Chapter 84 Aku mau kau mencintaiku

Cuaca pagi yang hangat, matahari

masih malu-malu menampakan diri. Akhir-akhir ini cuaca memang cenderung cerah.

Hujan masih jarang turun membasahi bumi. Setiap orang bersemangat untuk

menyambut pagi. Tapi sepertinya tidak dengan seseorang.

Daniah duduk di ruang ganti baju.

Diam berfikir dalam. Bengong. Wajahnya sedikit memerah, dia menundukan kepala

malu. Merasa di gerogoti dari dalam. Padahal dia sendiri menyadari bahwa tidak

ada yang tahu, karena ini mimpinya sendiri. Tapi ntah kenapa dia merasa sangat

malu.

Apa yang ada di kepalaku si, kenapa

aku sampai bermimpi mesum. Aku mimpi tuan Saga menciumiku. Dan sepertinya,

kenapa aku menikmati. Dasar tidak tahu diri. Apa ini efek pembicaraanku dengan

jen kemarin sampai terbawa mimpi segala.

Daniah memaki dirinya sendiri, kesal

karena merasa tidak berdaya. Kata-kata jen kemarin kembali terlintas dipikirannya,

menghantui dan berlarian mengejar. Bunyi pintu kamar mandi terbuka membuat

Daniah berdiri terkejut. Sejenak pikirannya mengenai mimpinya semalam buyar.

Saga keluar dari kamar mandi hanya

memakai handuk yang melingkar di pinggangnya, dia sedang mengeringkan rambut.

Sambil mengibaskannya.

Kenapa dia terlihat tampan

begitu...

“Memang kakak ipar tidak

berdebar-debar apa kalau sedang bersama kak Saga. Kalau sedang menyentuh dada

bidang dan putihnya kak Saga”

Glek, Daniah menelan ludah sendiri.

“ Sudah puas melihatnya?” Daniah

terperanjak karena Saga sudah berdiri di depannya. Dia mengibaskan rambutnya

lagi. “ Kenapa? Kau mau menyentuhnya.” Saga menyentuh dadanya yang terbuka. “

Liurmu sudah mau menetes tuh.”

Daniah refleks langsung mengelap

mulutnya. Saga tergelak.

“ Kemarilah!” Daniah malam membeku.

Dia tidak berani mendekat sedikitpun. Kalau sampai selangkah saja dia maju, dia

sadar pagi ini tidak akan terlewat semudah itu. “ Aku mengizinkanmu

menyentuhnya.” Saga menepuk dadanya beberapa kali, sambil tersenyum tipis.

“ Tidak sayang, saya tidak apa-apa.

Saya keluar dulu, silahkan ganti baju.”

Kaki Saga sudah menghadang langkah

Daniah. Membuat Daniah berhenti melangkah dan tidak bisa bergerak lagi.

Bibirnya sedikit merengut. Dia paham, bahwa pagi ini tidak bisa keluar kamar

semudah biasanya. Tai saat matanya menatap tubuh terbuka Saga, wajahnya memerah

dengan sendirinya.

“ Kenapa wajahmu semerah itu, apa

yang kamu pikirkan. Jangan-jangan kamu sedang berfikir hal mesum ya.” Tambah

merah muka Daniah karena Saga berkata seperti itu. Dia menutup wajahnya.

Mimpinya semalam kembali terlintas nyata di kepalanya.

“ Tidak sayang, saya hanya

bermimpi.” Menutup mulutnya sendiri. Menyesali kalimat yang keluar dari

mulutnya barusan. Ia merasa geli sekaligus malu teramat sangat.

“ Mimpi, jadi kamu mimpi mesum ya.”

Tertawa. Padahal dia jelas sedang merasa sangat senang sekarang.

Haha, jadi dia setengah sadar dan menggangap

yang semalam itu mimpi ya.

“ Kemarilah.” Saga menarik tangan

Daniah yang sudah berdiri di depannya. Dia meletakan tangan itu di dadanya. “

Bagaimana kau suka?”

Kumohon biarkan aku tengelam di

dasar bumi saja, ini terlalu memalukan. Daniah menjerit dalam hati, dia bahkan

tidak mau menatap Saga karena perasaan malu.

“ Beri tanda di sini!” Saga

menunjuk dadanya.

“ Apa!” Apa dia sudah gila!

Maksudnya kecupan yang sering dia berikan padakukan. Stempel kepemilikan.

“ Kau boleh menciumku, itu yang

kamu inginkankan dari tadikan?” Masih memegang tangan Daniah yang menempel di

dadanya. Dia mencubit tangan itu karena Daniah tidak bereaksi. “ Aku

mendengarmu menelan ludah saat menatapku lho.”

“ Ti, tidak sayang.”

