Chapter 81 - Rezeki Nomplok

Alisya mengepalkan tangannya dengan kuat membuat kukunya tertanam dan merobek kecil telapak tangannya mengeluarkan darah yang cukup kental.

"Apa yang akan kau lakukan sekarang?" Bisik Karin dengan wajah serius.

Alisya hanya terdiam tak tau apa yang harus ia katakan kepada Karin. Fikirannya kosong dan tak tau dari mana ia harus memikirkan tentang semua itu.

Alisya menarik nafas dalam. Karin tau betul apa yang Alisya risaukan, Alisya selama ini terus berusaha menyembunyikan keberadaan dirinya untuk melindungi dirinya dan juga orang disekitarnya dari Black Falcon. Dan sekarang tanpa disadarinya, dia telah membuka jembatan untuk dapat ditemukan dengan mudah. Beritanya mungkin sudah dihapus Adith tapi Alisya belum yakin apa tujuan Adith melakukan hal tersebut.

"Alisyaaaa...." teriak seseorang dari luar kelas yang mengarah ke jendela.

Mendengar suara itu beberapa dari mereka langsung menghambur melihat kejendala. suara heboh mereka memekakkan telinga Alisya yang dengan cepat ia memegang kedua telinganya karena merasa sakit.

Semua orang yang tadinya cuek begitu mendengar teriakan mereka dengan cepat mencari sumber suara diluar kelas dan serentak menuju ke jendela.

"Kamu baik-baik saja Alisya?" Karin menghampiri Alisya yang memegang telinganya.

"Kamu kenapa?" tanya yogi khawatir.

"Aku juga tak tau, entah sejak kapan aku merasakan sakit pada telingaku saat mendengar suara! Jelas Alisya meringis kesakitan dan menekan telinganya dengan kuat.

Wajah Karin seketika menggelap, ia takut kalau Karin akan mengalami trauma yang lebih besar lagi karena sebelumnya kondisi Alisya sudah membaik, dan jika Alisya mengalami hal yang lebih parah lagi maka akan berdampak buruk bagi nyawanya.

Rasa takut Alisya lah yang dapat membuat kondisinya semakin memburuk.

"Alisya,, itu bukannya Adith??" teriak Adora dengan mata membelalak ke arah jendela.

"Adith? Mau apa dia disini? Bukannya bel masuk sudah berbunyi?" Rinto bingung menghampiri jendela melihat ke arah yang ditunjukkan oleh Adora.

"Alisyaaaahhh.... " teriak Adith sekali lagi dengan lebih keras menggunakan pengeras suara.

Mendengar suara Adith, Perlahan-lahan Alisya mengatur nafasnya dengan tenang dan rasa sakitnya semakin menghilang. Alisya merasa suara Adith Bagai senandung instrumen yang menetralisir dengungan sakit ditelinganya.

Semua siswa semakin heboh karena Adith berdiri dengan gagah menanti kedatangan Alisya.

Alisya yang belum terlihat dijendela membuatnya sekali lagi mengangkat pengeras suaranya untuk memanggil Alisya namun beberapa saat kemudian ia muncul dengan tatapan bingung.

Adith hanya terdiam menyaksikan wajah Alisya cukup lama membuat Alisya jengah tak mengerti apa maksud Adith memanggilnya.

"Apa sih???" teriak Alisya kesal.

"Aku merindukanmu,,, dan rasanya legah karena sudah melihat wajahmu!!!" teriaknya sambil berlari tak memperdulikan teriakan semua siswa yang mendengar kata-katanya.

Seluruh kelas mendadak heboh dengan sikap manis Adith. Baru kali ini mereka bisa melihat langsung ekspresi Adith yang tersenyum bahagian dan tulus. Senyum yang bukan untuk mereka namun mampu melelehkan hati mereka.

"Orang lain yang diberi vitamin, tapi aku gregetan dan panas dibuatnya!" seorang siswi dengan heboh menempel erat di jendela.

"Uaahhhh... Rezeki nomplok! Terimakasih Alisya, berkatmu aku bisa melihat senyuman di wajah super mustahilnya!" celoteh yang lainnya dengan gerakan tubuh meleleh penuh syukur.

