32 Perpisahan

( Kondominium WPO, Roma, Kerajaan Romawi Modern )

[ 1 Desember 2096, 19 : 00 ]

" Apaa !!!!!!!! Kakak, kau mau pergi jauh ? "

Saat ini Liz sedang menggoyang goyangkan bahu kakaknya yang hanya duduk di kursi dengan pandangan kebawah.

" Um, Aku mungkin tidak akan pulang lama sekali atau bahkan tidak pernah pulang. "

Jawab Hauver dengan nada sedikit sedih.

" Ka-kak, bagaimana kau tega meninggalkan ibu, dia masih belum sembuh dari sakitnya, bagaimana !!!! " Ucap Liz dengan gemetar, sorot matanya gelap, ia sangat kesal dengan kakaknya, bagimana ia bisa meninggalkan keluarganya hanya demi seorang wanita.

" Maaf. "

Hauver hanya bisa mengucapkan sepatah kata itu.

" Hanya karena wanita itu, kau meninggalkan keluargamu, kau yang terburuk. " Setelah itu Liz pergi dengan sedikit air mata turun dipipinya.

" Maafkan aku. "

Hauver masih tertunduk, setelah ia memutuskan ini dia tahu ini akan terjadi, semua pilihannya serba salah, akhirnya ia lebih memilih kepentingan umat manusia daripada Keluarganya, entah ini menjadi penyesalan ataupun keberhasilan, Hauvwr sudah memutuskan itu.

" Pasti berat, kan, menanggung semuanya sendiri, Hauver. "

Terdengar suara wanita dibelakang Hauver, saat ia mengalihlan pamdangannya kearah suara, ia melihat ibunya yang tertatih tatih berdiri di pintu.

" Ibu, apa yang kau lakukan, kau istirahat saja, badanmu masih belum sehat, dokter bilang seperti itu kan."

Hauver yang mengkhawatirlan ibunya, langsung pergi kearahnya dan menopang tubuhnya, lalu menuntunnya ke kursi tempat ia tadi duduk.

" Ibu mendengar semuanya kan. "

Hauver bertanya, namun itu bukan sebuah pertanyaan.

" Um, jadi kau benar-benar akan pergi jauh dalam waktu lama ? "

Tanya ibunya memastikan, padahal ia sudah tahu bahwa Hauver akan pergi setelah mendengar Percakapan antara Kedua anaknya tadi.

" Benar, aku mungkin tidak akan pernah pulang lagi, kau pasti menyesal kan melahirkan aku ? Aku memang anak yang tidak berbak-" Sebelum Hauver bisa melanjutkan kata-katanya, Sebuah tamparan menghancurkan monolognya.

" I-ibu. " Hauver kaget karena ditampar oleh Ibunya, Ibunya adalah orang yang jarang sekali marah, apalagi menamparnya.

" Kau ini bicara apa, kalian berdua, kau dan Liz, ibu tidak akan pernah menyesal melahirkan kalian, ibubmalah bersyukur, memiliki anak yang luar biasa seperti kalian, kalian adalah harta terbesar dalam hidup ibu. " Ucapan Ibunya itu membuat Hauver terharu, ia lalu mengeluarkan air mata, dan memeluk ibunya yang duduk itu dengan keras sambil menangis.

" Yosh, Yosh, jangan menangis seperti anak kecil, kau kan sudah besar, ayo ceritakan kepada ibu, biarkan ibu juga tahu beban yang kau tanggung. " Ucap Ibunya sambil mengelus elus kepala anaknya, yang menangis di pelukannya saat ini.

" * hiks * Aku sebenarnya tidak mau melakukan ini * hiks *, kenapa hanya aku, itu yang kupikirkan * hiks *, tapi saat pertarungan kemarin aku sadar, jika bukan aku sendiri, siapa yang melakukannya, jadi aku memutuskan itu, tapi tetap saja, aku tidak sanggup * hiks *. "

Ucap Hauver sambil tersedu sedu, menumpahkan seluruh pikirannya yang telah ia pendam sendiri kepada ibunya.

" Kau memang anak yang luar biasa, Nak, tinggalkanlah ibumu ini, dan jelajahi dunia. "

Ucap Ibunya sambil masih mengusap usap rambut Putih Hauver.

" Ibu * hiks * " Hauver menangis lebih keras, ia juga memeluk ibunya dengan sangat keras, untuk saat ini ia ingin melepaskan semua beban dan urusannya, lalu bersandar di pelukan ibunya. Dan ia juga berpikir bahwa, kasih sayang ibu, adalah hal yang paling berharga di dunia ini, lebih dari apapun, dan itu tidak akan pernah sanggup dibalas oleh seorang anak.

Liz yang masih berdiri dibelakang pinth kamarnya mendengar interaksi mereka berdua, ia sedikit mengeluarkan Air mata dari matanya dan bergumam.

