Daniah menyeret langkah kakinya menaiki tangga, dibawah ibu baru saja mengatakan tentang pesta ulang tahunnya. Dia juga di undang, tapi wajah saat mengundang itu sudah membuat orang yang di undang untuk engan datang. Kalau bukan jen dan Sofi yang akan menemaninya rasanya lebih baik menolak undangan itu. walaupun membuat ibu mertua kesal sekalipun.
Badanku sakit semua, apa aku pergispa besok ya. Tapi pekerjaanku banyak sekali. Aaaa aku gak mau masuk kamar.Aku mau kabur saja sekarang.
Daniah mematung di depan pintu,
kalau kakinya melangkah sekarang berarti dia masuk ke lubang harimau. Tapi kalau
dia tidak masuk dan melarikan diri, gigi taring harimau itu bisa menerkamnya
di mana saja dia bersembunyi.
Masuk habislah aku, gak masuk
matilah aku. Aku tidak akan mengangkat telfon dari Noah lagi. Nomornya jugaakan ku hapus. Semua ini gara-gara dia.Aku dikerjai habis-habisan tadi. dan sepertinya semua belum berakhir sampai malam ini.
Membuka pintu pada akhirnya.
“ Kemarilah, naik ketempat tidur.” Saga menepuk ruang kosong di sampingnya.
Tuhkan, dia sudah ada di posisinya.
Saga sudah berada di bawah selimut ketika
Daniah masuk membawa sebotol air dan gelas kosong. Laki-laki itu sudah
bertelanjang dada. Ia menyibakan selimutnya. Sementara Deniah meletakan nampannya di atas
meja. Deniah terjerembah dalam pelukan
Saga karena laki-laki itu menarik tangannya. “ Kenapa lama sekali.”
Aku mau menghindarimu!
“ Maaf Sayang. Aku bicara dengan
Jen dan Sofi tadi di bawah mengenai ulang tahun ibu.”
Sekarang mereka duduk bersandar di
tempat tidur, Saga bisa sangat nyaman sambil melingkarkan tangannya dalam
pelukan istrinya, sementara Daniah mengeliat pelan ingin melepaskan diri. Tapi bagaimana
melakukannya secara wajar agar laki-laki di hadapannya tidak menyadari. Itu yang sedang dipikirkannya sekarang.
“ Apa anda akan datang? Hadiah apa
ya yang pantas di berikan pada ibu? Kalau anda mau memberi hadiah apa pada ibu.” Ayo habiskan waktu sebelum mengantuk dengan mengobrol saja.
Tapi kenapa kamu sudah melepas bajumu begini si, dadaku bahkan sudah berdebar sebelum waktunya.
“ kedatanganku di pesta ulang
tahunnya sudah jadi hadiah terbesar untuk ibu.” Jawaban klise yang sudah tidak bisa dibantah oleh argumen apapun.
Idih, kenapa kesombonganmu itu
selalu benar adanya.
“ Belikan apa saja sesukamu, toh
dia juga tidak akan menerima hadiahmu dengan senangkan.” Lagi-lagi, kenapa yang dikatakan Saga selalu benar adaanya, membuat Daniah kesal sendiri.
“ Benar. ibukan tidak menyukai
saya. Yang dia sukai itu Helen.” mendengus sebal, lalu menyadari kesalahan fatal apa yang barusan dia lakukan.
Habis aku menyebut nama Helen.
Saga meraih dagu Daniah kuat, menatap lekat gadis itu, Daniah sudah berusaha memalingkan wajah, tapi tentu tidak berhasil membuatnya lari dari hukuman. Saga melumat
habis bibir Daniah sampai gadis itu tersengal.
“ Kau masih berani menyebut namanya
dengan bibirmu.”
“ Maaf sayang, maafkan saya.”
“ Kau benar-benar senang kalau aku
marah ya!” Daniah menggelengkan kepalanya berulang-ulang. Menggigit bibirnya. Tunjukan
penyesalanmu melalui wajahmu Daniah, jangan bicara apapun. Begitu nalarnya
berfikir cepat. Salah kata sedikit habis kamu. Dia masih kesal dengan kejadian
siang tadi juga. ditambah menyebut nama helena, lengkap sudah.
“ Berhenti pergi ke kelas make up.” Masih dengan nada yang sama kesalnya seperti sebelumnya. Tiba-tiba memberi perintah, sambil tangannya menyusuri garis wajah Daniah.
“ Kenapa? Anda bilang saya lebih
bagus kalau berdandan.” polos bertanya.
“ Memang kamu mau menunjukan pada
siapa heh! Pada Noah! Kau mau mengoda siapa dengan dandanamu itu.” Mulai lagi
memilin ranbut Daniah, tapi kali ini dia melakukannya dengan emosi. “ Berdandan
kalau hanya pergi denganku, tunjukan wajah cantikmu itu hanya di hadapanku.”
Cantik, apa barusan dia bilang aku
cantik.
“ Jawab!”
“ Baik sayang, saya memang
berdandan hanya untuk anda. Sumpah!” menggangkat dua jarinya.
Sial! Kenapa sekarang aku mulai
kelihatan tergila-gila padanya begini. Untung saja otakmu itu seujung kuku jadi
pikiranmu tidak sampai kesana.
