Chapter 87 - Aku Menyukai Alisya

"Selain itu, bisa terlihat dari telinga si pemakai akan berwarna sangat merah dan juga tampak bercak-bercak lebam di sekitar lehernya bukan hanya pada bola matanya saja. Rinto yang berada dihadapannya takkan bisa melihat dengan jelas karena lebih terfokus kepada wajah pria tadi" lanjut Yogi lagi karena posisinya yang berada disamping, sehingga dia dapat melihat dengan jelas telinga dan leher pria itu.

"Aku tak menyangka kau bisa mengetahui hal tersebut" Puji Adora takjub dengan Analisis Yogi yang terlihat keren.

"Selama ini ia selalu terlihat seperti seorang pelawak yang membuat kita lupa kalau Yogi adalah seorang pria yang cukup cerdas!" sanjung Emi dengan tersenyum malu-malu.

"Si*l, kalian anggap apa aku??" Yogi kesal mendengar ucapan mereka yang terdengar seperti ejekan.

Alisya kemudian pergi menuju toilet untuk membersihkan sisa-sisa kotoran Jus yang masih menempel di pakaiannya ditemani oleh Karin.

****

"Adith,,," Zein menghentikan Adith yang baru keluar dari toilet.

Adith memang melihat Zein yang sudah berdiri didepan pintu toilet namun memilih mengabaikannya. Tapi begitu Zein memanggilnya, ia kemudian menghentikan langkahnya tanpa menoleh dan tetap memperlihatkan punggungnya yang kokoh.

"Apa kau menyukai Alisya???" mendengar nama Alisya keluar dari mulut Zein, Adith menoleh dan menatapnya tajam.

"Buat apa kau menanyakan hal itu??? Soal perasaanku terhadap Alisya tidak ada hubungannya denganmu!!!" Tegas Adith panas. Adith merasa Zein sedang memancingnya.

"Aku tau betul kalau kau tidak pernah memperlakukan wanita seperti itu, itu artinya kau memang menyukai Alisya!" Lanjut Zein memancing jawaban Adith.

"Bukan Urusanmu!!!" bentak Adith melangkah pergi tidak perduli akan apa yang sedang Zein coba katakan.

"Aku menyukai Alisya!!!" Teriak Zein melihat kenaifan Adith yang sedari dulu selalu tak pernah berani mengungkapkan dan menunjukkan perasaanya.

"Apa maksudmu???" Adith mengepalkan tangannya dengan erat mencoba menahan diri.

"Kau selalu saja naif Adith, sama seperti apa yang kau lakukan kepada Aurelia dulu. Kau tidak mengungkapkan perasaanmu dan malah menahannya tanpa ada alasan yang pasti. Dan kali ini sikapmu sama kepada Alisya!" Zein melangkah maju dengan pandangan mengejek.

Adith yang marah karena ucapan Zein langsung melayangkan tinjunya dengan keras tepat ke wajah Zein.

"Tau apa kau tentang aku!!!" Ucap Adith memegang kerah baju Zein dengan kasar.

"Lepaskan!!! ada apa sih,,, kenapa kalian bertengkar disini??" Riyan datang melerai Adith dan Zein.

Zein terbatuk keras begitu Adith melepaskan cengkramannya.

"Kau tau, kau selalu saja takut mengakui perasaanmu sendiri dan bersikap layaknya pengecut dengan alasan terbayang-bayang oleh trauma masa lalu. Oleh karena itu Aurelia sengaja meninggalkanmu agar kau bisa memberanikan diri, tapi nyatanya kau malah membencinya sedang dia sangat mencintaimu!!!" Suara Zein serak namun terus berusaha berkata dengan suara lantang.

"Itu semua tidak ada hubungannya denganmu!!" bentak Adith mengingatkan Zein agar dia tidak melangkah terlalu jauh.

"Aku bisa merelakan Aurelia untukmu, tapi tidak untuk Alisya!!! dan sudah ku katakan padamu kalau aku menyukainya, tidak perduli apa yang akan kau lakukan!" Tegas Zein berlalu pergi meninggalkan Adith dan Riyan.

