Walaupun masih berada dalam satu ruko, sepertinya perputaran udara antara lantai satu dan lantai dua sangat berbeda. Kalau di bawah sana Raksa bisa sangat rukun dengan ke enam karyawan berbeda dengan tiga orang di lantai dua.
Di lantai atas. Dua
jus kotak rasa buah ada di depan ibu dan
Risya. Sementara Daniah duduk di sebrang mereka. Keheningan yang tercipta begitu saja, Risya duduk diam, ibu
juga demikian. Daniah jadi merasa serba salah sendiri, ada apa dengan mereka
berdua sebenarnya. Mereka yang datang tanpa di undang, tapi mereka juga yang
diam. Belum juga Daniah mulai bicara Risya bangun dari duduknya.
Mau apa dia? Eh, kenapa kamu berlutut
begitu?
“ Maafkan aku kak Niah.” Risya
menundukan kepalanya dalam. Terdengar isak kecil.
“ Risya ada apa denganmu?” Daniah
yang tidak menduga akan terjadi hal seperti ini terlihat panik. Dia sudah mau
memanggil Raksa.
Tiba-tiba ibu juga mengikuti bangun
dan berlutut di samping Risya, Daniah bangun dari duduknya. Dia tahu dia tidak
menyukai wanita yang ada di hadapannya ini, tapi bagaimanapun dia tidak pantas
berlutut di hadapannya, bagaimanapun dia anak yang sudah dia rawat selama ini. Walaupun dia merawat dengan konsep tanpa kasih sayang sekalipun.
“ Ibu, bangunlah, ada apa dengan
kalian?” Daniah menarik tangan ibunya.
“ Maafkan kami maafkan kesalahan
kami selama ini.” Ibu dan Risya bicara bersamaan.
“ Apa ini karena tuan Saga? Kalian
sampai berlutut begini karena tuan Sagakan.” Hanya ini yang ada di pikiran
Daniah sekarang. Karena dia yakin dua wanita ini tidak mungkin sampai melakukan
di luar batas harga diri mereka hanya untuk meminta maaf padanya.
“ Tidak kak, ini tidak ada
hubungannya dengan tuan Saga. Aku hanya benar-benar merasa sangat bersalah
selama ini. Dan ingin memohon pengampunanmu agar aku bisa hidup dengan tenang.
Itu saja.”
Apa karena sekarang kalian merasa
aku diperlakukan baik oleh tuan Saga, kalian takut aku akan memintanya balas
dendam padanya untuk kalian. Jadi kalian yang datang duluan padaku. Aku tidak
sejahat itu tahu. Memang kalian pikir untuk apa aku menikah dengan tuan Saga kalau
bukan demi keluarga. Aku tidak akan melakukan hal mengerikan seperti balas
dendam pada keluargaku sendiri.
“ Bangunlah!”
“ Maafkan kami dulu kak, maafkan
aku dan ibu dulu.” Merengek berulang dengan suara menghiba. Suara isak Risya
lebih terdengar sekarang. Di ujung matanya ada yang menetes, sengaja tidak dia
seka. Biar lebih dramatis pikirnya.
“ Bangunlah! Baiklah aku memaafkan
kalian, jadi bangunlah sekarang.” Daniah sudah bicara dengan suara keras. Dia
sudah tidak tahan, melihat ibu tirinya berlutut di hadapannya begitu.
Risya membantu ibunya bangun dan
menuntunya duduk. Harga dirinya tercabik, tapi ini jauh lebih baik, daripada
harus kehilangan mimpi menjadi selebriti. Risya mengigit bibirya kelu.
“ Ibu.” Daniah bicara lirih saat
ibunya sudah duduk kembali di sofa. Dia mengambil jus kotak di meja, menusukan
sedotan dan menyerahkannya ke tangan ibu tirinya. Wanita itu menerimanya dan
menepuk tangan Daniah lembut.
“ Ia Niah.”
“ Apa ibu sudah membuang semua foto
ibuku.” Baiklah, mungkin ini saatnya aku bisa mendapatkan harta berhargaaku
lagi. Benda berharga yang harus terebut dari dirinya. Wanita di hadapannya ini
bukan hanya mencopot semua foto di dinding, tapi dia tidak mengizinkan satupun
kenangan tertinggal di rumah. Sekedar untuk menguatkan Daniah tumbuh berkembang
menjalani hari-harinya.
“ Foto ibumu.” Air muka ibu kembali
menunjukan kebencian, tapi segera berubah sedetik kemudian dengan senyum di bibirnya.
Dia sedang berusaha menahan perasaannya. “Ibu masih menyimpanya tentu saja.
Akan ibu bereskan semuanya. Ambilah ke rumah kapan saja.”
“ Bisakah ibu kirimkan supir untuk
mengantar kemari.” Sekelebat rasa tidak suka itu masih bisa di tangkap oleh
Daniah.
Kau berlutut sekarang tidak
benar-benar memohon maafkankan. Aku tahu. Kalian hanya takut aku balas dendam
melalui tuan Sagakan?
Daniah mengepalkan tangannya geram.
Tapi dia berusaha menarik nafas perlahan untuk membuang semua kebencian dalam
dirinya.
