelayan memperkenalkan dirinya, semalam Daniah memang belum tahu siapa namanya.
“ Baik pak Mun, ehh, apa ada yang bisa saya bantu di dapur?”
Kepala pelayan terkejut mendengar pertanyaan Daniah,
bagaimana seorag nona muda mau membantu urusan dapur selama masih banyak pelayan
yang melakukan.
“ Huh memang apa yang mau kamu lakukan di dapur, kami punya koki profesional yang bertugas untuk memasak.”
Ibu mertua dan dua adik iparnya sudah muncul.
Wahh, mereka terlihat sangat cantik seperti mau pergi kepesta. padahal ini masih pagi begini. Takjub Daniah mendapati fakta baru kehidupan masyarakat kelas atas.
“ Selamat pagi bu, selamat pagi adik ipar.”
Daniah menyapa dengan sopan berusaha tidak perduli dengan ucapan mertuanya
barusan. tapi ketidakperduliannya malah membuat masalah.
“ Dasar wanita bodoh, kamu pikir sudah merasa hebat karena
menikah dengan kakakku. Semalam saja kamu ditinggalkan di malam pernikahan mu
kan?” Adik ipar pertama.
“ Haha menyedihkan, wanita rendahan dan kampungan tidak mungkin selevel dengan kakak.”
“ Ibu juga tidak tahu, kenapa kakak mu memilih perempuan seperti ini sebagai istrinya.”
" Kamu harus tahu diri, kamu itu tidak pantas berada dalam keluarga kami."
Neraka itu sudah akan melumat habis Daniah. Tapi hebatnya
gadis itu masih bisa tersenyum membalas semua caci maki dari tiga wanita di
depannya.
“ Terimakasih atas perhatian ibu dan adik ipar, kedepannya mohon bimbingannya ya.”
“ Apa! Kau benar-benar tidak tahu malu.” Ibu mertua tersenyum sinis. sementara dua adik iparnya masih mengeluarkan cacian yang tidak pantas keluar dari mulut secantik milik mereka itu.
Saat mereka masih belum mengakhiri intimidasi dan celaan,
teflon di dinding dapur menyala. Lampu di no satu menyala. Deniah melihat kepala
pelayan langsung sigap meraih telfon dalam deringan ke dua.
“ Baik tuan muda.” jawabnya singkat.
“ Ada apa? Apa Saga membutuhkan sesuatu?” Ibu mertua bertanya.
“ Tidak nyonya, tuan muda meminta nona muda untuk kembali ke kamar.”
Daniah binggung. Kenapa?
“ Aku, memang kenapa Pak Mun?”
“ Nona bisa kembali ke kamar sekarang, tuan muda sedang menunggu.”
“ Baiklah, ibu dan adik ipar, saya permisi.”
Daniah menundukan kepalanya lalu beranjak pergi. Melewati tangga, sambil terus berfikir apa yang diinginkan suaminya. sementara di belakangnya ketiga wanita itu masih belum berhenti membicarakannya, yang isinya hanya makian.
Duh, pagi-pagi tidak lelah apa memaki. Daniah melangkah menuju kamarnya.
Ia masuk kedalam kamar, mencari di mana keberadaan laki-laki
menyebalkan yang meninggalkannya di malam pertama tanpa penjelasan. Dia ada
di atas tempat tidur. Duduk sambil mengibaskan rambutnya. Sial, kenapa dia
terlihat tampan padahal baru bangun tidur. Daniah bergumam pada dirinya
sendiri. Belum dia sampai di samping tempat tidur.
“ Air”
Apa! Air, air minumkan, bukannya jelas-jelas ada di
samping mu. Bersebelahan dengan telfon yang kamu pakai tadi.
“ Air.” Saga mengulang kata-katanya. Daniah terperanjak.
“ Ba, baik.” Ia bergegas melangkah meraih gelas dan menyerahkannya kepada Saga.
Gila! Apa ini maksudnya aturan kedua melakukan tanggung
jawab sebagai seorang istri tanpa bicara. Tapi inikan keterlaluan, kau kan punya
tangan. Daniah kembali terkejut saat Saga menyerahkan gelas kosong padanya
bukannya langsung meletakannya di atas meja di sebelahnya. Dia mengambil gelas
itu dengan hati-hati, lalu meletakannya lagi ke posisi semula.
Saga mengerakan kepalanya ke kanaan dan ke kiri. Mungkin
mengusir pusing. Daniah sudah mau beranjak dari samping
tempat tidur, karena merasa suaminya ingin tidur lagi sepertinya.
“ Jam berapa sekarang?”
Lihat! Itukan jam dinding, mata mu rabun apa?
“ Jam delapan.”
Diam lagi. Ahhhhh Daniah frustasi sendiri sebenarnya mau laki-laki ini apa.
“ Aku mau mandi.”
Hah! Kalau mau mandi ya sana bangun. Memang aku harus
melakukan apa kalau kau mau mandi. Apa aku harus memandikan mu juga!
“ Apa kau tuli, aku bilang aku mau mandi.”
Ia aku tahu kamu mau mandi, lantas apa hubungannya denga ku.
“ Siapkan air untuk mandi.”
Daniah baru paham maksudnya. Lalu tanpa menjawab ia bergegas
menuju kamar mandi.
“ Sungguh merepotkan.” Saga bangun dari tempat tidur.
Menyusul istrinya yang kikuk menuju kamar mandi tadi. Daniah sudah mengisi air
di bak mandi, dia menambahkan sabun dan beberapa tetes aroma terapi yang ia
temukan di dekat tempat sabun.
Daniah terperanjak saat mendapati suaminya sudah ada di
kamar mandi. Lebih parahnya tanpa sehelai pakaian pun. Piayamanya sudah
tergeletak di lantai. Teronggok begitu saja.
BERSAMBUNG.............