Langkah Daniah terhenti tepat di
depan dapur. Melihat sepertinya kehidupan di dapur saat ini berjalan diluar
kebiasaan yang seharusnya.
Ada apa ini? Ibu sedang di dapur
dan Risya juga. Kenapa hari ini mereka aneh sekali. Ahh, ia, tentu karena tuan
Saga ada di sini. mereka sedang cari muka rupanya. Apa mereka mau memasak
sarapan untuk tuan Saga. Ah, terserah sajalah, lakukan apa yang ingin kalian
lakukan. Aku mau ambil minum dan sedikit membantu saja.
“ Niah kenapa sudah bangun? Apa ada
yang kamu butuhkan, biar ibu siapkan.” Daniah mengeryit, merasa ngeri sendiri.
Seumur hidup baru pertama kalinya ibu bicara seramah itu padanya. “ Apa tuan
saga sudah bangun? Apa dia membutuhkan sesuatu.” Masih bicara dengan cara yang
menakutkan menurut Daniah.
“ Tidak bu, tuan Saga belum bangun.
Biar saya membantu di dapur.” Daniah sudah mau megambil pisau dapur.
“ Apa!” kaget kata dia berteriak
sendiri. “ Maaf bukan maksud ibu berteriak padamu, masuklah kekamar dan
istirahatlah. Temani tuan Saga saja.” Ibu menepuk bahu Daniah lembut, sorot
matanya sekaligus memohon. Pergilah jangan membuat kami dalam masalah begitu
arti sorot matanya.
“ Ibu benar, kak Niah istirahat
saja.”
Apa! Kak Niah, sejak kapan bocah
ini memanggilku sesopan ini. Tunggu, kenapa mereka aneh sekali si. Apa kalian
salah minum obat semalam.
Daniah mengedarkan pandangan
menyapu ruangan, tengkuknya merinding, ia merasakan aura kegelapan. Tentu saja,
di ujung ruangan itu, dia sedang duduk sambil bekerja dengan laptopnya. Ada
secangkir gelas di sampingnya. Dia memang tidak memandang ke arah dapur atau
terlihat mendengarkan pembicaraan. Tapi keberadaannya sudah pasti
mengintimidasi semua penghuni rumah ini.
Apa karena dia, dua orang ini jadi
berubah sikap padaku, walaupun sedang tidak ada tuan Saga sekalipun.
“ Baiklah, saya permisi bu.” Karena tetap tidak diizinkan membantu
akhirnya Daniah menyingkir secara sukarela.
“ Ia Niah istirahatlah.” Ibu
tersenyum.
Daniah meninggalkan ibu dan Risya
keluar dari dapur, berjalan mendekati sekertaris Han. Dia masih sibuk dengan
pekerjaannya. Dia meraih gelas, lalu minum dan meletakannya lagi.
Apa itu, kenapa gaya minumnya keren
begitu. Lagi syuting iklan!
“ Ehmm, ehmm.” Daniah batuk kecil
di depan sekertaris Han, laki-laki itu mendongak dari layar laptopnya. Dia
bangun dari duduk. Menggangukan kepala sopan.
“ Selamat pagi nona, ada yang bisa
saya bantu?” tanyanya sambil menutup layar laptop, karena dia melihat Daniah
memiringkan kepalanya mau mengintip apa yang dia kerjakan.
“Haha.” Ternyata dia sadar aku mau
mengintip. Peka sekali anda. ” Anda pasti sedang sibuk bekerja di akhir pekan
ya. Apa anda tidak pulang ke rumah anda? Oh ya, anda punya rumahkan, anda tidak
tinggal di rumah tuan Sagakan.”
Dipikir-pikir benar juga, aku
bahkan tidak tahu setelah dia bekerja dia bernafas gak ya, apa yang dia lakukan
setelah melepas tanggung jawab melayani tuan Saga padaku kalau sudah di rumah.
“ Maaf nona, saya tidak bisa
menjawab pertanyaan pribadi tentang saya.”
Apa! Kenapa dia selalu dalam
kondisi fokus si. Padahal kupikir tadi dia akan terjebak dengan pertanyaanku.