Aurelia melihat Adith dengan tatapan sedih dan cemburu tepat di jendela kelas sebelah.

"Apa mereka sudah berpacaran???" wina berbisik pelan kepada Aurelia. Wina yang sudah semakin dekat dengan Aurelia memberanikan diri bertanya karena tahu betul bahwa Aurelia masih mencintai Adith dari cara dia memandang Adith.

Aurelia tak menjawab wina dan hanya pergi dengan mata yang memerah basah.

Sementara dikelas sebelah, suara gemuruh antara iri sekaligus cemburu Terhadap Alisya.

Alisya memegang kepalanya yang tak sakit dan memijitnya pelan.

"Apa sebenarnya yang di inginkannya?" suara Alisya terdengar sedikit kesal.

"Kalian sudah semakin transparan sekarang yah... " goda Karin mengalihkan perhatian Alisya mengenai kekhawatirannya dan ketakutannya mengenai Black Falcon.

Karin mngerlink kepada Rinto untuk membantunya namun Rinto hanya terdiam di tempat tak bergerak dan terbengong melihat Karin yang berkedip padanya membuat jantungnya berdetak cepat dan darah mengalir cepat yang seketika tubuhnya memanas.

Rinto yang hanya terdiam membuat Karin kembali melirik ke arah Yogi dan berbisik pelan.

"Yogi..." kode Karin lagi, namun Yogi hanya tertawa melihat reaksi Rinto.

"Apakabar semuanya??? Ada apa? Kenapa wajah kalian sumringah itu? Wajah kalian tampak horor satu persatu" ibu Arni masuk mengalihkan perhatian seluruh kelas.

Alisya terduduk dengan lemas sedangkan yang lainnya hanya tersenyum-senyum menerima pertanyaan ibu Arni.

"Sebulan lagi kalian akan melaksanakan ujian penaikan kelas 3, dan kali ini aturannya akan berbeda dengan tahun sebelumnya yang berdasarkan presentase kalian bersama partner!" Pengumuman ibu Arni membuat seisi kelas meronta penuh rasa khawatir dan takut.

Ibu Arni tidak memperdulikan teriakan siswanya yang dengan kasar menarik rambutnya dan menyapu wajah mereka.

"Kalian akan menghadapi tes pada bidang olah raga, kesenian dan praktikum! Untuk itu, saya datang memperingatkan kalian agar kalian bisa mempersiapkan diri dengan sebaik-baik mungkin" lanjut ibu Arni penuh semangat.

"Tidak terasa kita sudah berada di penghujung perjalanan masa remaja yah???" Yogi mengangkat kakinya keatas meja berpose keren setelah ibu Arni keluar dari kelas.

"Turunkan kakimu!!! Pelajaran selanjutnya akan dimulai" bentak Karin acuh tak acuh dengan kalimat Yogi.

"Karin,,, kau terlalu cuek! Tidak kah kau berpikir bahwa masa SMA harusnya tidak kita lalui dengan terus belajar? Kau harus bisa menikmati masa ini dengan baik" sela Yogi dengan suara lirih.

Alisya tersenyum mendengar kalimat Yogi. Ia berpikir bahwa selama ini ia tak begitu merasakan bagaimana kehidupan sekolah dan bagaimana rasanya sebuah persahabatan. Masuknya ia ke sekolah ini membuat banyak perubahan dalam hidupnya yang tidak ingin ia lewatkan dan sia-siakan begitu saja.

"Tentu saja aku menikmati masa ini, tapi ingat dimasa ini kita tidak terfokus terhadap hal-hal kecil yang bisa nembuat kita melupakan tujuan awal dalam meniti pendidikan seperti geng-gengan, bolos, pacaran, buat contekan pas besok ujian, comblang sana sini, dan yang lain sebagainya! tapi dengan pendidikan, kau bisa memiliki senjata paling ampuh untuk mengubah dunia dan peluru peluru yang kau butuhkan adalah dengan belajar!" terang Karin mengingatkan.

"Kau kaku sekali" cela Yogi mendengus berat.

Karin menghela nafas mendengar perkataan Yogi.