Ini akhir pekan yang panjang. Jen
dan Sofi terkurung di dalam rumah. Mengagalkan semua rencana yang sudah mereka
susun demi kakak ipar, tidak! demi hidup mereka yang lebih tenang ke depannya. Sekarang
semboyan hidup mereka adalah dekat bersama kakak ipar. Semakin dekat semakin baik. Karena
kakak ipar yang bahagia akan membuat kak Saga jauh lebih bahagia. Hal apalagi
yang dibutuhkan demi kedamaian rumah ini jika kak Saga mereka senang maka semua
akan berjalan dengan baik di semua lini kehidupan.
Di rumah utama. Semuanya duduk
manis di depan tv. Pak Mun udah menyiapkan tiga buah jus buah segar dan
potongan buah dalam mangkuk kaca, beserta sekotak stroberi kesukaan semua
penghuni rumah. Jen muncul dari depan rumah membawa sekantong belanjaan. Yang
baru di antar ojek online. Dia menyembunyikan kantong belanjaannya di balik
punggungnya, saat berpapasan dengan pak Mun.
“ Pak Mun kami bolehkan ngemil
keripik ya, masak suasana begini harus makan buah lagi.” Yang diajak bicara
tidak menjawab. Karena tanpa perlu di jawab pun dia tidak senang dengan apa
yang di lakukan Jen sekarang. Tapi tentunya Jen tidak perduli sorot mata tidak
suka pak Mun. Sementara Daniah cuma
geleng kepala, menyaksikan perang dingin antar mereka, dia menaikan kakinya ke
atas sofa dan meletakan bantal di atasnya. Mendekap dalam pelukannya.
“ Pak mun bisa istirahat sekarang,
sudah gak papa kok.” Dia merasa tidak nyaman, karena pak Mun setelah meletakan
makanan di atas meja dia tetap berdiri tidak jauh dari duduk Daniah.
“ Tidak apa-apa nona.” Seperti
mengatakan dia seharusnya memang melakukan hal itu.
“ Kalau mau nonton tuan Saga juga,
duduklah.” Daniah menunjuk sofa di sampingnya. “ Kalau pak mun merasa tidak
nyaman bisa ambil kursi yang lain. Tapi saya minta pak Mun duduk.”
Laki-laki itu mengangukan kepala,
lalu ntah pergi kemana dia sudah muncul membawa sebuah kursi. Dia duduk tidak
jauh dari sofa Daniah. Tempatnya duduk bisa dengan jelas melihat apa yang
sedang dilakukan Daniah. Wanita itu mengambil sekotak stroberi dan melatakannya
di atas bantal di depannya. Dia makan sudah dengan lahap. Sambil mendengarkan
salam pembuka dari para jurnalis media tv.
Mereka mendengarkan seremonial pembukaan
dan juga acara hiburan.
“ Kak Jen, ramai sekali! Aaaa,
untung kita tidak kesana.” Sofi mulai membuka satu keripik kentang besar di
tangannya. Mulai memasukan ke mulutnya. Kerenyahan yang tiada bandingannya
dengan buah yang ada di dalam mangkok di atas meja. “ Kakak ipar mau? Enak tahu
dari pada itu.” Sofi menunjuk stroberi yang sedang di nikmati Daniah.
“ Sudah makan saja sepuas kalian,
nanti aku ambil sendiri kalau mau.”
Pak Mun semakin terlihat tidak
suka.
Fokus kembali ke tv. Para penyanyi
nasional memeriahkan panggung dengan lagu-lagu mereka. Ada beberapa orang yang
naik dan membuat banyolan-banyolan dengan kata-kata mereka. Semua terlihat
sangat terhibur.
Tuan Saga datang, ya Tuhan dia
terlihat sangat tampan. Walaupun ada di tengah kerumunan orang begitu. Eh, apa
yang kupikirkan.
“ Kak Saga muncul, dia keren sekali
ya. Kakak ipar aku iri padamu, bagaimana kau bisa menikah dengan orang sekeren
kak Saga.” Jen seantusias biasanya kalau membicarakan Saga. Menepuk-nepuk bahu
Sofia di depannya meminta persetujuan.