" Kakak Bodoh. "

_____________________________________

( Bandara Roma Urbe, Roma, Kerajaan Romawi Modern. )

[ 2 Desember 2096, 07 : 30 ]

Pagi hari di Bandara Roma Urbe yang sibuk, ada orang yang sedang berbaris, mereka adalah Ibu Hauver, Liz, Dulio, Serra, Adelia, dan anggota Regu Zero yang lain, di depan mereka Hauver, Alice yang ada di kursi roda khusus, dan Olivia.

" Apakah semuanya sudah siap Hauver ? " Tanya ibunya kepada Hauver.Hauver lalu melirik ke Anggota Regu Zero yang lain.

" Dan juga, tak kusangka kalian akan datang semua kesini. " Ucap Hauver.

" Jangan begitu~ Hauver, kau adalah salah satu dari kami, tentu saja kami akan mengantarkanmu, Ya kan Vasco. " Yang mengucapkan itu adalah Adelia.

" Tentu saja, jangan lupakan kami oke, Hauver. " Ucap Vasco lalu ia maju dan memeluk Hauver.

" Bagaimana aku bis melupakan kalian. " Hauver juga membalas pelukan Vasco.

Setelah itu, Pedro juga maju ke arah Hauver dan memeluknya.

" Semoga perjalananmu menyenangkan, Hauver. " Ucap Pedro sambil memeluk Hauver.

" Um, terima kasih. " Hauver juga memeluk Pedro sebelum ia melepaskannya.

" Kakak Hauver, Nerri juga mau sebuah pelukan. " Ucap Nerri sambil merentangkan tangan kecilnya meminta sebuah pelukan.

" Tentu saja, apapun untuk Nerri. " Ucap Hauver mendekat ke Nerri, dan memeluknya.

" Hehe " Nerri hanya tersenyum malu-malu saat membalas pelukan Hauver. Setelah mereka selesai, Serra maju, namun tanpa memeluk Hauver, ia hanya memegang pundaknya.

" Jaga dirimu baik-baik Hauver. "Ucap Serra.

" Um, Terima kasih. " Jawab Hauver.

Setelah ucapan Serra, Dulio maju ke Hauver, mereka awalnya hanya saling pandang, lalu berpelukan.

" Jaga ibu dan adikku, jika terjadi apa-apa dengan mereka, kau akan menyesal. " Ucap Hauver dengan pelan ke telinga Dulio.

" Laksanakan. "

Dulio hanya mengonfirmasi bahwa ia akan melakukan hal itu, sehingga Hauver bisa lebih tenang. Setelah itu mereka berdua juga selesai berpelukan, sekarang giliran Regu Zero berpisah untuk Olivia.

Sedangkan itu, Hauver pergi kearah ibu dan adiknya.

" Bu, aku pergi dulu, jaga dirimu baik-baik, Dulio akan mengurus keperluan kalian berdua, jadi, jika ada kebutuhan apapun, kalian bisa bilamg kepadanya, maaf karena meninggalkanmu disaat seperti ini. "

Ucap Hauver sambil memeluk ibunya.

" Um, pergi dan lihatlah dunia luar. "

Ucap Ibunya.

" Iya. " Hauver mengangguk lalu ia melepas pelukan dari ibunya dan berencana untuk memeluk Liz, namun Liz sedikit bergetar, menandakan bahwa ia tidak ingin dipeluk oleh Hauver.

Hauver yang melihat itu mengurungkan niatnya, dan hanya mengusap kepala Alice lalu pergi.

" Kalau begitu aku pergi, semuanya. Ayo Olivia. " Ucap Hauver sambil mnenteng tasnya.

" Um, kalau begitu aku juga pergi dulu. "

Jawab Olivia lalu mengikuti Hauver sambil mendorong kursi roda Alice.

Liz yang dari tadi hanya menunduk, mendengar langkah kaki kakaknya semakin jauh, mendongakkan kepalanya, lalu ia berteriak kepada kakaknya dari kejauhan.

" Kakak !!! " Teriak Liz kepada kakaknya, cukup menarik perhatian di bandara yang ramai, bahkan Ibunya kaget dengan pristiwa tak terduga ini.

Hauver yang mendengar namanya dipanggil, lalu menengok kebelakang dan melihat Adiknya, melihat Hauver berhenti, Olivia juga menghentikan langkahnya.

" Aku pasti akan menjadi salah satu dari World Hero dan ikut menanggung bebanmu, lalu aku bisa membawamu pulang !!!. " Teriak Liz kepada kakaknya dari kejauhan.

Hauber hanya tersenyum dan berbalik, lalu melanjutkan langkah kakinya, dan juga berbicara dengan suara yang cukup keras.

" Ya, Berjuanglah. " Ucap Hauver sambil melambai, lalu bayangan Hauver dan Olivia sudah tidak terlihat lagi oleh rombongan.

Mendengar kata terakhir dari kakaknya Liz berlutut dan menangis keras, melihat itu Dulio, Serra dan anggota Regu Zero lainnya mencoba untuk menenangkannya.

Namun, Ibunya hanya melihat kearah dimana Hauver menghilang dan berpikir.

' Dia memang benar-benar anakmu, Sayang. '