Chapter 108 Kecemburuan

Ini akhir pekan yang panjang. Jen

dan Sofi terkurung di dalam rumah. Mengagalkan semua rencana yang sudah mereka

susun demi kakak ipar, tidak! demi hidup mereka yang lebih tenang ke depannya. Sekarang

semboyan hidup mereka adalah dekat bersama kakak ipar. Semakin dekat semakin baik. Karena

kakak ipar yang bahagia akan membuat kak Saga jauh lebih bahagia. Hal apalagi

yang dibutuhkan demi kedamaian rumah ini jika kak Saga mereka senang maka semua

akan berjalan dengan baik di semua lini kehidupan.

Di rumah utama. Semuanya duduk

manis di depan tv. Pak Mun udah menyiapkan tiga buah jus buah segar dan

potongan buah dalam mangkuk kaca, beserta sekotak stroberi kesukaan semua

penghuni rumah. Jen muncul dari depan rumah membawa sekantong belanjaan. Yang

baru di antar ojek online. Dia menyembunyikan kantong belanjaannya di balik

punggungnya, saat berpapasan dengan pak Mun.

“ Pak Mun kami bolehkan ngemil

keripik ya, masak suasana begini harus makan buah lagi.” Yang diajak bicara

tidak menjawab. Karena tanpa perlu di jawab pun dia tidak senang dengan apa

yang di lakukan Jen sekarang. Tapi tentunya Jen tidak perduli sorot mata tidak

suka pak Mun. Sementara  Daniah cuma

geleng kepala, menyaksikan perang dingin antar mereka, dia menaikan kakinya ke

atas sofa dan meletakan bantal di atasnya. Mendekap dalam pelukannya.

“ Pak mun bisa istirahat sekarang,

sudah gak papa kok.” Dia merasa tidak nyaman, karena pak Mun setelah meletakan

makanan di atas meja dia tetap berdiri tidak jauh dari duduk Daniah.

“ Tidak apa-apa nona.” Seperti

mengatakan dia seharusnya memang melakukan hal itu.

“ Kalau mau nonton tuan Saga juga,

duduklah.” Daniah menunjuk sofa di sampingnya. “ Kalau pak mun merasa tidak

nyaman bisa ambil kursi yang lain. Tapi saya minta pak Mun duduk.”

Laki-laki itu mengangukan kepala,

lalu ntah pergi kemana dia sudah muncul membawa sebuah kursi. Dia duduk tidak

jauh dari sofa Daniah. Tempatnya duduk bisa dengan jelas melihat apa yang

sedang dilakukan Daniah. Wanita itu mengambil sekotak stroberi dan melatakannya

di atas bantal di depannya. Dia makan sudah dengan lahap. Sambil mendengarkan

salam pembuka dari para jurnalis media tv.

Mereka mendengarkan seremonial pembukaan

dan juga acara hiburan.

“ Kak Jen, ramai sekali! Aaaa,

untung kita tidak kesana.” Sofi mulai membuka satu keripik kentang besar di

tangannya. Mulai memasukan ke mulutnya. Kerenyahan yang tiada bandingannya

dengan buah yang ada di dalam mangkok di atas meja. “ Kakak ipar mau? Enak tahu

dari pada itu.” Sofi menunjuk stroberi yang sedang di nikmati Daniah.

“ Sudah makan saja sepuas kalian,

nanti aku ambil sendiri kalau mau.”

Pak Mun semakin terlihat tidak

suka.

Fokus kembali ke tv. Para penyanyi

nasional memeriahkan panggung dengan lagu-lagu mereka. Ada beberapa orang yang

naik dan membuat banyolan-banyolan dengan kata-kata mereka. Semua terlihat

sangat terhibur.

Tuan Saga datang, ya Tuhan dia

terlihat sangat tampan. Walaupun ada di tengah kerumunan orang begitu. Eh, apa

yang kupikirkan.

“ Kak Saga muncul, dia keren sekali

ya. Kakak ipar aku iri padamu, bagaimana kau bisa menikah dengan orang sekeren

kak Saga.” Jen seantusias biasanya kalau membicarakan Saga. Menepuk-nepuk bahu

Sofia di depannya meminta persetujuan.