“ Hah, kau juga beruntung punya kakak
sekeren kak Sagakan?” membalikan kata-kata Jen.
Sofi dan jen tertawa, sambil
memegang keripik masing-masing.
“ Kenapa ada kak Helen di sana?”
kamera tv menunjukan sesosok cantik yang sedang duduk dengan elegannya. Senyum secerah
mentari yang tampak di bibirnya. Jen dan Sofi panik dan saling pandang.
Bersamaan melihat ke arah Daniah.
“ Apa kak Saga mengajaknya.”
Memandang Daniah lagi. “Kakak ipar gak di ajak kak Saga apa?” tidak sadar kalau
pertanyaannya itu akan menyulut api. Sofi mencubit tangan Jen yang tidak tau
tempat bertanya.
Daniah diam, wajahnya sudah tampak
murung. Kraus, ia memasukan stroberi ke mulutnya tidak mengubris yang di
katakan Jen. Tuan Saga memang tidak mengajaknya, kemarin hanya sekertaris Han
yang mengajaknya tapi dia menolak. Dia ingat bahkan dia menanyakan tentang
keberadaan Helen, apa akan datang di peresmian atau tidak. Tapi jawaban
sekertaris Han hanya jawaban menyebalkan seperti biasanya.
Tapi kenapa ada Helena di sana. Jadi
tetap saja ya, inikan danau hijau, tempat penting untuk kalian berdua. Cih,
Kenapa semalam kau minta aku mengandung anakmu!
Saat melihat Saga duduk di samping Helena,
Daniah tiba-tiba hatinya merasa di khianati. Dia merasaa sangat kesal. Ntah
datang dari mana bara cemburu yang tiba-tiba muncul itu. Dia terdengar mengeram
kesal sambil menatap layar tv. Dalam hati dia memaki. Jen dan sofi menatap
kakak iparnya kuatir karena raut wajah Daniah sudah aneh.
“ Kakak ipar tapi kak Saga terlihat
terkejut kok. Dia pasti tidak tahu kalau kak Helen akan muncul.” Sofi bicara,
menunjuk wajah Saga dan rautnya di layar tv.
Hei, mana mungkin sekertarisnya
bahkan punya kekuatan supranatural yang bisa menebak apa yang aku lakukan.
Tidak mungkin dia tidak tahu Helen akan ada di sana.
“ Benar, lihat wajah kak Saga yang
kesal itu.” Jen berusaha menghibur kakak iparnya.
“ Aaaa, kenapa sekarang aku
benar-benar membenci kak Helen ya. Bagaimana dia bisa tidak setau diri ini si.”
Cinta, dia sedang memperjuangkan cintanya.
Tapi aku benar-benar benci ini.
Daniah langsung berdiri bangun mengangkat tubuhnya dari sofa membuat
bantal dan stroberi di atasnya jatuh terburai di lantai. Semua orang terkejut
melihatnya. Jen yang sedari tadi rebahan
sambil ngemil cantik tidak memikirkan berapa kalori yang masuk ke perutnya
langsung bangun.
“ Kakak ipar.” Mengambil bantal di
dekat kaki Daniah. Dia merasa sangat kuatir.
“ Nona anda tidak apa-apa?” pak Mun
mengumpulkan stroberi yang berceceran, agar tidak terinjak dan mengotori kaki
nona mudanya.
“ Tidak apa-apa pak, saya mau ke
kamar sebentar.” Daniah merasa sikapnya juga berlebihan. Kenapa dia bisa merasa
semarah ini.
“ Kakak ipar, jangan marah. Kak
Saga juga tidak bicara apapun dengan Kak Helen kok. Kakak ipar lihat kan.” Jen
menarik tangan Daniah agar duduk di sampingnya. “ walaupun mereka terlihat
serasi seperti sepasang kekasih, tapi pandangan dingin kak Saga sudah
membuktikan perasaannya.”
“ Kak Jen, gak perlu bilang mereka
serasi juga kali.” Sofi memukul tangan Jen.
