Malam semakin larut, udara dingin
sudah menyelimuti bumi, mengajak manusia untuk beristirahat dalaam mimpi yang
indah.
Namun tidak di depan ruko dua
lantai ini.
Dua orang ahli kunci sedang membuka
pintu, dengan peralatan yang mereka bawa. Seorang pengawal memperhatikan semua
kerja mereka dengan seksama. Sementara mobil patroli dan dua petugas polisi
berdiri di samping mobilnya. Siaga. Lokasi ruko yang cukup ramai akan
menimbulkan keributan sendiri jika tiba-tiba ada yang melihat serombongan orang terlihat membobol ruko. Han hanya tidak
ingin ada masalah merepotkan. Jadi sebagai antisipasi maka hadirlah mobil
patroli sebagai pelengkap ketegangan malam ini.
Mereka sedang berpacu dengan waktu
membuka pintu.
Sementara itu, Saga masih duduk di
dalam mobil, memandang lantai ruko dua yang lampunya menyala. Tidak berpendar
terang, tapi mengisyaratkan ruko itu sedang ada penghuninya. Sepertinya Daniah
hanya menyalakan satu lampu dari tiga lampu di lantai dua. Tirai tebalnya juga
menghalangi bayangan atau apapun tampak dari luar.
“ Apa yang harus kulakukan di atas
sana nanti?” bertanya pada Han yang duduk diam di belakang kemudi, tapi mata
Han memperhatikan setiap kemajuan yang dilakukan orang-orang di depan pintu
itu. Rollingdoor sudah terbuka, tinggal pintu kaca. Saga sendiri sedang merasa binggung akan bersikap seperti apa jika pintu
itu sudah terbuka, apa lagi jika mendapati Daniah menangis nanti.
“ Bersikap cool seperti biasanya
saja tuan muda.”
Andakan selalu begitu kalau ingin
menyembunyikan perasaan anda padaa nona Daniah. Pura-pura sok menindas, padahal
hanya ingin menyentuhnyakan?
Saga menendang kursi di depannya. “
Kau pikir aku masih bisa bersikap sok cool ditengah kecemasanku ini.”
Mengetuk-ngetukan jarinya di kaca jendela. Sepertinya dia benar-benar sedang
salah tingkah karena merasa cemas.
“ Saya akan mencegah anda melakukan
sesuatu yang akan membuat anda malu nanti.”
Saga mendesah, melihat kearah pintu
yang sedang berusaha dibuka.
“ Menurutmu hal paling memalukan
apa yang bisa ku lakukan di dalam sana.” Sudah terlihat sangat tidak sabar.
Dia ingin keluar, mendobrak pintu dan menemukan istrinya.
“ Anda akan menangis, dan memohon
kepada nona untuk tidak meninggalkan anda.”
Saya akan tertawa kalau melihatnya,
tapi saya akan pastikan itu tidak akan terjadi.
“ Sialan kamu Han.” Saga
mencengkram bahu Han di kursi kemudi depan. “ Cegah jangan sampai aku melakukan
hal itu, kalau sampai yang kamu katakan tadi terjadi awas kamu.”
“ Sepertinya mereka sudah selesai,
saya turun sebentar tuan muda.” Mengalihkan emosi sesaat Saga yang muncul tadi.
“ Hemm.” Saga hanya memperhatikan
dari tempatnya duduk, sepertinya pintu kaca memang sudah terbuka. Dia menyentuh
dadanya yang berdebar karena tegang. Masih memikirkan hal pertama yang akan ia
lakukan setelah memasuki ruko.
Han turun, mendekat ke arah pintu.
Pengawal yang sedari tadi berdiri sigap mengawasi dua ahli kunci itu mendekat.
Menyampaikan informasi kalau pintu sudah terbuka. Dia menunjuk ke arah mobil
polisi, “apa mereka sudah bisa pergi?” tanyanya kemudian. Sepertinya situasi
cukup kondusif, sehingga tidak banyak masyarakat yang mendekat.
“ Tidak, bereskan tempat ini
seperti semula setelah tuan Saga pergi. Sekarang menyingkirlah. Ajak semuanya,
menunggu di sana.” Han menunjuk kursi taman. Radius aman yang membuat mereka
tidak akan mendengar apapun, sekalipun Tuan Saga atau nona Daniah akan
berteriak nanti di dalam. Pengawal itu menggangukan kepala dan mengajak semua
orang untuk meninggalkan posisinya. Kedua polisi tetap meninggalkan mobilnya di
tempat semula.
“ Anda sudah bisa masuk tuan muda.”
Han membukakan pintu mobil, di susul Saga keluar. Terlihat dia mengedarkan
pandangan memeriksa sekeliling sambil menarik nafas pelan. Mengusir ketengangan.
Sial! Kenapa aku sepanik ini
sekarang.
“ Ingat itu, cegah aku melakukan
hal yang memalukan di depan Daniah nanti.” Jangan sampai dia kehilangan harga
diri di hadapan Daniah begitu yang ia pikirkan.
“ Baik.” Han mengangukan kepala.
