Di ruang ganti baju, Saga sudah
menganti baju yang baru saja dia pakai dengan setelan baju tidurnya. Daniah
meletakan pakaian yang baru beberapa jam dipakai itu di keranjang baju kotor. Dengan perasaan
sayang.
Cih, baru juga ganti baju sudah
ganti baju lagi. Inikan namanya pemborosan.
“ Sayang.” Masih mematung di depan
lemarinya, dia sudah menarik pintu dan memegangi handle lemari. Tapi belum
membukanya.
“ hemm.” Menatap lekat pada
istrinya.
“ Aku pakai baju ini saja ya.”
Daniah menarik ujung roknya. “ aku juga baru pakai tadi.” Sayangkan, bahkan dia
tidak berkeringat atau kotor sedikitpun. Dia saja hanya bergulingan di sofa
tadi.
Saga malah duduk di dekat meja
penyimpanan jam tangan. Betopang pada satu tangannya menyandarkan bahu.
“ Ganti bajumu dengan baju tidur.”
Ishh, kenapa juga aku musti
bertanya tadi. Tapi apa kau mau duduk di situ selama aku ganti baju. Tidak tahu
malu sekali.
“ Sayang kenapa kau tidak menunggu
di tempat tidur saja?” sudah membuka lemari pakaian lebar, mengambil satu baju
warna coklat.
“ Kenapa? Memang apa yang mau kau
sembunyikan.” Seringai di bibirnya muncul. “ Aku bahkan sudah hafal seluruh
lekuk tubuhmu.” Tertawanya menyusul kata-katannya. Membuat Daniah memerah malu.
Dari telinga sampai wajahnya.
Dasar gila!
Saga tidak beranjak dari tempat
duduknya. Melihat istrinya satu persatu menangalkan pakaian lalu berganti
dengan baju tidurnya. Baju tidurnya memang satu model, hanya berbeda warna.
“ Ganti dengan warna pink.” Katanya
tiba-tiba setelah Daniah selesai meletakan baju yang dia pakai di keranjang,
menumpuk dengan pakaian Saga tadi.
Apa!
Setelah Daniah selesai dengan baju
tidur warna coklatnya. Dia baru bicara, bukannya tadi di awal meminta Daniah
untuk memakai baju warna pink. Ini dia sedang mengerjaikukan, batin Daniah
kesal. Dia masih menatap Saga jengah.
“ Aku mau kau pake yang warna
pink.”
Dia ini ya.
Gemetar-gemetar kesal. Mengambil
baju tidur berwarna pink dengan gusar. Menutup lemari dengan keras. Kali ini
sudah tidak bersikap malu-malu. Sudah secepat kilat megganti baju supaya urusan
cepat selesai.
Sudah puas!
“ Ayo tidur, aku lelah.” Menarik
tangan Daniah. Tidak mengomentari apapun.
Saga menjatuhkan diri lebih dulu di
tempat tidur, lalu menarik selimutnya. Sementara Daniah mematikan lampu
setelahnya juga naik ke atas tempat tidur. Masuk ke dalam bawah selimut.
“ Mendekatlah!” Daniah mengeser
tubuhnya, sampai menempel. Dia bersandar di dada Saga, sampai laki-laki itu
bisa mencium kepalanya. “ Kau bersenang-senang hari ini.” Membelai kepala
Daniah yang bersandar di dadanya.
“ Hemm.” Saga menarik telinga
Daniah mendengar jawaban istrinya. “ Apa?” Daniah bertanya sambil menyentuh
jemari saga agar melepaskan telinganya. Sakit tahu, begitu katanya lirih.
“ Jawab dengan benar kalau aku
bertanya.”
“ Maaf.”
Padahal dia kalau ditanya jawabnya
cuma hemm, hemm. Orang lain suruh menafsirkan sendiri. Memang semua orang
sesakti sekertaris Han apa.