"Adith,, Aku rasa Zein cukup serius dengan kata-katanya! Tapi kalian berdua dulu sahabat, aku tidak ingin kalian bertengkar hanya karena seorang perempuan. Dan benar apa yang Zein katakan, Kau harus lebih berani menyatakan sikapmu dan jangan melepaskan segala sesuatunya dengan mudah. Jika tidak kau akan menyesal kembali lagi nanti. Aku harap kita bisa kumpul seperti dulu lagi" Riyan menepuk pundak Adith untuk memberikan dukungannya dan berlalu pergi mengikuti arah Zein.

Adith terdiam terpaku menyadari betul apa yang sedang terjadi. Karena frustasi ia menghempaskan kepalanya dengan kasar menggunakan kedua tangannya dengan gerakan yang tampak menggaruk kepalanya secara kasar dan meninju tembok dengan kuat.

****

Alisya dan Karin keluar dari toilet setelah merasa cukup bersih meski masih sedikit lembab karena pengering toilet yang tidak bekerja dengan begitu baik.

"Loh Adith belum datang?" Karin heran melihat Adith masih belum berada disana.

"Belum, kami juga bingung kenapa dia berganti pakaian sampai selama itu!" jawab Adora berdiri melihat kedatangan Alisya dan Karin.

Wajah Alisya merasa sedikit khawatir menyadarkan Rinto dan Yogi untuk pergi menemui Adith dan memastikan apa yang sedang dilakukannya sehingga memakan waktu lama hanya untuk berganti pakaian.

"Ayo, kita bisa tunggu di luar!" Ajak Karin mengarahkan teman-temannya.

"Oke, lagi pula mereka pasti takkan lama!" seru Feby semangat karena sudah tak sabar menahan rasa lapar.

Begitu mereka sudah berada tepat di depan pintu, tangan seseorang menghentikan dan menutupi pintu dengan kasar.

"Eitsss... mau kemana cantik??" pria yang sebelumnya menumpahkan Jus ke pakaian Alisya kini menghalangi pintu mereka keluar.

"Oh jadi dia cewek yang kamu bicarakan tadi? Boleh juga!" seorang pria dengan postur tegap datang di dampingi oleh beberapa orang lainnya yang tampak kekar.

"Iya Kak Bray, lihat teman-temannya. Tak kalah cantik juga kan???" tunjuk pria itu ke teman-teman Alisya.

"Apa yang kalian inginkan?" Alisya dan Karin meningkatkan kewaspadaanya.

"Bagaimana ini??? kenapa si brengsek itu kembali lagi sih?" Bisik Emi khawatir dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Jangan ganggu mereka!" Beni mencoba memberikan mereka ancaman.

"Bresng***! lebih baik kamu diam jika masih ingin hidup." Beni langsung mendapat hantaman keras tepat di wajah dan perutnya. Beni meringkuk dan meringis menahan sakit diperutnya.

"Beni,,, kamu tidak apa-apa??? Kamu baik-baik saja kan???" Teriak Adora dan menghampiri Beni yang terbatuk-batuk menggeleng pelan.

Gani yang berusaha menyelamatkan Beni pun tak luput dari hantaman mereka.

"Hummm... kamu boleh juga, tidak rugi Ikbal memaksaku untuk kemari" pria itu meremas bokong Adora dengan kasar membuat Adora marah dan refleks menaikkan tamparan namun di hentikannya dengan mudah.

"Kurang ajar,,, berani sekali kamu!!!" Adora masih berontak. Tangannya di genggam dengan sangat kuat membuat dia merasa kesakitan.

"Lepaskan dia!!!" Karin menghardik marah melihat kejadian itu. Fikiran Karin kalut mendapatkan kejadian tak terduga seperti itu. Jika disana hanya ada mereka berdua dengan Alisya, maka akan dengan sangat mudah Karin melumpuhkan mereka. Namun Karin berusaha menahan diri untuk melindungi teman-temannya yang kebanyakan adalah perempuan.

"Saat kau menumpahkan minuman di bajuku dan menghinaku aku mungkin takkan marah, tapi aku takkan memaafkan orang yang sudah berani menyentuh dan menghina teman-temanku!!!" Alisya menggertakkan giginya dengan kuat. Karin dengan cepat mencoba menenangkan Alisya karena takut kalau Alisya mungkin dapat dengan mudah membunuh mereka. Karin berharap agar setidaknya Adith dan yang lainnya segera muncul secepatnya sebelum keadaan semakin parah.