Chapter 97 Cuma Mimpikan?

Malam semakin larut, udara dingin

sudah menyelimuti bumi, mengajak manusia untuk beristirahat dalaam mimpi yang

indah.

Namun tidak di depan ruko dua

lantai ini.

Dua orang ahli kunci sedang membuka

pintu, dengan peralatan yang mereka bawa. Seorang pengawal memperhatikan semua

kerja mereka dengan seksama. Sementara mobil patroli dan dua petugas polisi

berdiri di samping mobilnya. Siaga. Lokasi ruko yang cukup ramai akan

menimbulkan keributan sendiri jika tiba-tiba ada yang melihat serombongan orang  terlihat membobol ruko. Han hanya tidak

ingin ada masalah merepotkan. Jadi sebagai antisipasi maka hadirlah mobil

patroli sebagai pelengkap ketegangan malam ini.

Mereka sedang berpacu dengan waktu

membuka pintu.

Sementara itu, Saga masih duduk di

dalam mobil, memandang lantai ruko dua yang lampunya menyala. Tidak berpendar

terang, tapi mengisyaratkan ruko itu sedang ada penghuninya. Sepertinya Daniah

hanya menyalakan satu lampu dari tiga lampu di lantai dua. Tirai tebalnya juga

menghalangi bayangan atau apapun tampak dari luar.

“ Apa yang harus kulakukan di atas

sana nanti?” bertanya pada Han yang duduk diam di belakang kemudi, tapi mata

Han memperhatikan setiap kemajuan yang dilakukan orang-orang di depan pintu

itu. Rollingdoor sudah terbuka, tinggal pintu kaca. Saga sendiri sedang merasa  binggung akan bersikap seperti apa jika pintu

itu sudah terbuka, apa lagi jika mendapati Daniah menangis nanti.

“ Bersikap cool seperti biasanya

saja tuan muda.”

Andakan selalu begitu kalau ingin

menyembunyikan perasaan anda padaa nona Daniah. Pura-pura sok menindas, padahal

hanya ingin menyentuhnyakan?

Saga menendang kursi di depannya. “

Kau pikir aku masih bisa bersikap sok cool ditengah kecemasanku ini.”

Mengetuk-ngetukan jarinya di kaca jendela. Sepertinya dia benar-benar sedang

salah tingkah karena merasa cemas.

“ Saya akan mencegah anda melakukan

sesuatu yang akan membuat anda malu nanti.”

Saga mendesah, melihat kearah pintu

yang sedang berusaha dibuka.

“ Menurutmu hal paling memalukan

apa yang bisa ku lakukan di dalam sana.” Sudah terlihat sangat tidak sabar.

Dia ingin keluar, mendobrak pintu dan menemukan istrinya.

“ Anda akan menangis, dan memohon

kepada nona untuk tidak meninggalkan anda.”

Saya akan tertawa  kalau melihatnya,

tapi saya akan pastikan itu tidak akan terjadi.

“ Sialan kamu Han.” Saga

mencengkram bahu Han di kursi kemudi depan. “ Cegah jangan sampai aku melakukan

hal itu, kalau sampai yang kamu katakan tadi terjadi awas kamu.”

“ Sepertinya mereka sudah selesai,

saya turun sebentar tuan muda.” Mengalihkan emosi sesaat Saga yang muncul tadi.

“ Hemm.” Saga hanya memperhatikan

dari tempatnya duduk, sepertinya pintu kaca memang sudah terbuka. Dia menyentuh

dadanya yang berdebar karena tegang. Masih memikirkan hal pertama yang akan ia

lakukan setelah memasuki ruko.

Han turun, mendekat ke arah pintu.

Pengawal yang sedari tadi berdiri sigap mengawasi dua ahli kunci itu mendekat.

Menyampaikan informasi kalau pintu sudah terbuka. Dia menunjuk ke arah mobil

polisi, “apa mereka sudah bisa pergi?” tanyanya kemudian. Sepertinya situasi

cukup kondusif, sehingga tidak banyak masyarakat yang mendekat.

“ Tidak, bereskan tempat ini

seperti semula setelah tuan Saga pergi. Sekarang menyingkirlah. Ajak semuanya,

menunggu di sana.” Han menunjuk kursi taman. Radius aman yang membuat mereka

tidak akan mendengar apapun, sekalipun Tuan Saga atau nona Daniah akan

berteriak nanti di dalam. Pengawal itu menggangukan kepala dan mengajak semua

orang untuk meninggalkan posisinya. Kedua polisi tetap meninggalkan mobilnya di

tempat semula.

“ Anda sudah bisa masuk tuan muda.”

Han membukakan pintu mobil, di susul Saga keluar. Terlihat dia mengedarkan

pandangan memeriksa sekeliling sambil menarik nafas pelan. Mengusir ketengangan.

Sial! Kenapa aku sepanik ini

sekarang.

“ Ingat itu, cegah aku melakukan

hal yang memalukan di depan Daniah nanti.” Jangan sampai dia kehilangan harga

diri di hadapan Daniah begitu yang ia pikirkan.

“ Baik.” Han mengangukan kepala.

