Kenapa si dia, apa dia marah.
Duduk diam tanpa mengucapkan
sepatah katapun. Saat ini mereka sedang berada di lantai dua. Semua karyawan
sedang menyelesaikan membungkus paket sambil menikmati makanan yang dibawa tuan
Saga. Sekotak pizza, pasta dan dua gelas minuman sudah ada di meja. Belum
tersentuh. Daniah hanya meliriknya sebentar, fokusnya sedang pada mahkluk yang
susah di tebak maunya apa ini.
Saga memandang Daniah dengan
perasaan kesal, dia juga tidak tahu kenapa. Tapi dia merasa istrinya ini wanita
yang sangat bodoh. Ya, wanita bodoh karena dia memiliki hati yang sangat baik.
Mengusir canggung, Daniah beringsut
turun dari duduknya di sofa, dan sekarang duduk di lantai. Dia mengambil satu
slice pizza dan mulai memakannya. Menenguk minumannya.
Karena perasaanku sedang tidak
karuan, aku bahkan tidak bisa menelan dengan benar sekarang.
“ Kenapa kau baik sekali bodoh!”
Akhirnya setelah lama hanya saling memandang Saga mulai bicara duluan. Dan yang
dia ucapkan tidak lain hanya celaan.
Udara jadi semakin sesak saja,
melihat sorot mata kesal dan tidak terima Saga. Saat ini walaupun dia sudah
tahu ibu dan adik tiri sudah minta maaf pada Daniah tapi perasaan marah dari
dalam dirinya belum sepenuhnya menguap.
“ Apa?” Meletakan kembali pizza
yang sudah dia gigit.
“ Keluargamu, aku tahu kalau hanya
Raksa yang selama ini baik padaamu.”
Ya, tidak mungkin kau tidak tahu,
sekertaris Han bahkan punya informasi tentang mantan pacarku. Kenangan yang
bahkan tidak ku ingat saja bisa dia ketahui, apalagi hanya tentang keluargaku.
“ sayang, kamu pasti salah paham.”
Naik lagi ke sofa, duduk di samping Saga. Tidak ada yang salah, suasana hari
ini sangatlah kondusif. Walaupun Saga kesal karena dirinya menemui ibu dan
Risya tanpa izin tapi sepertinya dia tidak benar-benar dalam kondisi marah. Dia
hanya ingin meluapkan kekesalan saja.
“ Aku bahkan ingin menghancurkan
keluargamu tanpa sisa karena perlakuan mereka padamu.”
Glek! Saat ini ancamannya tidak
terdengar sedang main-main.
“ Sayang, bukankah begitu yang
namanya ikatan darah. Jauh lebih kental dari pada air. Terkadang benci namun
seiring waktu dengan mudah di maafkan. Karena kita keluarga.”
Cih, Saga melengos.
“ Sayang.” Daniah meraih tangan
Saga. “ Bukankah kamu juga begitu, selalu mendukung keluargamu. Menyanyangi
Jen, Sofi dan Ibu. Apapun yang mereka lakukan, kenapa, karena mereka
keluargakan.”
Keluarga, ikatan yang terbentuk
tanpa kita minta. Ada ikatan darah, ikatan kasih sayang, cinta dan pengorbanan.
Untuk sebagian orang sangat penting namun tak jarang ada pula yang
menggangapnya sebatas garis nasib yang di tulis Tuhan.
Tapi keluarga adalah tempat dimana
kamu dimaafkan ketika melakukan kesalahan, bahkan sebelum kamu minta maaf
sekalipun. Orang tua adalah pilar yang terkadang selalu menggangap dirinya
benar, mereka selalu berujar karena sudah makan asam garam kehidupan maka
mereka tahu mana yang baik dan benar. ah, apa itu salah. Tidak, walaupun tidak
selamanya itu benar, tapi juga tidak selamanya salah.
Hingga saat kau membuat ibumu marah
atau kau bertengkar dengan ayahmu, tubuhmu akan bereaksi mendekat, hatimu ingin
memeluk mereka, walaupun ego terus menganjal. Tapi itulah keluarga, ketika kau
salah bahkan sebelum kau minta maaf kau sudah dimaafkan.
