Daniah mendukan kepala malu saat
melirik meja yang lain, mereka ada yang tertawa tapi tidak lama sudah tidak
perduli lagi. Fokus dengan lawan bicara mereka masing-masing.
“ Gila ya! Pelankan suaramu jen.
Aku juga gak tahu sudah berapa kali, memang aku iseng menghitungnya.” Daniah
menundukan kepalanya malu, mendengar omongannya sendiri.
Aku malu untuk mengatakannya, kalau
hampir setiap malam.
“ Jadi, sudah sampai sejauh itu.
tapi kakak ipar masih mengatakan kalau tidak menyukai kak Saga.”
Kata-kata
Jenika kenapa seperti sedang menghujam dadaku ya, benar, bagaimana perasaanku
pada tuan Saga ya. Apa aku benar-benar tidak menyukainya. Apa aku tidak
menikmati sentuhan lembut saat dia menciumku. Walaupun dia kasar, tapi anehnya
dia memang selalu memperlakukanku lembut di tempat tidur.
“ Aku hanya ingin melindungi diriku
Jen.” Daniah mengangkat kepalanya, dan menatap Jenika dan Sofia bergantian. “
aku hanya tidak ingin terluka lebih dalam kalau sampai aku menyimpan perasaan
pada tuan Saga. Aku menikah karena alasan apa aku sudah tahu itu. Tuan Saga
punya wanita yang dicintainya aku juga tahu itu. Jadi aku hanya melindungiku
diriku, kalau nanti tuan Saga membuangku. Aku tidak akan terlalu sakit. Berbeda
kalau aku menyukainnyakan, tidak tahu akan sesakit apa hatiku nanti.”
Jenika dan Sofia mendekati Daniah.
Menepuk pundaknya.
Bodoh! Memang siapa yang mau
membuangmu kakak ipar. Kalaupun kamu ingin kabur sekarang, kak Saga tidak akan
pernah melepaskanmu.
“ Ternyata kakak ipar ini
benar-benar bodoh ya.” Jenika masih menepuk bahu kanan Daniah.
“ Kak Jen, jangan menghina kakak
ipar terus donk. Kakak ipar memang bodoh tapi jangan dibilangin keras-keras
juga.” Sofia protes. Sambil menepuk bahu kiri Daniah.
Kalian itu sama aja tahu! Sama-sama
mengataiku bodoh.
“ Memang kakak ipar tidak
berdebar-debar apa kalau sedang bersama kak Saga. Kalau sedang menyentuh dada
bidang dan putihnya kak Saga. Kalau kalian sedang berciuman memang gak kerasa
apa-apa gitu.” Jen dan Sofi sudah berhenti menepuk bahu, sekarang mengeser
duduk lagi.
“ Apa si, aku sampai gak bisa
bernafas karena rasanya dadaku ingin meledak.” Lagi-lagi malu yang ada. Kenapa
dua orang ini bisa membahas masalah begini dengan riang si. Daniah cemberut
sendiri.
Ternyata kakak iparku ini
benar-benar bodoh ya, bahkan tubuhnya jauh lebih pintar bereaksi daripada
hatinya.
“ Kak Saga itu mencintai kakak ipar
tahu, kalau tidak kenapa dia tidur dengan kakak ipar. Hemm, sampai sudah tidak
terhitung lagi jumlahnya berapa kalinya.” Jenika tertawa menyeringai membuat
lagi-lagi wajah Daniah merah padam. “ Memang kakak ipar pikir, kalau laki-laki
tidak menyukai perempuan dia bisa tidur sampai berkali-laki begitu.” Menghujamkan
kalimat keras, biar telak menghantam kebodohan kakak iparnya.
“ Diakan senang menyiksaku saja.”
Daniah menjawab.
“ Kakak ipar ini bodoh atau apa si.
Hiii gemes sekali aku jadinya.” Mencubit pipi Daniah. Gadis itu menepis tangan
jenika sebal. Sakit tahu begitu katanya. “ Kakak ipar itu wanita pertama dan
satu-satunya yang tidur dengan kak Saga! Catat itu diotak kakak ipar ya.
Artinya apa, ya memang kakak ipar yang diinginkan kakakku. Bukan kak Helen atau
siapapun, dia memang mau kakak ipar, dia suka sama kakak ipar. Dia mencintai
kakak ipar.” Jen kembali berapi-api,
Sofia di samping juga ikutan menyemangati.
Apa! Cinta, tuan Saga. Padaku. Tuan
Saga mencintaiku. Yang benar saja.
Bayangan buram melintas seperti
film berputar dikepala Daniah.
“ Bersiaplah aku akan
mencabik-cabikmu.”
“ Habis kamu! Berani membantahku.”
“ Apa! Berani memelototiku!”
“ Gosok punggungku dengan benar,
apa kamu tidak diberi makan.”
“ Beraninya kau!”
“ Tidak mau tidur denganku,
pergilah. Akan kuhancurkan keluargamu tanpa sisa.”
“ Kau harus membayar dengan tubuhmu
donk, itu baru setimpal.”
“ Mau mati ya!”
Daniah mengaruk meja dengan
kukunya. Ia menangis dalam hati.
Itu darimananya yang disebut cinta
si. Hiks, hiks. Memang ada orang yang mengatakan hal begituan pada orang yang
di cintainya. Ya, tuan Saga tidur denganku hanya karena aku istrinya. Wanita
yang sudah dia beli dan dia beri makan. Pasti dia hanya berfikir begitu, kenapa aku
menyia-yiakan apa yang ada di sampingku. Pasti begitukan alasan sebenarnya.