Lantai satu gelap, Han mengeluarkan

hpnya sebagai penerang. Dia berjalan di depan menaiki tangga terlebih dahulu.

Terdengar isak lirih dari lantai dua. Lalu dia kembali menuruni tangga dan

memberi penerangan agar Saga dapat berjalan tanpa kendala.

“ Nona sedang menangis.” katanya

setengah berbisik, membuat langkah kaki Saga terhenti. Sebentar dia berusaha

menguasai emosinya. Bayangan kejadian pesta yang menjadi praduganya terputar di

kepalanya. Beberapa pristiwa yang dia karang sendiri berseliweran berputar

seperti film.

Sebenarnya apa yang terjadi di

pesta?

Karena ingin segera menyusul ke

ruko, Saga bahkan tidak terpikir untuk menanyakan telah terjadi apa di pesata

ibunya tadi pada Pak Mun.

Sampailah dia di lantai dua. Udara

menyeruak, hawa dingin di ruko lantai 2 ini. Padahal AC tidak sedang menyala. Atap

yang terbuat dari genting dan cukup tinggi memang membuat udara di lantai 2 ini

lumayan dingin di malam hari.

Di atas tempat tidur, seorang

sedang terisak kecil. Dia berselimut kain tipis untuk menangkal rasa dingin di

tubuhnya. Pendar lampu bisa membuat Saga jelas melihat ujung kaki istrinya. Selimut

tidak sampai menutupi kakinya dari hawa dingin.

Saga mendekati tempat tidur.

Sial! Aku ingin memeluknya

sekarang, menyuruhnya berhenti menangis dan minta maaf.

Saga menoleh pada Han, laki-laki itu

mengelengkan kepalanya, jangan melakukan hal yang memalukan di hadapan nona

yang akan anda sesali seumur hidup anda. Begitu kata Han pelan mengingatkan

Saga. Hingga akhirnya yang terjadi adalah.

“ Hei bodoh!” menarik kain tipis

yang menyelimuti tubuh Daniah. Gadis itu terperanjak. Dia bangun, menarik

selimutnya menutupi dadanya. “ Hei apa yang kau lakukan di sini.” Saga setengah

berteriak, sementara Daniah mengelengkan kepalanya. Matanya terlihat mengerjab

setengah sadar.

Seperti tersadar siapa yang datang,

Daniah menyeka airmatanya. Dia mengambil bantal di sampingnya. Melemparkan

keras menghantam tubuh Saga. Sampai dia sendiri yang melempar terhuyung duduk ke belakang.

“ Hei, kau sudah tidak waras ya?

Beraninya melemparkan bantal ke tubuhku.” Wahh, ternyata dia berhasil bersikap

sok cool seperti biasanya.

“ Apa!” Daniah berteriak tidak kenal takut

“ Hei, hei siapa yang hei. Kau bilang akan memanggilku sayang kan. Kenapa masih

panggil aku hei, hei. Panggil aku sayang.” Daniah berteriak sambil

menuding-nuding Saga.

“ Apa?” Karena agak shock

sepertinya Saga kehilangan kata-kata membalas Daniah.

“ Kenapa diam, panggil aku sayang

sekarang!” Teriakan keras dari mulut Daniah. “ Aku sedang bermimpikan, biar aku

melampiaskannya sesukaku. Memang aku harus takut padamu. Inikan dalam mimpiku.

Aku ratunya di sini. haha. ” Gumam-gumam sambil mencari bantal di atas tempat

tidur. “ Panggil aku sayang sekarang.” Melemparkan bantal lagi.

Saga yang terpenjak menangkap

bantal, wajahnya sudah ingin tergelak keras melihat kelakuan istrinya.

Apa dia sudah tidak waras,

bagaimana dia bisa mengingau separah ini. Apa sekarang dia sedang berfikir

kalau ini mimpi.

“ Kemari! Mendekat kemari.”

Saga mengikuti perintah Daniah,

gadis itu menjentikan tangannya sama seperti yang sering Saga lakukan. Lalu

setelah Saga mendekat di tempat tidur, dia menarik tangan itu. Sampai Saga

terduduk di tempat tidur.

“ Hei kau!” menuding kening Saga “

Bodoh!” senyum tipis di bibir Saga. Dia sudah tidak tahan ingin menghabisi

istri dihadapannya yang mengemaskan ini. Tapi dia benar-benar ingin melihat,

sampai sejauh mana Daniah melakukan kegilaan ini. Tangan Daniah rambut

Saga, mengacak-acaknya. “ Kau suka sekali menarik rambut bergelombangku kan,

seperti ini, seperti ini.” Daniah mengacak-acak rambut Saga seperti sedang

keramas. Membuat kepala saga bergoyang kekanan dan kekiri.

Sekarang dia melepaskan rambut dan

beralih memegang kedua pipi Saga. Muuah, satu kecupan di bibir. “ Kau sering

seenaknya menciumikan. Seperti ini. Muah, muah, muah. Hentikan kelakuanmu itu.

Kau pikir jantungku tidak mau meledak apa. membuat orang berdebar-debar saja.”

Gumam-gumam.

