Hari perayaan ulang tahun ibu.
Pesta yang sudah sedari kemarin menjadi topik hangat di kalangan para pelayan di rumah utama.
“ Kakak ipar maafkan aku, pelatihan
magang belum selesai aku akan langsung menyusul ke gedung. Kakak ipar tegakan
kepala kakak ipar, kalau ada yang menggangu kakak ipar catat saja siapa dia,
aku akan membalaskan dendam kakak ipar. Atau kalau tidak pakai senjata
mematikan kakak ipar bicara untuk menghantamnya.”
“ Kalau bertemu kak Helen jangan
perdulikan dia.”
“ Aku akan menyusul nanti.”
Pesan beruntun dari Jenika.
Anak ini, memangnya mulutku
semematikan itu apa.
“ Kakak ipar, maafkan aku aku tidak
bisa pergi bareng, aku akan menyusul langsung ke gedung.”
“ Pacarku sedang sidang skripsi,
dia merengek minta aku menunggunya.”
“ aku mendukungmu kakak ipar, kalau
bertemu kak Helen jangan hiraukan dia.”
“ Kakak ipar adalah wanita
kesayangan kak Saga, aku akan mendukungmu selalu.”
Pesan dari Sofi.
Ya ampun dua anak ini manis sekali
si, mereka benar-benar mengkhuatirkanku.
Daniah meletakan hpnya. Beralih pada
pantulan dirinya di dalam cermin. Dia sudah memakai riasan yang cukup baik
sekarang. Kemampuan berdandanya walaupun hanya beberapa kali mengikuti kelas
makeup sepertinya sudah melewati tingkat
dasar dan menuju perkembangan yang sangat baik. Ini menurutnya sendiri lho,
jangan diukur dari standar keahlian makeup nasional ya.
Cukupkan, lagipula nanti tamunya
pasti kebanyakan ibu-ibu sosialitakan. Kalau seperti ini tuan Saga juga tidak
akan marah karena aku berdandankan. Masak aku tidak boleh berdandan di pesta
mewah ulang tahun ibunya. Bisa-bisa aku diusir di pintu masuk.
Daniah meyakinkan dirinya, untuk berani.
Dia percaya tuan Saga akan muncul dengan cara yang dramatis seperti saat ulang
tahun ayahnya. Walaupun dia tidak mengenal siapapun di pesta itu, bukankah dia
hanya perlu menunggu sampai Jen dan Sofi datang.
Baiklah, beranikan dirimu Daniah.
Makan saja dan tunggu sampai jen dan sofi datang. Jangan perdulikan ibu atau
Helen. Daniah mengambil hadiah kecil yang sudah dia siapkan untuk ibu.
Jangan terlalu berharap ibu menyukainya.
Aaaaa, aku ingin menangis karena saking tegangnya. Bahkan ini jauh lebih
menegangkan dari pada saat pernikahan. Karena saat menikah aku bersama Raksa
dan keluargaku, aku jadi tidak setakut ini.
Daniah menuruni tangga, rumah tampak
lengang. Para pelayan bahkan pak Mun memang di berbantukan di acara sejak
siang tadi. Hanya ada beberapa pelayan dan penjaga yang tinggal di rumah utama.
Mayapun ikut pergi ke gedung.
“ Nona muda mobil sudah siap.” seorang penjaga sudah menunggu di luar pintu masuk, mendekat ketika Daniah keluar.
“ Terimakasih pak.”
Laki-laki itu menganguk sopan,
tidak berani mengangat kepalanya. Aturan baru di rumah ini, tuan muda melarang
para penjaga atau pelayan laki-laki itu memandang nona Muda lebih dari tiga
detik. Peraturan aneh yang lahir karena alasan.
“ Kalau kau memandang istriku lebih
dari tiga detik, dia akan terlihat semakin manis di detik ke empat. Jadi ingat
itu sampaikan pada para pelayan laki-laki aturan baru ini. Aku akan memecat
siapapun yang melanggarnya tanpa peringatan. Itu berlaku untukmu juga pak Mun.”
“ Baik tuan muda.”
Akhirnya mulai hari itu berlakulah
aturan tiga detik di rumah ini. Semua pelayan di rumah tahu aturan ini, kecuali,
orang yang menjadi sumber di buatnya aturan ini.
Kenapa para pelayan laki-laki tidak
ada yang mau menatapku ya. Apa aku sejelek itu sampai mereka malas melihat
wajahku saat bicara.