“ Kami pergi ke spa, makan dan
jalan-jalan sebentar tadi.”
“ Spa?” maksud pertanyaannya tempat
apa itu, kenapa kalian pergi ke spa.
“ Ia, tempat untuk pijat seluruh
badan.” Daniah menjawab sambil memperagakan tangannya memijat kaki Saga di
sampingnya.
“ Pijat! Kamu di pijat? Siapa? Kamu
di pijat siapa? laki-laki atau perempuan hah!” menguncang tubuh Daniah keras.
Membuat orang kaget saja. Daniah sampai mengeser tubuhnya panik.
Idih apa-apaan si dia ini.
“ Dipijat perempuan sayang. Semua
dipijat perempuan kok. Itu juga spa khusus perempuan.” Saga mengeram kesal.
Walaupun sudah dibilang dipijat perempuan juga tetap membuatnya kesal. “ Kami
di pijat ramaianan kok, satu ruangan empat orang.”
“ Apa empat orang.” Frustasi
sendiri membayangkan. Istrinya di dalam ruangan bersama empat orang tanpa
pakaian. “ bodoh! Memang siapa yang mengizinkanmu menunjukan tubuhmu di depan
orang lain.” Kesal dia mendorong Daniah dari pelukannya.
“ Apa!” Daniah juga kesal. Ada ya orang
seperti dirimu ini. Kenapa tidak normal begini jalan pikiranmu. “ Kami kan
pijat juga pakai baju sayang. Pakai baju. Lagian semua perempuan kok.”
“ Memang kalau perempuan lantas
boleh melihat tubuhmu. Cih bagaimana Leela bekerja, begini saja tidak becus.”
Aaaa kenapa ini, kenapa bawa-bawa
leela juga. Apa ini maksudnya dia yang selalu mengatakan kalau tuan Saga pasti
tidak suka.
“ Sayang maafkan aku.” Merasakan
sinyal bahaya mengancam. “ Aku benar-benar salah dan tidak berhati-hati.
Maafkan aku.”
Apa si, akukan cuma di pijat
perempuan. Kenapa sampai segitunya. Aku bahkan harus minta maaf karena di pijat
perempuan.
“ lain kali kalau kau mau di pijat
katakan padaku, Han akan panggil ahli memijat nanti, lakukan hanya di depanku.”
“ Apa?” binggung.
“ Buka bajumu hanya di depanku.”
Berteriak.
“ Ia, ia baik sayang.” Kehabisan kata-kata.
“ Ahhh, membuat kesal saja.
Kemarilah.” Menepuk dadanya tempat tadi daniah berbaring.
Memang aku masih berani kebali ke
situ.
“ Kenapa diam?”
Daniah beringsut mendekat kepelukan
Saga lagi. Tangan laki-laki itu menepuk kepalanya lembut.
“ Jangan memancing kemarahanku
lagi.”
“ Ia sayang. Maafkan aku.”
Kalau gila kumohon ada batasannya
juga tuan muda, standar kehidupanmu ini aneh sekali si. Marah hanya karena aku
di pijat. Kenapa tidak marah sekalian kalau ada laki-laki yang memanggil
namaku. Eh, Leela pernah mengingatkanku inikan. Cih, sudah seperti aku ini
istri yang kamu cintai setengah mati saja.
Daniah melingkarkan tangannya
memeluk pingang Saga. Laki-laki itu tidak bereaksi. Tapi hembusan nafasnya
belum terdengar seperti dia sudah tidur. Daniah mendongak, melihat Saga sudah
memejamkan matanya.
Apa dia benar-benar mengantuk ya.
“ Sayang, apa kau sudah tidur?”
“ hemm.” Ternyata belum ya gumam
Daniah.
“ Apa aku boleh bertanya sesuatu?”
meneruskan kata-katanya. Dia ingin iseng memastikan sesuatu. Kalau dia
mendapatkan jawaban itu akan lebih baik, kalau tidak ya sudahlah.
