Chapter 88 - Asbak Keramik!

"Alisya, ini tempat umum! jangan menarik perhatian lebih besar lagi. Lihat, bahkan pengaman dan juga para karyawan tempat ini sepertinya takut dengan mereka!" Alisya melihat kesekelilingnya dimana para karyawan menatap dengan rasa khawatir dan takut sedang satpam tempat itu hanya berdiri membeku. Alisya merasa kesal karena ditempat umum seperti ini para pengawalnya tidak akan mungkin menghampiri Alisya terlebih karena banyaknya teman-teman Alisya di sekelilingnya.

"Siapa pemilik tempat ini??? kenapa mereka membiarkan orang-orang brengsek seperti mereka masuk ke tempat ini?" Alisya semakin tak bisa menahan amarahnya.

"hahahahahaha,,, memangnya apa yang bisa kau lakukan jika bertemu dengan pemiliknya hah???" Ucapnya memegang erat tangan Adora yang terus berusaha melepaskan diri.

"Lepaskan dia!!!" Beni berontak memukul keras wajah Ikbal dengan keras yang kemudian Beni di ringkuk oleh anggota pria tersebut.

"Beni.... akhhhh!!!" Rambut Adora sudah ditarik oleh Bray yang sebelumnya di sebut kakak oleh pria yang wajahnya lebam terkena tinju Beni.

"Bukan saatnya kamu mengkhawatirkan orang lain!" ucapnya sambil menjambak rambut Adora dengan keras.

Alisya yang marah dengan cepat menedang dada si pria dengan keras mematahkan 3 tulang rusuknya melepaskan genggaman eratnya di rambut Adora.

Alisya menyelamatkan Adora dari genggaman si pria itu. Adora langsung lari menepi dan memeluk Emi karena ketakutan.

"Alisya dibelakangmu!!!" teriak Emi ketakutan.

Dan tiba-tiba saja pecahan beling sudah berhamburan melewati kepala Alisya.

"Nice Karin! kemampuanmu sudah cukup meningkat ternyata." Alisya berbagi tepukan dengan Karin yang tersenyum keren setelah menendang botol yang akan mengenai kepala Alisya dan menghempaskan anggota si pria tersebut.

"Kak, kakak baik-baik saja??" Pria yang menghentikan Alisya dengan cepat membantu pria itu berdiri.

"Sia**n!!! kau harus membayarnya" Pria itu langsung mengeluarkan sebuah senjata pistol dan menodongkannya kepada Alisya.

"Alisyaaa...." semua teman-temannya berteriak kaget melihat pria itu sudah mencoba menarik pelatuknya. Lalu kemudian suara tembakan dengan besar berbunyi memekakkan telinga bersamaan dengan Adith yang datang melompat ingin melindungi Alisya.

Adith terpental jauh dan terkapar seketika saat tubuhnya membentur lantai dengan sangat keras.

"Adiiithhhh..." Gina dan yang lainnya berteriak keras.

Alisya melesat melompat dengan kaki langsung melingkar ditangan Bray dan mematahkannya lalu merebut pistol tersebut dan memasukkanya kemulut Bray di lanjutkan dengan sebuah tendangan keras menghantam telinga kanan Ikbal.

Karin dengan sikap menambahkan pukulan beruntun di perut dan di lanjutkan dengan hantaman lututnya kekepala Ikbal membuatnya jatuh terkapar lalu menghantam seluruh anggota lainnya dibantu oleh Beni, Gani, Rinto dan Yogi tepat setelah Alisya memasukkan pistol tersebut dan mengambil ancang-ancang menarik pelatuknya.

"Alisya, kendalikan dirimu!!!" Karin takut kalau Alisya akan menarik pelatuknya.

Alisya hanya menoleh dan tersenyum. Melihat senyuman Alisya, Karin menghembuskan nafas lega. Karin yakin Alisya punya alasan dibalik tindakan beraninya itu, namun Adora dan yang lainnya takut melihat tindakan Alisya tapi tidak berani berkata apa-apa.

"Jauhkan pistolmu dari bang Bray!" seorang pemuda yang cukup berwajah tampan namun garang balik menodongkan pistol ke kepala Alisya.

"ck ck ck,," Alisya berdecak dingin tak bergeming meski sebuah pistol juga sekarang sudah berda dikepalaya.

