Cuaca pagi yang hangat, matahari
masih malu-malu menampakan diri. Akhir-akhir ini cuaca memang cenderung cerah.
Hujan masih jarang turun membasahi bumi. Setiap orang bersemangat untuk
menyambut pagi. Tapi sepertinya tidak dengan seseorang.
Daniah duduk di ruang ganti baju.
Diam berfikir dalam. Bengong. Wajahnya sedikit memerah, dia menundukan kepala
malu. Merasa di gerogoti dari dalam. Padahal dia sendiri menyadari bahwa tidak
ada yang tahu, karena ini mimpinya sendiri. Tapi ntah kenapa dia merasa sangat
malu.
Apa yang ada di kepalaku si, kenapa
aku sampai bermimpi mesum. Aku mimpi tuan Saga menciumiku. Dan sepertinya,
kenapa aku menikmati. Dasar tidak tahu diri. Apa ini efek pembicaraanku dengan
jen kemarin sampai terbawa mimpi segala.
Daniah memaki dirinya sendiri, kesal
karena merasa tidak berdaya. Kata-kata jen kemarin kembali terlintas dipikirannya,
menghantui dan berlarian mengejar. Bunyi pintu kamar mandi terbuka membuat
Daniah berdiri terkejut. Sejenak pikirannya mengenai mimpinya semalam buyar.
Saga keluar dari kamar mandi hanya
memakai handuk yang melingkar di pinggangnya, dia sedang mengeringkan rambut.
Sambil mengibaskannya.
Kenapa dia terlihat tampan
begitu...
“Memang kakak ipar tidak
berdebar-debar apa kalau sedang bersama kak Saga. Kalau sedang menyentuh dada
bidang dan putihnya kak Saga”
Glek, Daniah menelan ludah sendiri.
“ Sudah puas melihatnya?” Daniah
terperanjak karena Saga sudah berdiri di depannya. Dia mengibaskan rambutnya
lagi. “ Kenapa? Kau mau menyentuhnya.” Saga menyentuh dadanya yang terbuka. “
Liurmu sudah mau menetes tuh.”
Daniah refleks langsung mengelap
mulutnya. Saga tergelak.
“ Kemarilah!” Daniah malam membeku.
Dia tidak berani mendekat sedikitpun. Kalau sampai selangkah saja dia maju, dia
sadar pagi ini tidak akan terlewat semudah itu. “ Aku mengizinkanmu
menyentuhnya.” Saga menepuk dadanya beberapa kali, sambil tersenyum tipis.
“ Tidak sayang, saya tidak apa-apa.
Saya keluar dulu, silahkan ganti baju.”
Kaki Saga sudah menghadang langkah
Daniah. Membuat Daniah berhenti melangkah dan tidak bisa bergerak lagi.
Bibirnya sedikit merengut. Dia paham, bahwa pagi ini tidak bisa keluar kamar
semudah biasanya. Tai saat matanya menatap tubuh terbuka Saga, wajahnya memerah
dengan sendirinya.
“ Kenapa wajahmu semerah itu, apa
yang kamu pikirkan. Jangan-jangan kamu sedang berfikir hal mesum ya.” Tambah
merah muka Daniah karena Saga berkata seperti itu. Dia menutup wajahnya.
Mimpinya semalam kembali terlintas nyata di kepalanya.
“ Tidak sayang, saya hanya
bermimpi.” Menutup mulutnya sendiri. Menyesali kalimat yang keluar dari
mulutnya barusan. Ia merasa geli sekaligus malu teramat sangat.
“ Mimpi, jadi kamu mimpi mesum ya.”
Tertawa. Padahal dia jelas sedang merasa sangat senang sekarang.
Haha, jadi dia setengah sadar dan menggangap
yang semalam itu mimpi ya.
“ Kemarilah.” Saga menarik tangan
Daniah yang sudah berdiri di depannya. Dia meletakan tangan itu di dadanya. “
Bagaimana kau suka?”
Kumohon biarkan aku tengelam di
dasar bumi saja, ini terlalu memalukan. Daniah menjerit dalam hati, dia bahkan
tidak mau menatap Saga karena perasaan malu.
“ Beri tanda di sini!” Saga
menunjuk dadanya.
“ Apa!” Apa dia sudah gila!
Maksudnya kecupan yang sering dia berikan padakukan. Stempel kepemilikan.
“ Kau boleh menciumku, itu yang
kamu inginkankan dari tadikan?” Masih memegang tangan Daniah yang menempel di
dadanya. Dia mencubit tangan itu karena Daniah tidak bereaksi. “ Aku
mendengarmu menelan ludah saat menatapku lho.”
“ Ti, tidak sayang.”
Aku harus segera keluar dari ruang
baju.