“ Hah, kau juga beruntung punya kakak

sekeren kak Sagakan?” membalikan kata-kata Jen.

Sofi dan jen tertawa, sambil

memegang keripik masing-masing.

“ Kenapa ada kak Helen di sana?”

kamera tv menunjukan sesosok cantik yang sedang duduk dengan elegannya. Senyum secerah

mentari yang tampak di bibirnya. Jen dan Sofi panik dan saling pandang.

Bersamaan melihat ke arah Daniah.

“ Apa kak Saga mengajaknya.”

Memandang Daniah lagi. “Kakak ipar gak di ajak kak Saga apa?” tidak sadar kalau

pertanyaannya itu akan menyulut api. Sofi mencubit tangan Jen yang tidak tau

tempat bertanya.

Daniah diam, wajahnya sudah tampak

murung. Kraus, ia memasukan stroberi ke mulutnya tidak mengubris yang di

katakan Jen. Tuan Saga memang tidak mengajaknya, kemarin hanya sekertaris Han

yang mengajaknya tapi dia menolak. Dia ingat bahkan dia menanyakan tentang

keberadaan Helen, apa akan datang di peresmian atau tidak. Tapi jawaban

sekertaris Han hanya jawaban menyebalkan seperti biasanya.

Tapi kenapa ada Helena di sana. Jadi

tetap saja ya, inikan danau hijau, tempat penting untuk kalian berdua. Cih,

Kenapa semalam kau minta aku mengandung anakmu!

Saat melihat Saga duduk di samping Helena,

Daniah tiba-tiba hatinya merasa di khianati. Dia merasaa sangat kesal. Ntah

datang dari mana bara cemburu yang tiba-tiba muncul itu. Dia terdengar mengeram

kesal sambil menatap layar tv. Dalam hati dia memaki. Jen dan sofi menatap

kakak iparnya kuatir karena raut wajah Daniah sudah aneh.

“ Kakak ipar tapi kak Saga terlihat

terkejut kok. Dia pasti tidak tahu kalau kak Helen akan muncul.” Sofi bicara,

menunjuk wajah Saga dan rautnya di layar tv.

Hei, mana mungkin sekertarisnya

bahkan punya kekuatan supranatural yang bisa menebak apa yang aku lakukan.

Tidak mungkin dia tidak tahu Helen akan ada di sana.

“ Benar, lihat wajah kak Saga yang

kesal itu.” Jen berusaha menghibur kakak iparnya.

“ Aaaa, kenapa sekarang aku

benar-benar membenci kak Helen ya. Bagaimana dia bisa tidak setau diri ini si.”

Cinta, dia sedang memperjuangkan cintanya.

Tapi aku benar-benar benci ini.

Daniah langsung berdiri  bangun mengangkat tubuhnya dari sofa membuat

bantal dan stroberi di atasnya jatuh terburai di lantai. Semua orang terkejut

melihatnya. Jen yang sedari  tadi rebahan

sambil ngemil cantik tidak memikirkan berapa kalori yang masuk ke perutnya

langsung bangun.

“ Kakak ipar.” Mengambil bantal di

dekat kaki Daniah. Dia merasa sangat kuatir.

“ Nona anda tidak apa-apa?” pak Mun

mengumpulkan stroberi yang berceceran, agar tidak terinjak dan mengotori kaki

nona mudanya.

“ Tidak apa-apa pak, saya mau ke

kamar sebentar.” Daniah merasa sikapnya juga berlebihan. Kenapa dia bisa merasa

semarah ini.

“ Kakak ipar, jangan marah. Kak

Saga juga tidak bicara apapun dengan Kak Helen kok. Kakak ipar lihat kan.” Jen

menarik tangan Daniah agar duduk di sampingnya. “ walaupun mereka terlihat

serasi seperti sepasang kekasih, tapi pandangan dingin kak Saga sudah

membuktikan perasaannya.”

“ Kak Jen, gak perlu bilang mereka

serasi juga kali.” Sofi memukul tangan Jen.

