Daniah masih mematung di tempatnya
berdiri, mencoba mencerna apa yang terjadi. Tapi sebanyak apapun dia mencoba
berfikir, dia tetap tidak mendapat alasan apa pun, kenapa laki-laki itu sampai
datang ke tempatnya bekerja. Memproklamirkan dia sebagai suami. Kecuali, ya
kecuali satu hal terpikir Daniah. Menaikan level penyiksaannya.
“ Nona muda.”
Sejak kapan laki-laki ini sudah berdiri di depan ku.
Sekertaris han berdiri didepannya
dengan wajah masih tersenyum, semakin membuat kekesalan naik keubun-ubun.
Daniah reflek memukul lengan lelaki di hadapannya. Han terkejut saat tangan Daniah kembali memukulnya
untuk kedua kali. Ini pertama kalinya, ada yang kurang ajar mendaratkan tangan
di tubuhnya.
“ Nona.” Suara Han datar terdengar.
“ Kenapa membawanya ke sini?”
berteriak tapi dengan suara pelan. Takut yang di lantai dua mendengar.
“ Tuan muda yang mau datang ke sini.” Saya juga tidak tahu kenapa tuan muda mau datang kesini.
“ Kenapa?” Daniah melotot.
“ Saya tidak tahu nona.”
Plak! Tangan Daniah kembali memukul lengan Han. Han benar-benar dibuat terkejut.
“ Tidak mungkin kamu tidak tahu kan.”
Gadis itu lengan yang dipegangnya.
Belum selesai urusan dengan Han,
tiba-tiba sebuah suara yang memecah ketengan pandangan Han pada Daniah.
“ Kau mau mati, membuat ku menunggu!”
Dari lantai dua terdengar teriakan. Daniah terperanjak, dia melepaskan
cengkraman di lengan Han dan berlari menaiki tangga. Sementara Han menyentuh
lengan yang tadi di cengkram Daniah.
Ternyata anda kuat juga ya nona.
Senyum tipis dari bibirnya, lalu dia melangkah dan duduk dikursi plastik di
dekat tangga.
Daniah berhenti tepat di depan
pintu. Melihat Saga duduk bersandar di sofa yang biasanya dia pakai tidur. “ Duduk!” Saga menepuk ruang kosong di sampingnya saat melihat Daniah muncul. Hati-hati
Daniah melangkah, lalu duduk di tempat yang ditunjuk Saga.
Tangan Daniah sudah gemetar.
Apalagi Saat Saga lagi-lagi menyentuh rambutnya. Rambutnya yang sekarang
terikat tinggi.
Tunggu! Rambut, Tidakkk!
Penampilan ku. Bagaimana ini.
“ Ternyata seperti ini penampilan mu
yang sesungguhnya.” Tubuh Daniah membeku. Saat tangan Saga menyusuri pipi dan
lehernya dia hanya bisa mengigit bibirnya. “ Apa baju ini ada dilemari
pakaianmu?”
“ Tidak tuan, ini pakaian saya yang
saya bawa dari rumah.” Bagaimana ini, aturan berpakaian jelas-jelas ada di draf
berlembar-lembar yang ditulis sekertaris Han. Daniah berusaha mengolah
pikirannya, menemukan alasan yang paling masuk akal yang bisa dia berikan.
“ Terserah kau mau pakai baju apa diluar rumah aku tidak perduli.”
Dasar pendusta, kau bilang tidak
perduli, terus kenapa kemari. Mau menyiksa ku. Tidak cukup di rumah, di luar rumah
juga harus gitu menyiksa ku begini.
“ Kau tidak senang aku disini.” Saga menyeringai.
“ Bagaimana mungkin saya tidak
senang tuan, anda datang ke tempat jelek seperti ini merupakan kehormatan buat
saya.” Daniah menepukan kedua tanganya di depan wajahnya, sambil tersenyum
ceria.
“ Kalau kau tau berterimakasihlah.”
Ya Tuhan, ada ya makhluk tidak tahu
malu seperti ini. “ Terimakasih tuan atas kunjungan anda.” Sekarang pergilah,
pergi dari sini. nanti bagaimana aku menjelaskan pada yang lain coba. Dan apa
itu tadi, suami, kenapa juga kau bilang kau suamiku.
“ Kau tidak mau memberi ku minum.”
“ Ah ia minum. Sebentar tuan, saya
turun sebentar.” Daniah beranjak, setengah berlari menuruni tangga. Dia melirik
tajam pada sekertaris Han yang sedang duduk sambil sibuk dengan hpnya.
Laki-laki itu mengganguk dan tersenyum. Daniah melengos masam.
Daniah mengambil bungkusan makanan
yang tadi dibelinya. Lalu naik lagi kelantai dua. Melewati sekertaris Han tanpa
menoleh. Dia menarik meja kecil lalu membuka bungkusan plastik makanan yang
dibawanya.
“ Apa itu?” Saga melirik.
“ cilok dan somay, apa anda mau
mencoba.” Daniah membuka cup minuman, dia tadi membeli dugan jeruk dan jus
sirsak. “Anda mau yang mana?” tunjuknya sambil mengangkat gelas dikedua
tangannya.
“ Apa lagi itu?”
“ Ini dugan yang diberi jeruk
peras, dan ini jus sirsak.” Daniah menyodorkan dua gelas agar dipilih salah
satu.
“ Berikan semua pada ku.”
Apa! Kenapa ada orang tidak tahu malu begini si.
Saga menyedot jus sirsak terlebih
dahulu, lalu terdiam dan mencoba merasainya. Lalu dia mengambil gelas satunya
dari tangan Daniah. Menyedotnya lagi dengan cara yang sama. Lalu setelah menimbang beberapa saat
sepertinya dia memilih gelas dugan dan jeruk peras.
“ Minumlah.” Saga menyodorkan gelas jus sirsak ke depan wajah Daniah.
Apa! Itukan bekas bibir anda tuan. Bukannya seperti ciuman tidak langsung.
“ Tidak apa-apa tuan, kalau tuan mau minum semuanya.”
“ Ambil! Aku memberi mu bukanya berterimakasih, apa sekarang kau sedang membantah ku.”
“ Tidak tuan.”
Grap, Daniah mengengam tangan Saga. Lalu mengambil jus sirsak di tangannya,
“ Terimakasih minumannya, saya akan
menikmatinya dengan sukacita.” Inikan minuman ku! Kenapa aku yang harus
berterimakasih. Aku minum bekas bibir mu lagi.
“ Minum!”
“ Baik tuan.” Dan aku menghisap
bekas bibir pria gila ini. “ Apa anda mau mencicipi ini.” Daniah mengambilkan
satu buah cilok dengan tusukan bambu.
“ Kau sedang tidak berencana
meracuni ku dengan makanan aneh itu kan?”
Daniah tergelak. Sementara Saga
terperanjak melihat tawa di bibir Daniah, untuk pertama kalinya Saga melihat
gadis di depannya itu tersenyum tanpa dibuat-buat.
“ Lihat, enak lho. Anda tidak mau?”
“ Habiskan saja sendiri.”
“ Aaa, baik-baik.” Daniah kembali
menyuapkan cilok berbumbu kacang ke dalam mulutnya.
Sore itu mereka bicara selayaknya
sesama manusia. Saga bertanya tentang apa yang dilakukan Daniah sepanjang hari
di ruko ini. Daniahpun menjawab dengan antusias, seperti obrolan dengan teman.
Mereka menghabiskan minuman dalam gelas mereka masing-masing.
BERSAMBUNG................