“ Tidak!” sudah terdengar nada
tidak suka. Saga sudah mencengkram Dagu Daniah. “ Benar, tidak mau menciumku.”
Sorot matanyanya mengatakan, kalau kau pergi tanpa menciumku lihat apa yang aku
lakukan padamu nanti.
Cih, begini yang katanya jen kalau
kakaknya mencintaiku.
“ Ia sayang, ia saya mau.” Tidak
punya pilihan lain lagi.
Daniah menjinjit, memberi kecupan
keras di dada Saga. Laki-laki itu tergelak, melihat usaha Daniah. Yang mencium
dengan kaku. Dia menunjuk leher kirinya. Mengetuknya beberapa kali. Agar Daniah
melakukan hal yang sama di sana.
Apa! Dia mau lagi.
Satu kecupan lagi membekas. Saga
menunjuk bagian yang lain lagi. Tidak sanggup menunjukan reaksi kesal. Dia memberi satu kecupan merah lagi di leher bagian kanan
yang dia tunjuk dengan jarinya. Setelah tiga tanda merah sepertinya Saga sudah
merasa cukup. Dia melepaskan tangan yang melingkar memeluk Daniah.
“ Kau senang sekarang?” Padahal
jelas-jelas dia yang berwajah puas, masih saja menjahili istrinya dengan
kata-katanya.
“ Haha, ia saya senang sekali.”
Kenapa kau pintar sekali membalikan fakta begini!
“ Keluar sana, aku mau ganti baju.”
Mengusir, setelah mendapatkan apa yang dia inginkan. Dia tersenyum tipis saat
mendengar jawaban Daniah. Suara dia sudah tertahan karena kesal dan malu.
“ Baik sayang.” Pergi meninggalkan
Saga tanpa menoleh lagi.
Di belakangnya Saga tergelak, Dia
menyusuri tubuhnya sendiri dalam pantulan kaca, melihat tanda merah yang
ditingalkan Daniah. Menghitungnya.
Sementara Daniah menyeret tubuhnya
lunglai, baru sepagi ini, tapi dia sudah kehabisan energi. Dia mengambil sepatu
Saga. Lalu ambruk di sofa sambil memeluknya. Bengong lagi. Pikirannya mengudara
belarian.
Apa itu yang dibilang mencintaiku!
Sudah gila ya! Aku tidak akan percaya sedikitpun padamu lagi Jen.
Selang tidak lama. Saga keluar dari
ruang ganti, sudah bisa menguasai tawanya. Tapi masih tergelak tanpa suara
ketika melihat Daniah terbaring di sofa sambil memeluk sepatu. Bengong seperti
kehilangan separuh nyawa. Saat melihat Saga sudah ada di depannya Daniah
refleks bangun. Dia masih memeluk sepatunya.
“ Kenapa rambutmu bisa lucu
begini?” Menggulung rambut saat daniah berlutut memakaikan sepatu. Dia
bertanya, tapi Daniah tidak mau menjawab apa-apa.
Apa! Sekarang dia bilang lucu.
Kemarinkan dia bilang jelek dan kampungan.
Saga menepuk sofa di sebelahnya
setelah Daniah selesai, menyuruh Daniah duduk di sana. Gadis itu patuh, dia
duduk menjauh.
“ Apa yang kau lakukan kemarin
bersama jen dan Sofi.” Mencari tahu apa yang sudah dia tahu. Tidak mungkin tuan
Saga tidak tahu fikir Daniah, dia hanya ingin mengkonfirmasi.
“ Kami pergi ke wahana permainan,
dan makan malam.” Ceritakan saja garis besarnya.
“ Tidak jadi menonton film.” Saga
bertanya sambil mendekatkan wajahnya, dia mencium rambut daniah.
“ Tidak.” Mengeser tubuh. Tapi
sepertinya jangankan menjauh, dia malam bergerak mendekati Saga. Karena laki-laki
itu menarik rambutnya.
“ Apa yang kamu bicarakan dengan
Jen dan Sofi?”
Daniah terdiam sesaat. Memutar otak
berfikir, apa yang harus dia berikan sebagai jawaban. Tidak mungkinkan obrolan
unfaedahnya bersama Jen harus dia ceritakan.
“ Kami hanya mengobrol biasa
sayang.” Seharusnya kalimat ini berhasilkan, begitu pikir Daniah.
“ Benarkah? Jelaskan semua, kalau
kamu tidak mau, aku bisa bertanya pada Jen dan Sofi.” Ternyata tidak bagi Saga.
Dia ingin tahu, semua, sampai detail sederhananya.
Benar laki-laki ini sangat
mendetail.
“ Tapi anda jangan marah ya.”