Ketika kakak laki-lakiku yang
biasanya paling senang menjahilimu, tapi saat kau menangis karena baru putus
dari pacarmu. Dialah yang akan berdiri di garda terdepan membelamu. Ntah yang
kau lakukan salah atau benar. karena apa, karena kalian keluarga. Sepenting itulah arti keluarga bagi Daniah, karena dia tahu, bagaimana rasanya terasing dari keluarganya selama ini.
“ Lantas apa yang mereka lakukan di
sini tadi?” menjentikan jarinya agar Daniah mendekat. Membenamkan tubuh Daniah
dalam pelukannya. “ Apa mereka melakukan hal buruk padamu lagi. Dan kenapa
adikmu ikut-ikut tadi.”
Bagi Saga ini hanya rasa kuatirnya
yang berlebihan pada istrinya.
“ Tidak sayang, Raksa hanya menemani
ibu dan Risya, sungguh mereka tidak melakukan hal buruk padaku. Mereka hanya
datang untuk minta maaf.”
Bagi Daniah dia hanya merasa Saga
sedang menjaga miliknya, tidak ingin siapapun menyentuh miliknya.
“ Minta maaf” Mendengus sambil
mencibir, seperti berkata mereka minta maaf, apa aku harus percaya itu.
“ Mereka tulus minta maaf kok, ibu
dan Risya bahkan sampai berlutut. Aku malah yang merasa tidak nyaman.” Akhirnya
Daniah menceritakan semua kejadian yang terjadi sore ini. Membeberkan semuanya
tanpa curiga sedikitpun kalau orang yang sedang dia gemgam tangannya inilah
alasan ibu dan Risya sampai berlutut di hadapannya.
“ Kenapa kau baik sekali,
seharusnya kau balas dendam dulu tadi.” Mencium bibir Daniah lembut, sekarang
walaupun langsung berdegup tapi dia sudah mulai bisa mengendalikan reaksi
wajahnya. Ketika Saga melakukan serangan tiba-tibanya.
“ Sudah kubilangkan. Keluarga pada
akhirnya akan selalu saling memaafkan.”
Ya, ya, aku memang menikahi
malaikat baik hati.
Daniah beralih pada hidangan yang
ada di meja. Dia mengambil sepotong pizza dan menyerahkan pada Saga laki-laki
itu mengeleng. Lebih suka memainkan rambut Daniah. Daniah menyodorkan pizza
yang baru saja dia gigit di depan mulut Saga. Hup, suaminya tidak menolak.
Dasar, jadi kau mau makan kalau
bekas gigitanku.
“ Apa kau nyaman bekerja di sini,
mau kusuruh Han siapkan rumah yang lebih besar. Sepertinya akan lebih baik
kalau hanya rumah lantai satu.”
Ya Tuhan apa secepat ini
permintaanku dikabulkan. Tidak, jangan serakah Daniah.
“ Tidak sayang, walaupun memang
terlihat kecil tapi ruko ini sangat nyaman kok.”
Saga bangun mengedarkan pandangan
menyapu ruangan. Matanya menyusuri tumpukan rak pakaian anak yang berjejer.
Jendela terbuka menunjukan warna keemasan sore. “ Sepertinya melelahkan kalau
harus memindahkan paket besar ke lantai atas.”
“ Haha, tidak, biasanya kami
bersama-sama mengerjakannya.”
Berhenti mengamati rukoku. Duduk kemari saja.
“tempat ini benar-benar sangat nyaman.”
“ Benarkah?” Berjalan menuju tempat
tidur. Daniah mengikuti setiap gerakan suaminya. Sekarang Saga sudah duduk di
tempat tidur. Menepuk kasur beberapa kali dengan tangannya. Memastikan kenyamanan tempat tidur dengan tubuhnya sendiri “ Apa tempat tidur
ini nyaman?”