“ Tapi, terimakasih atas perhatian
anda, saya hidup dengan nyaman selama ini. Apalagi kalau anda bersikap
sebagaimana mestinya dan tidak menimbulkan masalah.”
Apalagi si orang ini, bicara
semaunya persis seperti majikannya.
“ Tapi, bisakah anda tidak duduk di
sini sekertaris Han. Kenapa anda tidak kembali ke kamar anda dan bekerja di
sana. Anda menggangu disini.” Daniah kembali tersadar tujuannya menyapa
laki-laki dihadapannya ini.
“ Saya tidak melakukan apapun
nona.” Menjawab enteng menunjuk laptopnya. “ Saya hanya duduk.”
Aura kegelapan yang muncul dari
dirimu, yang bisa meledak kapanpun telah mengintimidasi keluargaku tahu. Ibu
dan Risya jadi menakutkan begitu sikapnya. Itu karena anda di sinikan
sekertaris Han, mereka jadi tidak berkutik. Mereka jadi bersikap sangat baik
padaku. Aku sampai diusir dari dapur, padahal biasanya Risya menarikku untuk
membuatku ikut mengerjakan pekerjaan rumah.
“ Tapi sepertinya keluarga saya
terganggu.” Daniah menunjuk ibu dan Risya yang memandang dari kejauhan. “
Lihat! Mereka ketakutan melihat anda.”
“ Padahal saya tidak melakukan
apa-apa lho.” Tersenyum tipis sambil melihat dapur.
“ Itu karena anda memang
menakutkan, belum sadar juga.” Gumam-gumam kecil sambil membuang muka.
“ Saya dengar itu nona.”
“ haha, sebaiknya anda minum
minuman sehat sekertaris Han kalau pagi. Minum jus buah jangan kopi, supaya
lambung anda sehat. haha Baiklah saya mau menyiapkan sarapan untuk tuan Saga
saja, tapi kalau anda tidak mau kembali ke kamar bisakah pindah ke ruang tamu.”
Paling tidak aku hanya perlu
mengusirnya dari duduknya disinikan, biar dia tidak membuat ibu dan Risya
ketakutan begitu.
“ Pak Mun akan mengantar sarapan
tuan muda, sekarang nona kembalilah ke kamar.”
“ Apa! Pak Mun.” Ibu dan bibi
bahkan sedang sibuk memasak sarapan sekarang. Daniah melihat ke arah dapur “
Saya bisa menyiapkan disini, ibu juga sedang memasak di dapur.”
“ Tuan muda tidak suka makan
makanan yang dimasak sembarang orang.”
Huh! Lagi-lagi sang raja berulah
dan pelayannya jauh lebih bertingkah karena sedikitpun tidak pernah membantah.
“ Apa perlu saya mengantar anda ke kamar
nona.” Sepertinya Han sudah mulai kesal, dia ingin segera menyelesaikan
pekerjaannya.
“ Tidak! Saya bisa sendiri.” Daniah
mendengus sebal, tau dia sudah diusir.
“ Baiklah, selamat istirahat.” Mengangukan
kepalanya hormat.
“ Ini sudah pagi, memang siapa yang
mau tidur lagi.” Menatap kesal sambil berlalu. Daniah menghentikan langkah
menuju kamarnya dia kembali ke dapur bicara pada ibu.
“ Maaf bu, ibu tidak perlu
menyiapkan sarapan untuk tuan Saga.”bicara langsung saja begini pikirnya.
“ Kenapa?” ibu merasa kuatir karena
takut tuan Saga tidak nyaman.
“ Pelayan tuan Saga akan
mengirimkan makanan nanti.”
“ Apa! Padahal ibu sudah bangun
sepagi ini untuk memasak sarapan!” Ibu memegang tangan Risya. Gadis itu
tersadar telah melakukan kesalahan lagi.
“ Risya, hentikan. Minta maaf pada
kakakmu!”
Risya menggigit bibirnya kelu,
menatap sekertaris Han yang duduk di kursinya, pandangan mereka bertemu. Gadis
itu gemetar.
“ Maaf kak Niah, maafkan aku.”
Mengatupkan kedua tangannya ke depan wajah.
“ kembalilah kekamarmu, tuan Saga
mungkin membutuhkanmu.”
“ Baik bu.”
