Ternyata apa yang dikatakan
sekertaris Han benar. Apa dia itu cenayang, bahkan bisa menebak kejadian dengan
tepat seperti ini. Hari ini Daniah mendapat telfon dari no tidak dikenal. Saat
diangkat ternyata itu suara Helena. Gadis itu bertanya ramah, dan bicara dengan
sangat manis, sampai keluarlah kata-kata “Bisakah kita bertemu? Bagaimana kalau
minum kopi.”
Kenapa aku sampai mengancam mau
menciumnya segala si. Kalau ternyata Helena akan menghubungiku duluan.
Daniah menundukan kepalanya,
berusaha menutup urat malunya yang bermunculan. Di depannya Helena dengan
sangat angun dan elegan duduk. Rambutnya yang terurai hitam, jatuh dengan
sempurna di bahunya. Bibir ranum itu tersenyum. Saat pelayan mengantarkan
segelas kopi untuknya, dan segelas jus mangga pada Daniah dia menggangukan
kepala dan tersenyum. Bahkan Daniah tersihir juga dengan kecantikan wanita ini.
Eh, kenapa ini.
Helena menyentuh tangan Daniah,
mengengamnya erat. Seperti memberikan persahabat, yang Daniah sendiri tahu
pasti tujuannya adalah untuk membuatnya dekat dengan tuan Saga. Tapi dia tidak
mau berfikir buruk, toh memang itu yang dia harapkan dari persahabatan ini.
Sejujurnya diapun punya niat terselubung.
“ Daniah, maafkan aku, aku pasti
membuatmu tidak nyaman ya?” Helena menepuk pungguh tangan Daniah lembut.
“ Eh, tidak nona.” Merasa canggung,
karena dia sebenarnya tidak seakrab inikan.
“ Panggil saja aku Helen.” Masih
lembut menepuk punggung tangan Daniah.
“ Baiklah Helen.” Karena merasa
tidak nyaman dia melepaskan tangan Helena secara natural, gadis di depannya
juga sepertinya tidak menyadari.
“ Nah begitukan lebih baik.”
Daniah merasa binggung sendiri
sekarang. Dia ingin sekali membantu, tapi percakapannya dengan Han kemarin
benar-benar membuatnya goyah. Dia bimbang, yang awalnya setegar karang dan
semangat sekuat pendaki himalaya sekarang dia seperti berfikir, apa benar
rencana yang sudah ia buat ini benar adanya.
Sekertaris Han bahkan bisa meraba apa
yang aku pikirkan, dia tidak melaporkankukan. Tapi tidak mungkin dia
melaporkan, memang dia punya bukti apa. Inikan hanya sekedar rencana
di kepalaku.
“ Daniah apa kamu tahu kenapa Saga
memilihmu untuk menjadi istrinya.” Helena membuka percakapan, ada senyum tipis
di bibirnya saat ia menyeruput kopi di gelasnya, yang tidak di sadari Daniah.
“ Haha, tentu saja saya tahu.”
Aku adalah gadis penebus hutang
orang tuaku, dia memilihku karena, karena apa ya. Karena aku jelek dan
kampungan, mungkin aku seperti mainan unik yang bisa menghiburnya.
“ Syukurlah kalau kamu sudah tahu,
kamu pasti sangat terlukakan? Maafkan
aku ya, ini semua salahku.”
Eh kenapa? Ya, aku memang terluka
si, tapikan kamu tidak perlu bersimpati padaku. Inikan tidak ada hubungannya
denganmu.
“ Saga memilihmu karena kamu bukan
tipe wanita yang disukainya, dia hanya ingin membuatku marah dan cemburu. Itu
adalah pembalasan karena aku meninggalkannya dua tahun lalu tanpa izin.”
Daniah mencengkram jemarinya
di bawah meja, dia menundukan kepala menyedot jus mangga tanpa menyentuh
gelasnya. Suara saat ia menyedot jus terdengar jelas.