Aku harus segera keluar dari ruang

baju.

“ Tidak!” sudah terdengar nada

tidak suka. Saga sudah mencengkram Dagu Daniah. “ Benar, tidak mau menciumku.”

Sorot matanyanya mengatakan, kalau kau pergi tanpa menciumku lihat apa yang aku

lakukan padamu nanti.

Cih, begini yang katanya jen kalau

kakaknya mencintaiku.

“ Ia sayang, ia saya mau.” Tidak

punya pilihan lain lagi.

Daniah menjinjit, memberi kecupan

keras di dada Saga. Laki-laki itu tergelak, melihat usaha Daniah. Yang mencium

dengan kaku. Dia menunjuk leher kirinya. Mengetuknya beberapa kali. Agar Daniah

melakukan hal yang sama di sana.

Apa! Dia mau lagi.

Satu kecupan lagi membekas. Saga

menunjuk bagian yang lain lagi. Tidak sanggup menunjukan reaksi kesal. Dia memberi  satu kecupan merah lagi di leher bagian kanan

yang dia tunjuk dengan jarinya. Setelah tiga tanda merah sepertinya Saga sudah

merasa cukup. Dia melepaskan tangan yang melingkar memeluk Daniah.

“ Kau senang sekarang?” Padahal

jelas-jelas dia yang berwajah puas, masih saja menjahili istrinya dengan

kata-katanya.

“ Haha, ia saya senang sekali.”

Kenapa kau pintar sekali membalikan fakta begini!

“ Keluar sana, aku mau ganti baju.”

Mengusir, setelah mendapatkan apa yang dia inginkan. Dia tersenyum tipis saat

mendengar jawaban Daniah. Suara dia sudah tertahan karena kesal dan malu.

“ Baik sayang.” Pergi meninggalkan

Saga tanpa menoleh lagi.

Di belakangnya Saga tergelak, Dia

menyusuri tubuhnya sendiri dalam pantulan kaca, melihat tanda merah yang

ditingalkan Daniah. Menghitungnya.

Sementara Daniah menyeret tubuhnya

lunglai, baru sepagi ini, tapi dia sudah kehabisan energi. Dia mengambil sepatu

Saga. Lalu ambruk di sofa sambil memeluknya. Bengong lagi. Pikirannya mengudara

belarian.

Apa itu yang dibilang mencintaiku!

Sudah gila ya! Aku tidak akan percaya sedikitpun padamu lagi Jen.

Selang tidak lama. Saga keluar dari

ruang ganti, sudah bisa menguasai tawanya. Tapi masih tergelak tanpa suara

ketika melihat Daniah terbaring di sofa sambil memeluk sepatu. Bengong seperti

kehilangan separuh nyawa. Saat melihat Saga sudah ada di depannya Daniah

refleks bangun. Dia masih memeluk sepatunya.

“ Kenapa rambutmu bisa lucu

begini?” Menggulung rambut saat daniah berlutut memakaikan sepatu. Dia

bertanya, tapi Daniah tidak mau menjawab apa-apa.

Apa! Sekarang dia bilang lucu.

Kemarinkan dia bilang jelek dan kampungan.

Saga menepuk sofa di sebelahnya

setelah Daniah selesai, menyuruh Daniah duduk di sana. Gadis itu patuh, dia

duduk menjauh.

“ Apa yang kau lakukan kemarin

bersama jen dan Sofi.” Mencari tahu apa yang sudah dia tahu. Tidak mungkin tuan

Saga tidak tahu fikir Daniah, dia hanya ingin mengkonfirmasi.

“ Kami pergi ke wahana permainan,

dan makan malam.” Ceritakan saja garis besarnya.

“ Tidak jadi menonton film.” Saga

bertanya sambil mendekatkan wajahnya, dia mencium rambut daniah.

“ Tidak.” Mengeser tubuh. Tapi

sepertinya jangankan menjauh, dia malam bergerak mendekati Saga. Karena laki-laki

itu menarik rambutnya.

“ Apa yang kamu bicarakan dengan

Jen dan Sofi?”

Daniah terdiam sesaat. Memutar otak

berfikir, apa yang harus dia berikan sebagai jawaban. Tidak mungkinkan obrolan

unfaedahnya bersama Jen harus dia ceritakan.

“ Kami hanya mengobrol biasa

sayang.” Seharusnya kalimat ini berhasilkan, begitu pikir Daniah.

“ Benarkah? Jelaskan semua, kalau

kamu tidak mau, aku bisa bertanya pada Jen dan Sofi.” Ternyata tidak bagi Saga.

Dia ingin tahu, semua, sampai detail sederhananya.

Benar laki-laki ini sangat

mendetail.

“ Tapi anda jangan marah ya.”