Daniah bergumam pelan sambil melajukan mobil
meninggalkan halaman, saat sampai di gerbang utama melihat mobilnya yang
mendekat penjaga gerbang langsung sigap membukakan gerbang. Daniah membuka kaca
pintu mobil dan mengucapkan terimakasih. Penjaga gerbang membalas sambil
menundukan kepalanya.
Bahkan diapun tidak mau melihatku.
Sudahlah.
Mobil memecah jalanan, menuju
gedung tempat berlangsungnya ulang tahun meriah nyonya besar Antarna Group. Ibu
dari presdir Saga Rahardian. Akan semewah apa pesta yang berlangsung,
mungkinkah mengalahkan pesta ulang tahun negara ini. Daniah meringis sendiri
membayangkan pesta semacam apa yang akan dia datangi.
Di tengah pintu masuk ruang acara.
Daniah celingukan mencari orang yang dia kenal. Nihil, bahkan para pelayan dari
rumah utama juga tidak ada.
“ Maaf nona bisa tunjukan undangan
anda.”
Undangan! Bagaimana ini, ibukan
hanyaa bicara lisan mengundangku waktu itu. Tunggu apa ini awal dia berusaha
mempermalukanku. Daniah kenapa kamu bodoh sekali.
“ Maaf saya.” Daniah terlonjak dan
tidak melanjutkan kata-katanya ketika seseorang datang dan memukul bahu
pengawal yang menanyakan undangan padanya.
“ Bodoh! Apa kamu tidak mengenali
majikanmu sendiri. Maaf nona atas keteledoran saya.” Dia membungkukan kepalanya
sopan. “Tundukan kepalamu dan minta maaf pada nona muda.”
Pengawal yang tadi gelagapan
binggung. “ Maafkan saya nona, saya tidak mengenali anda.”
“ Sudahlah tidak apa-apa. Jangan
memarahinya, diakan hanya melaksanakan pekerjaannya.”
“ Sekarang nona silahkan ikuti
saya.” Dia mempersilahkan dengan tangannya lalu berjalan pelan di depan Daniah.
Aku sepertinya pernah bertemu
dengannya, ya, mungkin kami beberapa kali berpapasan di rumah.
“ Saya tidak apa-apa pak, tapi
tolong jangan hukum pengawal yang tadi ya, diakan hanya menjalankan tugas saja.
Terimakasih sudah mengantar.”
“ Terimakasih atas kebaikaan anda
nona.”
Lagi-lagi bicara tanpa melihat
kearahku, mereka ini kenapa si.
“ Silahkan menikmati pestanya.”
“ Baik, terimakasih.”
Ruangan ballroom yang sangat
megah. Dekorasi bunga yang mewah menyambut tamu. Tatanan lampu serta
pencahayaan yang sempurna membuat tempat ini bak negri dongeng. Tempat duduk
bundar yang tersusun secara rapi. Ada pantulan cahaya dari gelas-gelas bening
yang ada di atas meja. Sudah ada banyak tamu yang duduk diantara meja-meja itu.
Tunggu ini acara ulang tahun
ibukan, aku benar tidak salah masuk gedungkan.
Gemerlapnya pesta bersinergi dengan
glamornya para tamu undangan. Daniah melihat dirinya sendiri, untung saja dia
berdandan dengan layak tadi, kalau tidak, tidak tahu akan semalu apa dia
sekarang. Tamu-tamu sudah berdatangaan, mereka menunjukan kartu undangan mereka
lalu seseorang menuntun mereka untuk duduk di meja yang sudah di sediakan.
“ Nona Daniah.” Seorang wanita
dengan penampilan rapi menyapa. “ Saya staff sekertaris tuan Saga, silahkan
ikuti saya.”
Daniah yang sedari tadi kebinggungan
merasa sangat bersyukur.
Oh dewi penolongku, terimakasih.
Daniah mengikuti langkahnya keluar
dari ballroom memasuki ruang tunggu.
“ Silahkan nona bisa menunggu di
dalam sebelum acaraa di mulai.”
Daniah memasuki ruangan, staff
sekertaris tadi hanya membukakan pintu, dan tidak mengikuti langkahnya. Setelah
ada di dalam dia melihat ibu dan helen sedang berbincang hangat.
Dia ada di sini ya.
“ Daniah, kamu sudah datang ya.”
Seperti biasa, Helen selalu menjadi yang pertama menyapa dengan senyum hangat.
Dia mengandeng tangan Daniah untuk ikut duduk di meja dimana ibu juga duduk.
Wanita itu sudah memberi pandangan tidak suka sejak masuknya Daniah melalui
pintu tadi.