Benarkan, ini karena kamu duduk di
sanakan, ibu dan Risya jadi bersikap seaneh itu. Tidak usah tersenyum begitu,
semakin membuat ibu dan Risya ketakutan tahu.
Saat Daniah masuk ke dalam kamar,
bersamaan Saga keluar dari kamar mandi. Dia sedang mengeringkan rambutnya
dengan handuk. Lagi-lagi bertelanjang dada.
“ Naik!” Katanya tegas.
“ Apa! Naik.” Tidak kalah kaget
menjawab.
Mau apa lagi dia, tunggu, kenapa
kamu naik lagi ketempat tidur. Mau apa lagi sekarang, tidak lihat matahari di
luar jendela itu.
Saga sudah duduk bersandar di tempat tidur,
menepuk ruang kosong di sebelahnya. Artinya menyuruh Daniah duduk di sana.
“ Sayang, apa yang mau anda
lakukan, bukankah saatnya bangun, ini sudah pagi.” Daniah menunjuk jendela
kamar.
“ Tidur, memang mau melakukan apa
di akhir pekan. Aku hanya ingin bermalas-malasan hari ini.” Saga menjatuhkan
diri, sudah berbaring di tempat tidur. Masih menepuk kasur di sampingnya.
Apa! Kenapa kau mau
bermalas-malasan saat dirumahku begini. Biasanya juga akhir pekan kadang kamukan
pergi bekerja juga.
“ Naik.” Saga melemparkan handuk
kecil ditangannya, mendarat di tubuh Daniah. Membuat gadis itu reflek langsung
bergerak naik ketempat tidur.
“ Kau belum membayarku dengan
benarkan?”
Apa! Lalu malam tadi apa!
“ Bukankah semalam saya sudah.”
Sambil menutup wajah dengan tangan, malu meneruskan kaliamatnya.
“ Semalam, itu hukuman karena
berhenti memijatku dan mengoceh kemana-mana dibalik punggungku.”
Sial! Benar-benar mendengar
berarti. Jadi kamu pura-pura tidurkan!
“ Aku sudah memberi ayahmu hadiah
istimewa semalam di hari ulang tahunnya, sekarang saatnya kamu berterimakasihkan?”
Apa! Memang kamu memberi apa pada
ayahku. Aku bahkan tidak melihatmu memberi kado apa-apa, selain kemunculanmu
yang dramatis itu. Tunggu, kamu tidak sedang berfikir kalau kedatanganmu itu
hadiah istimewa untuk ayahkan. Walaupun itu benar, tapi kenapa terasa
mengelikan begini si.
“ Aku bahkan datang kepesta orang
tuamu, meladeni keluargamu bicara. Apa itu semua tidak kamu anggap hutang yang
harus kamu bayar”
Benar, itu berkah untuk rakyat
jelata seperti kami. Ayah bisa sangat bangga dan membusungkan dada dengan
kedatanganmu. Menantu terhormat negri ini.
“ Terimakasih Sayang, kehadiran
anda sungguh hadiah istimewa diulang tahun ayah. Saya sungguh berterimakasih.” Baik
berterimakasihlah dengan kata-kata manis Daniah, selesaikan ini dan bangun.
“ Itu saja.” Saga sudah menarik
rambut Daniah, menggulungnya pelan. “ Aku mau yang lainnya.” Bulu kudu Daniah
merinding saat Saga mulai menciumi rambutnya.
“ Apa yang bisa saya berikan?”
Hemm.” Sok berfikir “ Aku
memberikan tubuhku untuk hadir diulang tahun ayahmu, kau harus membayarnya
setimpal juga donk. Itu baru adil.” Daniah sudah ambruk karena Saga mendorong
dengan bahunya. “ Bagaimana?”
“ Benar, anda benar sekali.” Terpaksa
tertawa.
Licik sekali kamu heh! Lagi-lagi
memojokanku dengan cara begini. Seperti aku berhutang dunia saja padamu.
Daniah sperei tempat tidur,
membiarkan Saga melakukan sekali lagi mendapatkan apa yang ingin ia lakukan.
Sementara matahari terus bergerak naik.
Aaa aku lapar, karena kaget melihat
ibu dan Risya aku bahkan tidak makan tadi.
BERSAMBUNG