“ hemm.”
“ Apa kau mencintaiku?” menutup mulutnya, terkejut sendiri dengan
pertanyaan yang ia lontarkan.
Ayo jawablah, jawablah.
“ hemm.” Jawaban yang sama dari
sejak dia mulai bertanya.
Jadi maksudnya apa?
“ Apa kau akan menceraikanku suatu
hari nanti.” Pertanyaan yang memancing kemarahan.
“ Hemm.” Gemetar-gemetar geram
sendiri Daniah. Mendongak, mata Saga tertutup. Dia ini sebenarnya sadar tidak
si, gumam Daniah pelan.
“ Apa kau benar-benar tidur.” Tuk,
tuk, menusuk perut Saga, tidak ada reaksi. “ Sayang apa kau punya pacar lain di
luar sana.”
“ hemm.”
“ Berhentilah menjawab hemm, hemm,
memang aku tahu artinya apa.” menggankat kaki kirinya menyilang di kaki saga.
Menjatuhkannya dengan keras.
“ Kurang ajar sekali kau berani
menindihku.” Suara Saga sama sekali tidak seperti orang yang sedang mengantuk.
Daniah menarik kakinya pelan turun dari kaki Saga.
“ Sayang, jadi kau belum tidur ya.
Haha.”
Habislah aku.
“ Kau berisik sekali bagaimana aku
bisa tidur.” Sudah duduk di samping Daniah yang mulai mengkerut. “ Kau tanya
apa tadi?” Tangan mulai beraksi, menarik selimut. Menyusuri tubuh Daniah dalam
balutan baju tidur warna pinknya.
“ Apa aku mencintaimu? Benar mau
mendengar jawabannya?” memainkan daun telinga Daniah yang sudah memerah.
Antara ia, namun juga takut
mendapat jawaban yang sebenarnya.
“ Aku akan menjawabnya, kalau kau
sudah mengandung anakku.” Memasukan jari ke dalam baju tipis Daniah. Tangannya
menempel di perut, membelainya pelan. Mendengar kalimat barusan, wajah Daniah
langsung berubah. Dia memalingkan wajah kearah berlawanan. Menutupi perasaannya.
“ Apa kau sudah ada tanda-tanda hamil?” mencium lembut perut Daniah yang ia
sibak. Bibirnya menempel tepat di pusar.
“ Sayang hentikan.” Daniah berusaha
menyenbunyikan bagian tengan perutnya dengan tangan. “Sepertinya belum. Maafkan
aku. Sepertinya aku masih bisa mendengar jawabanmu ya.”
Bagi Saga hamilnya Daniah adalah
ikatan kuat yang tidak akan bisa membuat Daniah kabur darinya, kalau sampai
istrinya hamil, dia yakin wanita dalam pelukannya ini akan berhenti memikirkan
cara meninggalkannya.
Bagi Daniah, kehamilannya saat ini
adalah sesuatu yang di luar rencana hidupnya.
“ Kenapa minta maaf, kita masih
punya banyak waktu untuk melakukannyakan.” Sudah menjatuhkan diri di samping
Daniah. Mulai menyentuh leher dengan bibirnya yang lembut. Membasahi telinga
Daniah dengan kata-kata yang membuat gadis itu mencengkram tempat tidur. Saga
sudah menarik baju tipis Daniah melemparkannya ke ujung tempat tidur. “ Kau
yang sudah menggangu tidurku ya. Rasakan akibatnya."
Sampai Saga selesai dan menjatuhkan
diri di sampingnya, memeluknya erat, ada buliran airmata di matanya menetes.
Daniah dirasuki perasaan bersalah dan takut sekaligus.
Kenapa kau mengatakan menginginkan
anak dari ku.
Malam semakin larut, cukup lama
sampai Daniah juga ikut terlelap di samping Saga.
BERSAMBUNG