“ kenapa tidak Niah ambil kerumah
saja? Sekalian bisa bertemu ayahkan. Apa sekarang kamu sudah tidak mau pulang
kerumahmu.” Kalimat ibu menusuk telak, rumahmu. Haha, sejak kapan itu jadi
rumahku. Dada Daniah bergetar mengulangi kata-kata itu di hatinya.
“ Bukan begitu, aku harus mendapat
izin dari tuan saga untuk pulang.”
“ Apa!” Ibu dan Risya terkejut. “
Kak Niah, bukankah itu rumahmu juga, kenapa tuan Saga melarangmu untuk pulang.”
Tanyakan saja padanya kalau mau
tahu, aku juga tidak tahu kenapa dia melarangku pulang ke rumah. Aku tidak
perlu mengatakannya kalau sebenarnya akupun di larang bertemu kaliankan. Aku
hanya boleh bertemu dengan Raksa tanpa izin terlebih dahulu.
“ Niah, hubunganmu dengan tuan Saga
benar-benar baikan?” ibu tersenyum bertanya. Tapi Daniah hanya berfikir kalau
ibu hanya ingin memastikan sesuatu.
Baiklah, ayo bersandiwara kalau hubungan
kami itu luar biasa baiknya. Supaya kalian tidak mengganguku lagi.
“ Tentu saja bu, hubungan kami
sangat baik. Tuan Saga memperlakukanku sangat baik. Bahkan aku berfikir,
mungkin akan segera hamil karena seringnya tuan Saga. Hehe.” Daniah menutup wajahnya
dengan tangan. Menunduk malu. Dia mengintip melalui celah tangan bagaimana
reaksi terkejut Risya dan ibu.
Kalian sudah kehilangan
kata-katakan.
Yang terdengar selanjutnya hanyalah
kalimat puji-pujian, baik kepada Daniah ataupun tuan Saga. Risya berfikir sudah
jatuh masuk ke dalam air kehinaan sekalian menjilat saja. Mereka sudah
kehilangan harga diri. Di hadapan Daniah sekarang yang mereka lakukan cukup
bersikap baik dan ramah saja. Sampai waktunya Raksa naik dan mengajak pulang
ibu tidak berhenti bicara tentang kebaikan Daniah.
Daniah pergi mengantar mereka
keluar ruko. Saat tepat mereka berdiri di luar pintu kaca. Bukan hanya dia yang
terkejut, semua terlihat panik. Ya, tentu kecuali Raksa. Dia benar-benar
berperan jadi anak cool dalam segala situasi.
Kekacauan apa ini? Kenapa dia bisa
ada di sini.
Saga berdiri bersandar pada mobil,
sementara sekertarisnya berada dua meter darinya berdiri tidak bergeming.
“ Sayang ada apa ini?” Daniah
berlari mendekat meninggalkan keluarganyanya.
“ Aku ingin menjemputmu, rupaya kau
sedang kedataangan keluargamu.”
Ibu, Risya dan Raksa menggangukan
kepala memberi salam. Risya mengandeng tangan ibunya sudah merasa ketakutan.
Apalagi saat tatapannya bertemu dengan sekertaris Han.
“ Mereka kebetulan mampir sebentar
tadi.” Daniah berusaha berfikir seefektif mungkin mencari alasan. “ Sekarang
juga sudah mau pulang.”
Saga mengerakan tangannya agar
Daniah mendekat, gadis itu berjalan mendekat berdiri tepat di samping Saga.
Suaminya tidak terduga melingkarkan tangan dan mencium pipinya.
“ Bukankah sudah kukatakaan untuk
meminta izinku saat kamu bertemu keluargamu.” Saga menoleh pada ibu dan Risya.
“ Apa Han tidak memberitahu kalian? Kalau aku tidak suka kalian menemui istriku
tanpa pemberitahuan.”
“ Maafkan kami tuan Saga.”
“ Sayang, mereka hanya mampir. Dan
aku sudah menyampaikan pada sekertaris Han tadi.” Saga meraba bibir Daniah.
Membuat gadis itu tidak melanjutkan kalimatnya.
Sial, aku hanya mengatakan kalau
yang datang hanya Raksa.
“ Jangan banyak alasan, terima
hukumanmu nanti karena melanggar kata-kataku.” Senyum tipis di bibir Saga
berarti habis kamu.
Sebuah mobil mendekat, dua orang
laki-laki memakai jas turun sambil membawa setumpuk pizza dan makanan
pelengkapnya.
“ Mereka sudah datang, ayo
masuklah!” Saga menarik tangan Daniah meninggalkan ibu dan adiknya.
“ Ada apa ini?”
“ Aku mau mentraktir camilan sore
untuk karyawanmu. Han, antar mereka pergi.” Saga menarik tangan Daniah tanpa
melihat yang lain, masuk ke dalam ruko. Daniah menoleh sebentar pada
keluarganya, dia tersenyum pada Raksa dan melambaikan tangan.
“ Aku akan menelfonmu nanti.” Dia
bicara tanpa mengeluarkan suara. Raksa menggangukan kepalanya.
Sekertaris Han mengantar mereka
sampai masuk ke dalam mobil. Menggangukan kepala saat mobil mulai melaju meninggalkan
halaman parkir ruko.
Nona bagaimana kau bisa membuat tuan muda berbuat sampai senorak ini, tapi anda belum menyadari juga perasaan tuan muda yang sebenarnya. Cih apa semerepotkan ini yang namanya jatuh cinta.
BERSAMBUNG