Menyentuh tangan Saga dan mengengamnya, agar tangan itu berhenti memainkan
rambutnya. Saat Daniah berhasil menghentikan tangan tapi tidak berhasil
menghentikan bibir. Saga kembali menciumi rambut Daniah.
Anda kenapa si, sudah tergila-gila
dengan rambut saya ya!
“ Berani sekali kamu sekarang ya. Kalau
pembicaraanmu dengan jen bisa membuatku marah, masih berani menyembunyikannya.”
Mencium leher Daniah tiba-tiba, Gadis itu kaget tapi tubuhnya membeku. “
Katakan!”
Dia ini kenapa si?
“ Kata Jen, anda baru pertama kali
tidur dengan wanita itu saat malam pertama kita.” Membuang muka kearah yang
berlawanan dengan wajah Saga.
Habislah aku, sudah bergosip.
“ Jen mengatakan begitu? Apa dia
juga bilang kalau aku mencintaimu.” Lagi-lagi mengatakan seringan dia tersenyum.
Padahal kata-katanya yang barusan seharusnya syarat akan makna.
Eh, bagaimana dia bisa tahu.
Tunggu, dia tidak memasang alat penyadap dalam tubuhkukan.
Saat lagi lagi Saga menyentuh
rambut Daniah, gadis itu menjawab cepat.“ I, ia.”
“ Dan kamu percaya?” Tangan dan
jemari Saga yang lembut menyusuri garis wajah Daniah, menempel pada bibir
mungil yang merona merah itu. Dia menghentikan tangannya menunggu jawabaan
Daniah.
“ Tidak sayang, saya rasa Jen pasti hanya bercanda .”
“ Baguslah!”
Saga mendorong tubuh Daniah sampai
dia ambruk di sofa, laki-laki itu mengendurkan dasi yang baru dia pakai. Lalu
menarik dan melemparkannya sembarangan. Daniah sudah merasa gelagat
mencurigakan.
Mau apa dia? Apa dia marah karena
kata-kata Jen. Kenapa melampiaskan padaku!
“ Sayang, anda mau bekerjakan.
Sekertaris Han juga pasti sudah sampai.”
“ Kenapa? Bukankah ini yang kamu
inginkan semalam. Kamu sampai bermimpi mesumkan. Aku hanya mewujudkan apa yang kamu impikan. seharusnya kamu berterimakasih padaku.” Saga menarik baju Daniah
dengan kasar, dan membuangnya, terongok di bawah kursi. “ Apa kau mau aku mencintaimu?”
menciumu bagian Dada Daniah. Meninggalkan kecupan merah di samping yang ia
berikan semalam.
“ Saya tidak berani berharap
sayang, andakan sudah mencintai wanita lain.” Terbata menjawab. Daniah sudah
memalingkan wajahnya.
“ Tapi aku mau kau mencintaiku.” Kata-kata Saga menancap di dada Daniah.
“ Apa!”
Ada apa dengannya. Kenapa dia mau aku mencintainya.
“Aku mau kau mencintaiku. Katakan
kau mencintaiku.”
Tidak mau!
Saga mengigit bibir Daniah saat
gadis itu hanya diam memalingkan wajah sambil menggigit bibirnya, memaksanya
untuk mengatakan.
“ Saya mencintai anda.” Pasrah
Sampai Saga menyelesaikan
urusannya, bibir Daniah beberapa kali lirih mengatakannya.
“ Saya mencintaimu sayang.”
Pak mun menuruni tangga, sendirian.
Ibu dan kedua anaknya berfikir heran kenapa dia turun sendiri. Sebelum mereka
bertanya Pak Mun sudah berjalan mendekati sekertaris Han yang sedang duduk
sambil menikmati segelas jus buah dan roti isi.
“ Kenapa?” Han mendongak dari
pekerjaannya.
“ Sepertinya tuan muda baru akan
turun satu jam lagi.”
Apa! Padahal pagi ini ada pertemuan.
Han mengeram kesal sendiri. Dia mengusir pak Mun dengan tangannya. Laki-laki
itu paham dan meninggalkannya. Menemui ketiga wanita yang sedang ada di meja
makan. Untuk memulai sarapan terlebih dahulu.
“ Gila, kakak ipar luar biasa.” Jen
tertawa karena tahu sedang terjadi apa di lantai atas. Sofi yang masih berjiwa
agak polos meminta penjelasan. Jen hanya terbahak membalasnya. Sementara ibu
menatap tangga dengan kesal.
Sekertaris Han menghabiskan
sarapannya, lalu membawa laptopnya menuju ruangan kerja Saga. Dia menelfon
sebelum masuk.
“ Mundurkan semua jadwal tuan Saga
sampai dua jam kedepan.”
BERSAMBUNG.....................