Lantai satu gelap, Han mengeluarkan
hpnya sebagai penerang. Dia berjalan di depan menaiki tangga terlebih dahulu.
Terdengar isak lirih dari lantai dua. Lalu dia kembali menuruni tangga dan
memberi penerangan agar Saga dapat berjalan tanpa kendala.
“ Nona sedang menangis.” katanya
setengah berbisik, membuat langkah kaki Saga terhenti. Sebentar dia berusaha
menguasai emosinya. Bayangan kejadian pesta yang menjadi praduganya terputar di
kepalanya. Beberapa pristiwa yang dia karang sendiri berseliweran berputar
seperti film.
Sebenarnya apa yang terjadi di
pesta?
Karena ingin segera menyusul ke
ruko, Saga bahkan tidak terpikir untuk menanyakan telah terjadi apa di pesata
ibunya tadi pada Pak Mun.
Sampailah dia di lantai dua. Udara
menyeruak, hawa dingin di ruko lantai 2 ini. Padahal AC tidak sedang menyala. Atap
yang terbuat dari genting dan cukup tinggi memang membuat udara di lantai 2 ini
lumayan dingin di malam hari.
Di atas tempat tidur, seorang
sedang terisak kecil. Dia berselimut kain tipis untuk menangkal rasa dingin di
tubuhnya. Pendar lampu bisa membuat Saga jelas melihat ujung kaki istrinya. Selimut
tidak sampai menutupi kakinya dari hawa dingin.
Saga mendekati tempat tidur.
Sial! Aku ingin memeluknya
sekarang, menyuruhnya berhenti menangis dan minta maaf.
Saga menoleh pada Han, laki-laki itu
mengelengkan kepalanya, jangan melakukan hal yang memalukan di hadapan nona
yang akan anda sesali seumur hidup anda. Begitu kata Han pelan mengingatkan
Saga. Hingga akhirnya yang terjadi adalah.
“ Hei bodoh!” menarik kain tipis
yang menyelimuti tubuh Daniah. Gadis itu terperanjak. Dia bangun, menarik
selimutnya menutupi dadanya. “ Hei apa yang kau lakukan di sini.” Saga setengah
berteriak, sementara Daniah mengelengkan kepalanya. Matanya terlihat mengerjab
setengah sadar.
Seperti tersadar siapa yang datang,
Daniah menyeka airmatanya. Dia mengambil bantal di sampingnya. Melemparkan
keras menghantam tubuh Saga. Sampai dia sendiri yang melempar terhuyung duduk ke belakang.
“ Hei, kau sudah tidak waras ya?
Beraninya melemparkan bantal ke tubuhku.” Wahh, ternyata dia berhasil bersikap
sok cool seperti biasanya.
“ Apa!” Daniah berteriak tidak kenal takut
“ Hei, hei siapa yang hei. Kau bilang akan memanggilku sayang kan. Kenapa masih
panggil aku hei, hei. Panggil aku sayang.” Daniah berteriak sambil
menuding-nuding Saga.
“ Apa?” Karena agak shock
sepertinya Saga kehilangan kata-kata membalas Daniah.
“ Kenapa diam, panggil aku sayang
sekarang!” Teriakan keras dari mulut Daniah. “ Aku sedang bermimpikan, biar aku
melampiaskannya sesukaku. Memang aku harus takut padamu. Inikan dalam mimpiku.
Aku ratunya di sini. haha. ” Gumam-gumam sambil mencari bantal di atas tempat
tidur. “ Panggil aku sayang sekarang.” Melemparkan bantal lagi.
Saga yang terpenjak menangkap
bantal, wajahnya sudah ingin tergelak keras melihat kelakuan istrinya.
Apa dia sudah tidak waras,
bagaimana dia bisa mengingau separah ini. Apa sekarang dia sedang berfikir
kalau ini mimpi.
“ Kemari! Mendekat kemari.”
Saga mengikuti perintah Daniah,
gadis itu menjentikan tangannya sama seperti yang sering Saga lakukan. Lalu
setelah Saga mendekat di tempat tidur, dia menarik tangan itu. Sampai Saga
terduduk di tempat tidur.
“ Hei kau!” menuding kening Saga “
Bodoh!” senyum tipis di bibir Saga. Dia sudah tidak tahan ingin menghabisi
istri dihadapannya yang mengemaskan ini. Tapi dia benar-benar ingin melihat,
sampai sejauh mana Daniah melakukan kegilaan ini. Tangan Daniah rambut
Saga, mengacak-acaknya. “ Kau suka sekali menarik rambut bergelombangku kan,
seperti ini, seperti ini.” Daniah mengacak-acak rambut Saga seperti sedang
keramas. Membuat kepala saga bergoyang kekanan dan kekiri.
Sekarang dia melepaskan rambut dan
beralih memegang kedua pipi Saga. Muuah, satu kecupan di bibir. “ Kau sering
seenaknya menciumikan. Seperti ini. Muah, muah, muah. Hentikan kelakuanmu itu.
Kau pikir jantungku tidak mau meledak apa. membuat orang berdebar-debar saja.”
Gumam-gumam.