"umh, ummh,,mmhh" Bray berusaha menyelamatkan diri namun Alisya menekan pistol di mulutnya dengan kuat kearah dinding.

"Aku takkan melakukan itu jika jadi kau!" Alisya menunjuk ke arah jantungnya yang terdapat cahaya berwarna merah.

"Penembak jitu???" Kagetnya namun masih belum menurunkan pistolnya dari kepala Alisya.

"Sudah ku bilang aku takkan memaafkan siapapun yang berani menyentuh teman-temanku!" tatap Alisya tajam mengacuhkan pistol yang masih berada dikepalanya.

"Jangan bergerak!!!" ancam pemuda itu.

"Kau harus membayar apa yang sudah kau lakukan!" Alisya mematahkan tangan kiri Bray membuatnya meringis kesakitan dan berteriak dalam diam.

"Wanita Jal**g" Pemuda itu mencoba menarik pelatuknya, namun tepat sebelum suara tembakan menggelegar tanganya sudah bersimbah darah dan menjatuhkan senjata yang dipegangnya.

"Bukankah sudah ku ingatkan? jika kau masih ingin hidup meringkuklah dulu disitu!" ancam Alisya dingin.

Tatapan dan Aura yang dikeluarkan oleh Alisya bukan hanya membuat takut Bray dan pemuda itu, tetapi juga teman-teman Alisya yang lain. Tetapi setelah melihat ekspresi Karin yang datar mereka jadi bingung.

"Bagaimana mungkin Karin bisa setenang itu melihat Alisya seperti itu?" suara Emi bergetar hebat dengan kejadian yang sedang dilihatnya itu.

"Itu karena Karin percaya kepada Alisya!" tegas Rinto menenangkan mereka meski ia juga baru kali itu melihat tatapan menakutkan Alisya.

Rinto yakin kalau Alisya sudah cukup sabar dalam menahan diri sejak tadi.

"Alisya memang sempat hilang kendali setelah melihat Adith yang terkapar, tetapi begitu melihat tidak ada darah yang keluar dari tubuh Adith jadi dia masih bisa mengendalikan dirinya" tambah Yogi yang tak bisa memalingkah pandangan matanya dari Alisya.

"Tepat saat Adith melompat untuk melindungi Alisya, Alisya dengan kuat menendang dada Adith. Dan beruntunglah tidak satupun dari kita yang mendapatkan tembakan itu" Jelas Karin setelah memeriksa kondisi Adith dengan baik.

"Apa yang terjadi???" tanya Adora bingung. Jika tembakan itu tidak mengenai Adith, maka seharusnya akan mengenai salah satu dari mereka atau malah melesat menghantam apapun disekitar mereka.

Karin menaikkan sebuah Asbak tebal yang terbuat dari Keramik.

"Keramik??? Bagaimana mungkin keramik bisa menahan peluru?" ujar Gani tak menyangka sebuah keramik bisa menyelamatkan nyawa Adith dari peluru.

"Keramik memiliki berat yang ringan namun memiliki kekuatan yang melebihi kekuatan logam. Jika logam (dengan ketebalan tertentu) masih mengalami deformasi saat dikenai peluru (karena sifat elongasinya yang tinggi), keramik akan menghancurkan peluru. Kekerasannya yang cukup tinggi membuat peluru tidak mampu untuk menembusnya" Jelas Karin memperlihatkan bekas putaran peluru di asbak tersebut.

"Lalu bagaimana bisa asbak itu bisa menyelamatkan Adith?" tanya Yogi masih tak mengerti.

"Saat Alisya menendang dada Adith ia menempelkan Asbak itu tepat didadanya. Adith pingsan karena tendangan sekaligus tekanan yang dihasilkan oleh tembakan peluru tersebut!" saat mereka sedang berbicara, polisi akhirnya menyerbu masuk kedalam tempat karaoke tersebut dan menangkap Ikbal yang sedang terkapar berikut dengan anggotanya.

"Jatuhkan senjatamu!!!" bentak seorang polisi kearah Alisya dengan menodongkan senjatanya.

"Alisya,, cukup! kau sudah bisa melepaskannya" bujuk Karin kepada Alisya. Melihat polisi menangkap Ikbal dan komplotannya yang lain dan meringkus si pemuda yang berlumuran darah tersebut membuat Karin paham bahwa karyawan tempat itulah yang melaporkan kejadian tersebut kepada polisi.