“ Selamat malam bu, selamat ulang
tahun.” Daniah mengeluarkan bingkisan kecil dari tasnya. Dan menyerahkannya
pada ibu. Wanita itu hanya tersenyum sinis menerimanya. Lalu melemparkan
bingkisan itu berkumpul dengan tumpukan kado mahal lainnya. Daniah menatap
nanar hadiah yang bahkan tidak di buka oleh ibunya.
Sudahlah, kau sudah tahu akan
seperti inikan. Jangan sedih.
“ Apa Saga akan datang hari ini?” pertanyaan Helen
itu ditujukan pada Daniah.
Mana kutahu!
Melihat Daniah yang terdiam
sepertinya Helen merasa perlu melancarkan serangan keduanya. “ Aku pikir
sebagai istrinya kamu pasti tahu.” Senyum seringai muncul dibibirnya.
Kau mau mengatakan apa? Kalau aku
istri yang tidak dicintai, menantu yang dibenci begitu. Maaf ya Helen, aku
sudah tidak mendukung eksistensimu lagi.
“ Jangan banyak bicara denganya,
sebentar lagi dia juga akan keluar dari rumah. Dan kamu akan mengantikannya
Helen. Jadi bersabarlah.”
Lihat, dia tersenyum, bagaimana dia
bisa tersenyum setelah mendengar ibu mengatakan itu. Itukan namanya jahat
sekali. Karena aku ada di sini. kalau dia sedang mengunjingku di belakangku itu akan lain ceritanya.
“ Maafkan aku bu. Tapi sekarang
kami sedang dalam suasana yang sangat bahagia lho. Aku dan tuan Saga. Hehe.”
Aku pasti sudah gila! Memancing mereka
seperti ini.
Wajah ibu dan helen terlihat sangat
terkejut dan masam. Tapi mereka tidak lagi bicara sepatah katapun dengan Daniah
setelahnya. Helenpun berhenti memasang wajah penuh senyumnya.
Kemeriahan pesta semakin bertambah
ketika para artis papan atas mulai menyanyikan lagu ceria. Daniah duduk di
mejanya bersama Jen dan Sofi. Tampak sangat murung. Sepanjang acaranya dia
sudah mendengar dan menerima banyak sekali tatapan menyedihkan untuknya. Apalagi saat dia keluar dari ruang tunggu tadi, karena alih-alih ibu mengandengnya dia malah mengandeng Helen. memperkenalkan gadis itu dengan penuh kebanggaan. Saat menerima hadiah lukisan dari Helen juga.
“ Kakak ipar jangan hiraukan
mereka, merekaan tidak tahu kebenarannya biarkan saja mereka bicara apa saja sekarang.” Jen bicara berapi-api menenagkan Daniah.
“ benar, kalau tahu pasti mereka
akan ketakutan karena berani bersikap begitu pada kakak ipar.” Sofi dengan manisnya memeluk Daniah.
Terimakasih ya.
Beberapa kali Daniah melihat hpnya, menatap pintu masuk, seseorang yang dia harapkan akan muncul secara dramatis menyelamatkan dirinya. Namun sampai acara berakhir tidak ada yang muncul. dia tidak muncul seperti yang diharapkan. Daniah menyeka ujung matanya merasa sakit dan kecewa.
Bodoh! bukankah sudah berkali-kali ku ingatkan untuk menjaga agar hatimu tidak terluka. Jangan pernah berharap banyak. kenapa kau membuka hatimu dan bersandar padanya. Bodoh! dia tetaplah tuan Saga. Kau sudah terlalu banyak bergantung padanya. sekarang kau ingin dia datang menyelamatkan dirimukan. Kasihan!
Sampai akhir dia tetap tidak muncul.
" Kakak ipar ayo pulang bersama, biar pengawal yang membawa mobil kakak ipar." Jen sudah membaca gurat sedih dan kecewa di wajah Daniah. Jadi dia tidak ingin membiarkannya sendiri.
Kakak ipar pasti sedih sekali, ibu juga sangat keterlaluan, kak Saga juga kenapa sampai tidak datang begini si.
" Pulanglah, aku ingin berkeliling mencari angin sebentar. Nanti aku pulang setelahnya. Jangan kuatir, pulanglah duluan dengan Sofi."
Walaupun berat hati akhirnya jen membiarkan Daniah membawa mobilnya sendiri, meninggalkan area parkir gedung pesta. Perasaannya sudah tidak enak, tapi dia sudah terlambat menyadari. Karena mobil Daniah sudah menghilang di tengah keramaian mobil para tamu yang lainnya.
Sepertinya akan terjadi hal mengerikan. Aaaaa bagaimana ini, mobil kakak ipar sudah tidak kelihatan lagi.
BERSAMBUNG