“ Ia sangat nyaman, terimakasih
sudah memberi barang-barang berkualitas bagus.” Daniah ikut mendekati tempat
tidur, menepuk kasurnya lembut. “ Empuk dan nyaman, kadang aku ketiduran di
sini dan bermalas-malasan. Hehe. Terimakasih sudah memberiku banyak sekali hal
sayang.”
Saga menjatuhkan tubuhnya,
menghadap langit-langit kamar. “ Aku jadi ingin mencoba senyaman apa tempat
tidur ini.” Tertawa penuh makna.
Hei, hei, kau mau apa tuan muda
tidak tahu malu.
Daniah yang merasa terancam mau
bangun dari duduknya, tapi terlambat. Saga sudah meraih tangan dan menariknya
hingga ia ikut terjerembah terbaring di samping Saga. “Mau kemana?” senyumnya
sudah menyeringai. “ Tunjukan senyaman apa tempat tidur ini padaku.” Tangan sudah mulai tidak bisa di kondisikan.
“ Sayang jangan begini, kita
lakukan nanti di rumah ya, hemmm. Hemm.” Saga sudah tidak membiarkan Daniah
mengeluarkan sepatah katapun. Mereka berciuman dalam. Berganti posisi beberapa
kali. Membiarkan Daniah mengambil nafas perlahan. Lalu melanjutkan serangannya
lagi. Kecupan mulai berpindah. Saga melepaskan sepatu dengan kakinya yang jatuh
membentur Lantai. Tangannya menarik baju Daniah.
“ Mbak Niah ini catatan. Maaf! Aku
tidak melihat kalian berciuman! Maafkan aku.” Tika berlari menuruni tangga. “ Aku tidak lihat kalian sumpah.” Tapi dia
lemas terduduk di lantai.
“ Apa-apaan Tika, tidak melihat
tapi berteriak sekencang itu. Sayang sudah ya. Hemmm. Hemm.” Lagi-lagi menutup
mulut Daniah dengan bibirnya.“ Sayang.” Memohon pelan.
“ Biarkan mereka, teriakan
karwayanmu pasti di dengar Han.” Melanjutkan aktivitas yang sudah setengah
jalan. Kecupan keras membekas di leher Daniah. “ Ternyata tempat tidur ini
memang nyaman ya.”
Hentikan! Ini memalukan sekali
tahu.
Tika ambruk terduduk, sekelebat
adegan berbahaya yang dilihatnya di lantai atas kembali menari-nari nakal
di pikirannya. Dia merinding. Antara ngeri tapi juga ntahlah, dia tidak tahu apa
perasaannya sekaraang. Yang pasti wajahnya pucat.
“ Mbak Tika lihat apa!”
“ Apa mbak, cerita donk!”
“ Kamu lihat mbak Niah berciuman
ya. Haha.”
Tawa para karyawan di lantai bawah.
Membuat malu yang mendengarnya. Mereka berhenti cekikikan saat melihat Han
masuk melalui pintu kaca. Laki-laki itu menggangukan kepala lalu berjalan
menuju tangga. Duduk diam tidak bergeming. Seperti semesta yang hening, tidak
perduli keadaan sekitarnya. Han duduk di tangga sambil memeriksa hpnya. Dia mendengar suara pelan dari lantai dua. Tapi tidak ada reaksi apa-apa di wajahnya.
“ Tuan apa anda mau makan pizza
atau minum sesuatu.” Tika mendekati Han. Laki-laki itu mendongak.
“ Tidak terimakasih, nikmati saja
makanannya.”
“ aaa, baiklah.” Tika berlalu
kembali, berkumpul bersama karyawan yang lain. Membereskan semua sisa
pekerjaan. Dia melirik sekertaris Han yang memandang hpnya dengan kusyu tidak
perduli dunia di sekitarnya.
Dia juga terlihat sangat tampan,
tapi juga sangat dingin. Tapi mbak Niah juga tidak pernah menyebutkannya dalam
ceritanya. Apa dia bukan orang yang terlalu penting ya. Sudahlah. Aaaaa, apa
yang sedang terjadi dilantai atas ya.
Tika menahan tawa sendiri.
BERSAMBUNG