“ Dan satu lagi berhenti bicara dengan bahasa
formal padaku. Kau bahkan bisa bicara santai dengan Han, tapi denganku masih
bicara anda, saya.” Menuding kening Daniah kesal. “ Sayang, panggil aku sayang.”
“ Sayakan sudah memanggil anda
sayang.” Raut wajah binggung Daniah menghadapi kelakukan suaminya yang terkadang di luar nalar manusia normal.
“ Tapi kamu masih memakai bahasa
formal memanggilku.” Tidak terima diperlakukan dengan formal. " Selalu panggil aku dengan sebutan sayang. Kamu itu istrikukan, panggil dengan panggilan romantis kenapa."
Romantis, tidak berfikir apa, kamu memanggilku apa.
“ Jadi maunya bagaimana?” bertanya saja biar jelas yang dimau dia apa.
“ Seperti saat kamu bicara dengan
adikmu.”
“ Maksudnya seperti ini, sayang apa
kamu bisa melepaskan pelukanmu. Begitu.”
“ Benar. Apa! Barusan kamu bilang
apa? Jadi aku memaksa memelukmu.” Mendorong tubuh Daniah dengan kesal. “ Kamu
tidak suka aku peluk. Iya?” sudah kesal sambil menendang kaki Daniah
mengusirnya.
Aduh! Kenapa sensitif sekali si,
kayak kulit bayi begini.
“ Tidak sayang, akukan hanya
memberi contoh. Aku suka dipeluk kok. Suka sekali.” Menghambur memeluk pinggang
Saga. Walaupun Saga mengumpat kesal, tapi Daniah tidak melepaskan pelukannya,
sampai laki-laki itu berhenti mengoceh.
“ lepaskan aku!”
“ Tidak mau.” Mengoyangkan wajah di
dada Saga.
Kalau aku melepaskanmu, kamu akan
tambah marahkan. Dasar! Mulut sama perbuatanmu selalu tidak sejalan.
Saat Saga sudah memberikan kecupan
lembut di kepala Daniah, saat itu gadis itu sudah merasa bisa melepaskan
pelukannya. Dia mendongak lalu memasang senyum sejuta watt. “ Maaf sayang. Tapi
kamu juga selalu memanggilku hei, hei, apa tidak bisa merubah panggilan untuk
ku”
Saga tergelak, dia meraih dagu Daniah,
membuat mata mereka bersitatap.
Imutnya “ Jadi kamu mau aku
memanggilmu apa?”
Panggil aku sayang, atau panggil
aku istriku.
“ Panggil saja namaku, keluargaku
biasanya memanggilku Niah.”
Sial! Aku terlalu malu untuk
mengatakannya, padahal aku ingin sekali mendengar dia memanggil sayang
misalnya. Hiii, aku merinding sendiri.
“ Namamu kampungan sekali, bisa
sakit mulutku kalau menyebutkannya.”
Apa!
Saga sudah mendindih kedua kaki
Daniah. Gadis itu tidak bisa bergerak, dia yang masih kesal karena Saga bahkan
tidak mau memanggil namanya hanya bisa memalingkan wajah. Tangan Saga mulai
menarik pita yang terikat di baju di dada Daniah, membuat pakaiannya terbuka.
Bibir laki-laki itu mulai bersentuhan dengan kulit Daniah. Leher, telinga,
dada, semua tidak luput. “ Aku akan
memanggilmu sayang.”
Apa! Aku tidak salah dengarkan.
“ Sayang katakan kau mencintaiku.”
Apa! Lagi, kenapa selain dengan
rambutku kau terobsesi dengan pernyataan cinta.
“ Tidak mau? Aku bahkan sudah
menganti nama pangilanku padamu. Dan sekarang” Suara Saga sudah terdengar
kesal.
“ Tidak sayang. Aku mencintaimu
sayang.” Selalu kalah telak dalam hak apapun jika beradu argumen dengan Saga. Dia
harus membayar mahal untuk panggilan sayang dari bibir Saga.
Bibir Saga terus menelusuri setiap
lekuk tubuh Daniah. Gigitan keras dibahu gadis itu membuatnya menjerit.
“ Siapa yang menyuruhmu berhenti.
Katakan kau mencintaiku. Jangan berhenti sampai aku menyuruhmu berhenti.”
“ Ba, baik sayang.”
Apa ini obsesi barumu.
Suara nafas Daniah terdengar sangat
keras. Dia harus mengatakan kata-kata bodoh bersamaan dengan bibir laki-laki
ini yang tidak berhenti mengerayanginya.
“ Aku mencintaimu sayang. Aku
mencintaimu sayang.”
Aaaaaaaa. Sakit. Kenapa dia seperti
predator begini si.
“ Aku belum menyuruhmu berhenti.”
Malam semakin larut, Kata-kata aku mencintaimu masih terdengar
lirih lalu menghilang ditelan malam. Sampai Saga merasaka puas dengan tubuh
istrinya, Daniah sudah terlelap dalam tidur malamnya.
“ Hahaha, manis sekali istriku
ini.” Saga mencium bibir dan seluruh bagian wajah istrinya sebelum dia ikut
berbaring di samping Daniah. “ Sejak
kapan aku benar-benar tergila-gila padanya.” Malam semakin larut memeluk Daniah
erat. Gadis itu mengeliat pelan.
Tidurlah, kau sudah bekerja keras hari ini. Aku mencintaimu istriku sayang.
BERSAMBUNG