“ Ia, kamu menyebalkan sekali Jen.
Sekalian suruh tuan Saga menikahinya saja.” Duarr, jawaban Daniah membuat wajah
Jen berubah pias.
Daniah melepaskan tangan Jenika,
adik iparnya itu panik. Apalagi saat Daniah sudah berjalan meninggalkannya. Dia
lari mengejar.
“ Kakak ipar bukan maksudku
begitu.”
Sial dia cemburu sekali, kakak ipar
jadi sensitif begini.
Memeluk Daniah seperti yang dia
lakukan kemarin, membuat Daniah semakin kesal saja. Ia mengoyangkan tubuhnya.
“ Aku mencintai kakak ipar dan
mendukung kakak ipar kok. Sumpah! Kakak ipar jauh lebih serasi dengan kak Saga.
Di banding kak Helen dia mah lewat gak ada apa-apanya.”
Cih, berbohong juga harus ada
batasanyakan.
Tapi sepertinya Daniah senang
mendengar kata-kata bohong Jen. Buktinya dia sudah mulai tersenyum.
“ Ia, sudah-sudah sana, lepaskan
aku. Aku mau masuk kamar sebentar.”
“ Kakak ipar gak marah sama
akukan?” belum melepaskan pelukannya.
Daniah mengelengkan kepalanya,
menepuk bahu Jen agar adik iparnya ini melepaskannya.
“ Sudah sana.” Mendengar itu Jen
bernafas lega, dan melepaskan pelukannya. Walaupun tidak rela tapi ia
membiarkan Daniah berjalan menaiki
tangga untuk masuk ke dalam kamarnya.
“ Pak mun kakak ipar gak marah sama
aku lho, jangan mengadu yang tidak-tidak pada kak Saga ya!” intonasi suaranya
sudah mengancam pak Mun. Laki-laki itu hanya diam tidak menjawab, dia menatap
Daniah yang semakin menjauh menaiki anak tangga. “ Jangan mengadu pada kak Saga
ya.” Mengulangi pertanyaannya. Dia bahkan mendekat, memastikan.
“ Baik nona.” Setelah menjawab pak Mun membawa kotak
stroberi yang masih tersisa separuh itu ke dapur. Sudah tidak penting lagi dia
duduk menonton di sana, karena nona yang harus dia awasi sudah masuk ke dalam
kamarnya.
Setelah mendengar jawaban pak Mun
Jen baru bisa kembali tenang. Dia duduk dan meraih keripiknya lagi.
Acara bahkan belum selesai.
Peresmian yang di lakukan Saga saja belum di mulai.
“ Kakak ipar pasti kecewakan,
kenapa kak saga pergi dengan kak Helen si.” Jenika.
“ ia, aku rasa kakak ipar cemburu
sekali kali ini.” Memasukan banyak keripik kemulutnya. “ Hehe, katanya tidak
suka, tapi sekarang dia cemburukan. Artinya dia sudah mencintai kak Sagakan.
Tidak sadar juga.” Jenikaa dan sofia malah tertawa merasa menemukan harta karun
dunia perasaan Daniah.
Saga naik ke podium. “ Kakak ipar
turunlah kak Saga sedang naik ke podium.” Jenika berteriak di bawah tangga. Tidak
ada sahutan akhirnya dia kembali ke sofanya.
Sementara itu Daniah membenamkan
diri di atas tepat tidur. Dia tidak mendengar suara jenika. Dia tidak melihat
sambutan Saga, yang secara tidak lagsung menyebutkan dirinya. Dia menarik
selimut. Merasa kesal.
Lantas apa arti kebaikaannya
paadaku selama ini. Cih, menyuruhku mencintainya bahkan mengandung anaknya, pada
akhirnya dia benar-benar kembali pada Helenkan. Jangan menyentuhku lagi setelah
ini. Kalau kau masih menyentuhku, itu benar-benar tidak tahu malu namanya.
Daniah akan menunjukan kecemburuannya dalam sikapnya. titik, itu rencana protesnya. tapi apa dia punya keberanian untuk melakukannya.
Bersambung