Jadi ini alasan kenapa aku yang
terpilih, karen aku jelek dan berambut bergelombang. Berbeda dengan wanita yang
dia sukai. Aku berpenampilan kampungan, bereda dengan Helen yang modis dan
jelita. Jadi karena ini. Kenapa dadaku berdenyut ya. Ayolah Daniah, kamukan
tahu kalau tuan saga memang tidak mencintaimu. Perusahaan ayah hanyalah alasan,
karena alasan utamanya adalah aku. Karena aku bukan tipenya, karena aku bisa
membuat kekasihnya yang lari cemburu. Bagaimana gadis jelek dan kampungan itu
bisa mengantikanku. begitu pasti yang dipikirkan Helena. Huh! Kenapa hatiku sakit ya kalau alasannya seperti ini.
“ Maaf ya Daniah, karena aku
hidupmu harus menderita.”
Daniah menarik senyum di wajahnya
dengan lebar.
“ Haha, Helen bicara apa si. Saya
bahagia kok menjadi istri tuan saga, hehe. Bagaimanapun saya bisa hidup mewah
dan mendapat fasilitas premuim. Tuan saga bahkan membelikan saya mobil.” Daniah
menunjuk area parkir dengan jarinya. Masih terdengar tawa dari bibirnya. “ Saya
suka uang. Hehe.”
Menyedihkan sekali aku.
“ Benar, dia memberikanmu uang ya.
Tapi sampai kapanpun Saga tidak akan pernah memberikan hatinya kepadamu. Karena
dia tidak mencintaimu?”
Eh, kenapa mengucapkan kalimat ini.
Bukankah ini jahat sekali. Walaupun aku tahu ini, tapi kenapa kamu membeberkan
fakta-fakta ini supaya aku cukup tau diri dan tidak berharap lebih. Seperti
sebuah penegasan. Jangan bermimpi mendapatkan hal lain selain uang.
“ Apa Helen masih mencintai tuan Saga?”
“ Tentu saja.” Menjawab cepat.
“ Lalu kenapa dua tahun lalu anda
pergi? Bukankah anda orang yang paling tahu bagaimana trauma tuan saga karena
kehilangan seseorang yang dia cintai. Selain anda membuat luka baru, tapi anda
juga membuka luka lama yang sedikit demi sedikit dia obatikan.”
Hehe, maaf Helen, aku hanya ingin
membalas kata-kata jahatmu. Karena ternyata kamu bukan gadis lembut bak
malaikat seperti wajahmu. Rasanya puas juga pasti kalau membuatmu tak bisa
berkata-kata.
“ Itu karena kebodohanku, kebodohan
masa laluku. Aku yang belum dewasa, hanya ingin sukses dengan namaku sendiri.
Aku benar-benar menyesalinya.”
Untung kamu mengakuinya, kalau
tidak akukan jadi semakin ingin mencela.
“ Apa Helen sudah pernah mencoba
memohon pada tuan Saga?”
Helena menggangukan kepala dalam,
sambil menyeka airmatanya.
“ Sampai pada titik apa?” Daniah
bertanya lagi.
“ Maksudnya?”
“ Apa anda sampai berlutut dan
memohon dengan beurai airmata padanya.”
Eh, apa aku sudah gila, bagaimana
aku bisa melakukannya apalagi di depan sekertaris sialan yang tidak pernah
lepas dari sampingnya itu. Aku masih punya harga diri yang harus kujaga.
“ Ahh, aku tidak punya harga diri
yang harus kujaga di depan tuan saga atau sekertaris Han.” Daniah menjawab
seperti paham apa yang dipikirkan Helena. “ Anda benar, aku tidak mendapatkan
cinta dari tuan Saga, karena itu berusahalah Helena. Berusahalah merebut tuan
Saga kembali. Aku tidak akan memeluknya di tanganku, karena aku tidak punya hak
untuk itu. Tuan Saga akan kembali padamu kalau dia mengginkannya. Jadi kejarlah
dia dengan seluruh tenaga yang bisa kamu pakai.”
Daniah menghela nafas dalam.
" Kalau dia sudah menerima Helen, perceraian kami pasti tidak bisa dihindari."
Begitulah akhirnya, Daniah
mengatakan apa yang harus ia katakan. Dia sudah membuka setitik jalan,
selanjutnya semua tergantung bagaimana h/Helena memanfaatkan kesempatan dan
peluang.
BERSAMBUNG