Wajah Saga merona, ternyata upayanya

membuka hati Daniah sedikit demi sedikit walaupun belum di sadari gadis itu

tapi berjalan dengan baik.

Daniah ambruk dalam pelukan Saga. Kali

ini mulai terdengar isak seperti saat Saga pertama muncul di ruko ini.

“ kamu dari mana saja tuan saga

tidak berperasaan, tuan Saga jahat.” Mulai memukul bahu Saga.

“ Wahh, wahhh, kau sepertinya sudah

benar-benar tidak waras ya, beraninya memakiku.”

Menyentuh dagu daniah dengan tangan

kirinya, namun segera di tepis dengan tangan kanan Daniah.

“ Mau apa kamu? Pergi! Pergi suami

jahat.” Menyuruh pergi tapi dia memeluk pinggang Saga sambil mencercau dengan

erat, seperti tidak mau di tinggalkan. Namun selang tidak lama terdengar isak,

lama kelamaan isak tangis itu mengeras. Daniah menangis sambil membenamkan

kepalanya di dada Saga. “ Kenapa bersikap baik padaku, hiks, hiks, seharusnya

kamu tetap bersikap jahat padaku sampai akhir. Kenapa kau baik padaku, setelah

aku membuka hatiku, kau menghianatiku kan!” memukul dada Saga berulang, masih

dengar airmata berurai. “ Kau membuatku menyukaimu, lalu kau mencampakanku kan.”

Menghentikan pukulannya lalu memeluk pinggang Saga lagi. Nafasnya terdengar

tidak beraturan.

“ Jangan bersikap baik padaku,

bagaimana kalau aku mencintaimu.” Memukul-mukul dada Saga lagi. Sepertinya ia

memukul sekuat tenaga yang tersisa. Karena terlihat Saga meringis menahan

sakit. Tapi tetap membiarkan Daniah dengan semua tingkahnya. “Aaaaa, kenapa

tanganku sakit yaa, padahal inikan hanya mimpi.” Menangis dalam pelukan Saga

sampai dia tertidur.

Setelah waktu berselang, Daniah

tidur semakin dalam.

“ Bodoh!” Saga membaringkan tubuh

istrinya perlahan. Memberi kecupan lembut di bibir dan kening Daniah. “

Akhirnya kau mengucapkan semua yang kau tahan selama ini ya.” Saga turun dari

tempat tidurnya, memakai sepatu. “ Han.”

“ ia tuan muda.” Menyimpan hp di

tangannya di dalam saku jasnya.

“ Kau merekamnya?” menebak apa yang

dilakukan Han dengan hpnya tadi.

“ Hehe, mungkin bisa anda pakai

nanti untuk menjahili nona kalau dia pura-pura lupa kejadian malam ini.” Kekompakan

yang hakiki milik mereka berdua dalam hal menjahili Daniah.

Saga tergelak sambil menepuk bahu

Han penuh kebanggaan, sudah memiliki sekertaris yang sangat bisa di andalkan.

“ Saya siapkan mobil, anda bisa

menggendong nonakan?”

“ Tentu saja, memang kau yang mau

mengendongnya.” Memukul bahu Han, kali ini kesal. “ Kita ke hotel, kalau aku

bertemu dengan ibu tidak tahu apa yang akan kulakukan nanti.”

“ Baik.”

Han bergegas menuruni tangga. menghidupkan lampu di lantai satu. agar Saga bisa berjalan mengendong Daniah.

Dia menghidupkan mobil, selang tidak lama Saga sudah keluar membawa Daniah dalam

pelukannya.

Pengawal yang sedari tadi menunggu

mendekat ketika Han sudah memutar mobil mau keluar dari tempat parkir. Mobil

berhenti, dia mendekatkan kepalanya. Saat Han menurunkan kaca mobil.

“ Bereskan tempat ini seperti

semula, temui aku di hotel nanti. Beri mereka uang, tidak boleh ada berita

sedikitpun keluar tentang tuan Saga.”

“ Baik.”

Mobil melaju menyusuri jalanan

kota. Han menelfon.

“ Siapkan kamar tuan Saga seperti

biasanya.”

Di kursi belakang Saga menyandarkan

kepalanya, sambil tangannya membelai kepala Daniah yang tidur di pangkuannya

dengan lembut.

Maaf karena sudah membuatmu menangis.

BERSAMBUNG

Kelakuan Daniah ini di sebut apa

ya, gak tau juga aku. Tapi pernahkan kalian mengalami kejadian semacam ini.

Malam hari kalian ketiduran sambil

nonton tv di karpet di depan tv, terus pagi hari kalian tanya sama mama kalian.

“ Ma, mama yang pindahin aku ke kamar ya.”

Mama menjawab dengan ringan.

“ Nggak tuh, kamu jalan sendiri kok

ke kamar, bahkan sempat ke kamar mandi juga, memang kamu gak sadar.”

“ Ih, iakah.” Dipikir-pikir kok

kayaknya ia ya, tapi kok aku gak sadar... hehe

Tapi untuk kasus Daniah memang agak

lebay dan di dramatisasi ya... wkwkwkw