Wajah Saga merona, ternyata upayanya
membuka hati Daniah sedikit demi sedikit walaupun belum di sadari gadis itu
tapi berjalan dengan baik.
Daniah ambruk dalam pelukan Saga. Kali
ini mulai terdengar isak seperti saat Saga pertama muncul di ruko ini.
“ kamu dari mana saja tuan saga
tidak berperasaan, tuan Saga jahat.” Mulai memukul bahu Saga.
“ Wahh, wahhh, kau sepertinya sudah
benar-benar tidak waras ya, beraninya memakiku.”
Menyentuh dagu daniah dengan tangan
kirinya, namun segera di tepis dengan tangan kanan Daniah.
“ Mau apa kamu? Pergi! Pergi suami
jahat.” Menyuruh pergi tapi dia memeluk pinggang Saga sambil mencercau dengan
erat, seperti tidak mau di tinggalkan. Namun selang tidak lama terdengar isak,
lama kelamaan isak tangis itu mengeras. Daniah menangis sambil membenamkan
kepalanya di dada Saga. “ Kenapa bersikap baik padaku, hiks, hiks, seharusnya
kamu tetap bersikap jahat padaku sampai akhir. Kenapa kau baik padaku, setelah
aku membuka hatiku, kau menghianatiku kan!” memukul dada Saga berulang, masih
dengar airmata berurai. “ Kau membuatku menyukaimu, lalu kau mencampakanku kan.”
Menghentikan pukulannya lalu memeluk pinggang Saga lagi. Nafasnya terdengar
tidak beraturan.
“ Jangan bersikap baik padaku,
bagaimana kalau aku mencintaimu.” Memukul-mukul dada Saga lagi. Sepertinya ia
memukul sekuat tenaga yang tersisa. Karena terlihat Saga meringis menahan
sakit. Tapi tetap membiarkan Daniah dengan semua tingkahnya. “Aaaaa, kenapa
tanganku sakit yaa, padahal inikan hanya mimpi.” Menangis dalam pelukan Saga
sampai dia tertidur.
Setelah waktu berselang, Daniah
tidur semakin dalam.
“ Bodoh!” Saga membaringkan tubuh
istrinya perlahan. Memberi kecupan lembut di bibir dan kening Daniah. “
Akhirnya kau mengucapkan semua yang kau tahan selama ini ya.” Saga turun dari
tempat tidurnya, memakai sepatu. “ Han.”
“ ia tuan muda.” Menyimpan hp di
tangannya di dalam saku jasnya.
“ Kau merekamnya?” menebak apa yang
dilakukan Han dengan hpnya tadi.
“ Hehe, mungkin bisa anda pakai
nanti untuk menjahili nona kalau dia pura-pura lupa kejadian malam ini.” Kekompakan
yang hakiki milik mereka berdua dalam hal menjahili Daniah.
Saga tergelak sambil menepuk bahu
Han penuh kebanggaan, sudah memiliki sekertaris yang sangat bisa di andalkan.
“ Saya siapkan mobil, anda bisa
menggendong nonakan?”
“ Tentu saja, memang kau yang mau
mengendongnya.” Memukul bahu Han, kali ini kesal. “ Kita ke hotel, kalau aku
bertemu dengan ibu tidak tahu apa yang akan kulakukan nanti.”
“ Baik.”
Han bergegas menuruni tangga. menghidupkan lampu di lantai satu. agar Saga bisa berjalan mengendong Daniah.
Dia menghidupkan mobil, selang tidak lama Saga sudah keluar membawa Daniah dalam
pelukannya.
Pengawal yang sedari tadi menunggu
mendekat ketika Han sudah memutar mobil mau keluar dari tempat parkir. Mobil
berhenti, dia mendekatkan kepalanya. Saat Han menurunkan kaca mobil.
“ Bereskan tempat ini seperti
semula, temui aku di hotel nanti. Beri mereka uang, tidak boleh ada berita
sedikitpun keluar tentang tuan Saga.”
“ Baik.”
Mobil melaju menyusuri jalanan
kota. Han menelfon.
“ Siapkan kamar tuan Saga seperti
biasanya.”
Di kursi belakang Saga menyandarkan
kepalanya, sambil tangannya membelai kepala Daniah yang tidur di pangkuannya
dengan lembut.
Maaf karena sudah membuatmu menangis.
BERSAMBUNG
Kelakuan Daniah ini di sebut apa
ya, gak tau juga aku. Tapi pernahkan kalian mengalami kejadian semacam ini.
Malam hari kalian ketiduran sambil
nonton tv di karpet di depan tv, terus pagi hari kalian tanya sama mama kalian.
“ Ma, mama yang pindahin aku ke kamar ya.”
Mama menjawab dengan ringan.
“ Nggak tuh, kamu jalan sendiri kok
ke kamar, bahkan sempat ke kamar mandi juga, memang kamu gak sadar.”
“ Ih, iakah.” Dipikir-pikir kok
kayaknya ia ya, tapi kok aku gak sadar... hehe
Tapi untuk kasus Daniah memang agak
lebay dan di dramatisasi ya... wkwkwkw