Menyentuh tangan Saga dan mengengamnya, agar tangan itu berhenti memainkan

rambutnya. Saat Daniah berhasil menghentikan tangan tapi tidak berhasil

menghentikan bibir. Saga kembali menciumi rambut Daniah.

Anda kenapa si, sudah tergila-gila

dengan rambut saya ya!

“  Berani sekali kamu sekarang ya. Kalau

pembicaraanmu dengan jen bisa membuatku marah, masih berani menyembunyikannya.”

Mencium leher Daniah tiba-tiba, Gadis itu kaget tapi tubuhnya membeku. “

Katakan!”

Dia ini kenapa si?

“ Kata Jen, anda baru pertama kali

tidur dengan wanita itu saat malam pertama kita.” Membuang muka kearah yang

berlawanan dengan wajah Saga.

Habislah aku, sudah bergosip.

“ Jen mengatakan begitu? Apa dia

juga bilang kalau aku mencintaimu.” Lagi-lagi mengatakan seringan dia tersenyum.

Padahal kata-katanya yang barusan seharusnya syarat akan makna.

Eh, bagaimana dia bisa tahu.

Tunggu, dia tidak memasang alat penyadap dalam tubuhkukan.

Saat lagi lagi Saga menyentuh

rambut Daniah, gadis itu menjawab cepat.“ I, ia.”

“ Dan kamu percaya?” Tangan dan

jemari Saga yang lembut menyusuri garis wajah Daniah, menempel pada bibir

mungil yang merona merah itu. Dia menghentikan tangannya menunggu jawabaan

Daniah.

“ Tidak sayang, saya  rasa Jen pasti hanya bercanda .”

“ Baguslah!”

Saga mendorong tubuh Daniah sampai

dia ambruk di sofa, laki-laki itu mengendurkan dasi yang baru dia pakai. Lalu

menarik dan melemparkannya sembarangan. Daniah sudah merasa gelagat

mencurigakan.

Mau apa dia? Apa dia marah karena

kata-kata Jen. Kenapa melampiaskan padaku!

“ Sayang, anda mau bekerjakan.

Sekertaris Han juga pasti sudah sampai.”

“ Kenapa? Bukankah ini yang kamu

inginkan semalam. Kamu sampai bermimpi mesumkan. Aku hanya mewujudkan apa yang kamu impikan. seharusnya kamu berterimakasih padaku.” Saga menarik baju Daniah

dengan kasar, dan membuangnya, terongok di bawah kursi. “ Apa kau mau aku mencintaimu?”

menciumu bagian Dada Daniah. Meninggalkan kecupan merah di samping yang ia

berikan semalam.

“ Saya tidak berani berharap

sayang, andakan sudah mencintai wanita lain.” Terbata menjawab. Daniah sudah

memalingkan wajahnya.

“ Tapi aku mau kau mencintaiku.” Kata-kata Saga menancap di dada Daniah.

“ Apa!”

Ada apa dengannya. Kenapa dia mau aku mencintainya.

“Aku mau kau mencintaiku. Katakan

kau mencintaiku.”

Tidak mau!

Saga mengigit bibir Daniah saat

gadis itu hanya diam memalingkan wajah sambil menggigit bibirnya, memaksanya

untuk mengatakan.

“ Saya mencintai anda.” Pasrah

Sampai Saga menyelesaikan

urusannya, bibir Daniah beberapa kali lirih mengatakannya.

“ Saya mencintaimu sayang.”

Pak mun menuruni tangga, sendirian.

Ibu dan kedua anaknya berfikir heran kenapa dia turun sendiri. Sebelum mereka

bertanya Pak Mun sudah berjalan mendekati sekertaris Han yang sedang duduk

sambil menikmati segelas jus buah dan roti isi.

“ Kenapa?” Han mendongak dari

pekerjaannya.

“ Sepertinya tuan muda baru akan

turun satu jam lagi.”

Apa! Padahal pagi ini ada pertemuan.

Han mengeram kesal sendiri. Dia mengusir pak Mun dengan tangannya. Laki-laki

itu paham dan meninggalkannya. Menemui ketiga wanita yang sedang ada di meja

makan. Untuk memulai sarapan terlebih dahulu.

“ Gila, kakak ipar luar biasa.” Jen

tertawa karena tahu sedang terjadi apa di lantai atas. Sofi yang masih berjiwa

agak polos meminta penjelasan. Jen hanya terbahak membalasnya. Sementara ibu

menatap tangga dengan kesal.

Sekertaris Han menghabiskan

sarapannya, lalu membawa laptopnya menuju ruangan kerja Saga. Dia menelfon

sebelum masuk.

“ Mundurkan semua jadwal tuan Saga

sampai dua jam kedepan.”

BERSAMBUNG.....................