“ kakak ipar! Kakak ipar!” Jenika
mengoyangkan tubuh Daniah, membuatnya tersadar dari lamunan.
“ Sekarang pahamkan.”
“ Apa?”
“ Bagaimana si, pahamkan kalau kak
Saga itu sudah jatuh cinta sama kakak ipar.”
“ Sudahlah, ia, ia. Aku paham.”
Walaupun tetap tidak bisa menerima sedikitpun penjelasan Jenika.
Malam semakin larut, merekapun
memutuskan pulang. Dalam perjalanan malam, lampu jalan bersinar terang. Daniah
menatap kaca mobil nanar. Jenika fokus mengemudi. Sofia ambruk tiduran di kursi
belakang sambil bermain dengan hpnya.
Tuan Saga menyukaiku, Hei Daniah
jangan bermimpi. Tetap jaga jarak sejauh mungkin hatimu. Kau tidak mau terluka
nantikan.
Malam semakin larut, sekali lagi
Daniah berhasil meyakinkan hatinya, untuk tidak boleh jatuh hati atau
bersimpati pada Tuan Saga.
Kendaraan menepi di depan pintu
rumah utama. Saga keluar setelah Han membukakan pintu. Pak Mun sudah berdiri di
dekat mobil.
“ Pulang dan istirahatlah.” Han
mengangukan kepala.
“ Selamat istirahat tuan muda.” Dia
menunggu sampai Saga dan Pak Mun masuk ke dalam rumah, lalu kembali masuk ke
dalam mobil. Keluar dari gerbang utama.
Sekarang, Saga sudah duduk dan memakai sandal
rumahnya.
“ Jam berapa Daniah kembali? Apa
dia sudah tidur sekarang.”
Pak Mun memberikan penjelasan.
“ Nona kembali jam sepuluh tuan
muda, langsung masuk ke kamar. Nona jenika dan Nona Sofia juga.”
“ Baiklah.” Saga sudah mau bangun.
Tapi tertahan karena pak Mun mengatakan sesuatu lagi.
“ Maafkan saya tuan muda, tadi saya
membiarkan nona Jenika membawa nona muda.”
“ Setelah pulang apa mereka
bertengkar?” Saga bertanya.
“ Tidak tuan muda. Semuanya
terlihat sangat senang. Nona muda juga tertawa senang.” Jawaban Pak Mun sudah
membuat Saga puas.
“ Baiklah, untung kamu tidak
menahan Jen membawa Daniah. Mulai sekarang biarkan Jen dan Sofia dekat dengan
Daniah. Mereka sepertinya sudah mulai paham siapa kakak iparnya sekarang.”
“ Baik tuan muda. Dan juga tadi
Nyonya kedatangan nona Helena.” Saga hanya terdiam, sepertinya tidak tertarik. “
Mereka pergi mengobrol di kamar, jadi saya tidak tahu apa yang dibicarakan.”
Merasa bersalah dengan ketidakmampuannya.
“ Sudahlah, biarkan ibu melakukan
apa yang dia mau. Cukup awasi saja dia. Tidak perlu mengantarku, pergi
istirahatlah.” Mencegah Pak Mun yang sudah berjalan mengikuti.
“ Baik tuam muda. Selamat malam,
selamat istirahat.” Pak Mun hanya mengantarkan Saga sampai ke ke tangga. Lalu
dia pergi mematikan beberapa lampu, lalu berjalan kekamarnya. Untuk istirahat.
Hari ini pekerjaannya sudah cukup berat.
Sementara Saga masuk ke dalam kamar
dengan perlahan. Dalam keremangan cahaya lampu dia melihat Daniah yang
terbaring lelep di atas tempat tidur. Dia tidak mendekati tempat tidur. Dia
masuk ke kamar mandi. Selang tidak lama sudah terlihat segar, sambil
mengeringkan rambut sebentar. Dia melemparkan handuk kecilnya ke atas meja.
Kau pasti kelelahan karena
bersenang-senangkan.
Saga menyibakan selimut, mendapati
Daniah dalam balutan baju tidurnya. Wajahnya tersenyum tipis. Dia naik ke atas
tempat tidur.
Kau yang menggodaku dengan baju
tidur itu ya. Jangan salahkan aku.
Sentuhan lembut di bibir, dan
leher. Daniah mengeliat. Saga menghentikan aktivitasnya sementara. Pura-pura
terdiam berbaring. Daniah kembali terdiam, hanya kecapan yang terdengar dan
hembusan nafasnya pelan. Saga tergelak tanpa mengeluarkan suara.
Imut sekali, dia bahkan tidak
bangun.
Saga menarik selimut menghempaskannya ke ujung tempat tidur.
Ternyata Han menganti model baju tidurmu
berguna juga ya.
Saga menikmati semua bagian tubuh
istrinya, lekukan leher, bibir, telinga hingga membenamkan wajah ke dada Daniah, dia makan waktu jauh lebih lama dibagian itu. Beberapa kecupan meninggalkan bekas merah,
terdengar Daniah mengeliat tapi dia sama sekali tidak terbangun. Membuat Saga
tidak menghentikan apa yang dia lakukan.
Daniah jatuh ke dalam mimpi yang akan membuatnya malu esok hari.
Malam semakin larut, setelah
meninggalkan satu kecupan merah di atas dada gadis itu, dia terbaring di sampingnya.
Memeluk istrinya erat, menempelkan bibirnya di bahu Daniah. Sampai dia sendiri
jatuh ke dalam mimpi yang indah.
BERSAMBUNG