“ Ia, kamu menyebalkan sekali Jen.

Sekalian suruh tuan Saga menikahinya saja.” Duarr, jawaban Daniah membuat wajah

Jen berubah pias.

Daniah melepaskan tangan Jenika,

adik iparnya itu panik. Apalagi saat Daniah sudah berjalan meninggalkannya. Dia

lari mengejar.

“ Kakak ipar bukan maksudku

begitu.”

Sial dia cemburu sekali, kakak ipar

jadi sensitif begini.

Memeluk Daniah seperti yang dia

lakukan kemarin, membuat Daniah semakin kesal saja. Ia mengoyangkan tubuhnya.

“ Aku mencintai kakak ipar dan

mendukung kakak ipar kok. Sumpah! Kakak ipar jauh lebih serasi dengan kak Saga.

Di banding kak Helen dia mah lewat gak ada apa-apanya.”

Cih, berbohong juga harus ada

batasanyakan.

Tapi sepertinya Daniah senang

mendengar kata-kata bohong Jen. Buktinya dia sudah mulai tersenyum.

“ Ia, sudah-sudah sana, lepaskan

aku. Aku mau masuk kamar sebentar.”

“ Kakak ipar gak marah sama

akukan?” belum melepaskan pelukannya.

Daniah mengelengkan kepalanya,

menepuk bahu Jen agar adik iparnya ini melepaskannya.

“ Sudah sana.” Mendengar itu Jen

bernafas lega, dan melepaskan pelukannya. Walaupun tidak rela tapi ia

membiarkan Daniah  berjalan menaiki

tangga untuk masuk ke dalam kamarnya.

“ Pak mun kakak ipar gak marah sama

aku lho, jangan mengadu yang tidak-tidak pada kak Saga ya!” intonasi suaranya

sudah mengancam pak Mun. Laki-laki itu hanya diam tidak menjawab, dia menatap

Daniah yang semakin menjauh menaiki anak tangga. “ Jangan mengadu pada kak Saga

ya.” Mengulangi pertanyaannya. Dia bahkan mendekat, memastikan.

“ Baik nona.”  Setelah menjawab pak Mun membawa kotak

stroberi yang masih tersisa separuh itu ke dapur. Sudah tidak penting lagi dia

duduk menonton di sana, karena nona yang harus dia awasi sudah masuk ke dalam

kamarnya.

Setelah mendengar jawaban pak Mun

Jen baru bisa kembali tenang. Dia duduk dan meraih keripiknya lagi.

Acara bahkan belum selesai.

Peresmian yang di lakukan Saga saja belum di mulai.

“ Kakak ipar pasti kecewakan,

kenapa kak saga pergi dengan kak Helen si.” Jenika.

“ ia, aku rasa kakak ipar cemburu

sekali kali ini.” Memasukan banyak keripik kemulutnya. “ Hehe, katanya tidak

suka, tapi sekarang dia cemburukan. Artinya dia sudah mencintai kak Sagakan.

Tidak sadar juga.” Jenikaa dan sofia malah tertawa merasa menemukan harta karun

dunia perasaan Daniah.

Saga naik ke podium. “ Kakak ipar

turunlah kak Saga sedang naik ke podium.” Jenika berteriak di bawah tangga. Tidak

ada sahutan akhirnya dia kembali ke sofanya.

Sementara itu Daniah membenamkan

diri di atas tepat tidur. Dia tidak mendengar suara jenika. Dia tidak melihat

sambutan Saga, yang secara tidak lagsung menyebutkan dirinya. Dia menarik

selimut. Merasa kesal.

Lantas apa arti kebaikaannya

paadaku selama ini. Cih, menyuruhku mencintainya bahkan mengandung anaknya, pada

akhirnya dia benar-benar kembali pada Helenkan. Jangan menyentuhku lagi setelah

ini. Kalau kau masih menyentuhku, itu benar-benar tidak tahu malu namanya.

Daniah akan menunjukan kecemburuannya dalam sikapnya. titik, itu rencana protesnya. tapi apa dia punya keberanian untuk melakukannya.

Bersambung