Chapter 90 - Dengarkan Suaraku!

"Tidak Alisya, kamu hanya menahan diri agar mereka tidak melihatmu berbuat lebih. Dan apa yang kamu lakukan itu sudah sangat benar, Adith juga tak mengalami luka sedikitpun! Dia hanya tak sadarkan diri karena tekanan peluru yang menekan dadanya sangat kuat akibat jarak tembak yang cukup dekat namun hal itu tak melukai organ vital Adith dan memberikannya dampak yang besar" Jelas Karan dengan nada lembut yang hangat mencoba menenangkan Alisya.

Jam di tangannya berdecik menunjukkan angka 90%.

"Tapi itu tidak bisa menyembunyikan kenyataan bahwa aku tak bisa melindunginya!!!" Bentak Karin marah menendang Bray jatuh terduduk dengan senjata menempel kembali di kepalanya.

Karan sadar betul kalau Alisya masih belum bisa mengendalikan diri sepenuhnya.

"Alisya..." Adith menerobos masuk memegang dadanya yang terasa keram.

"Quenby..." sekali lagi Adith mencoba memanggil Alisya dengan sebutan lain namun tatapan Alisya masih kosong dan penuh amarah.

Karan dan Karin terdiam tak ingin mengganggu Adith yang sedang membujuk Alisya. Karin bahkan menutup mulutnya dengan sangat erat karena tangisnya yang masih belum berhenti.

Melihat Adiknya menderita Karan dengan segera memeluk erat Adiknya dan menenangkannya.

Alisya masih tidak bereaksi dengan senjata yang menempel erat ditangannya. Adith maju perlahan-lahan sambil bersenandungkan lagu "I Love You 3000". Lagu yang sering mereka nyanyikan bersama dulu sewaktu mereka kecil.

Senandung Adith perlahan-lahan meresapi Alisya yang tampak melemahkan genggamannya pada pistol tersebut. Begitu melihat angka di tangan Alisya perlahan-lahan menurun, Adith memperbesar langkahnya menghampiri Alisya lalu dengan cepat memeluknya erat.

Pelukan hangat Adith dan desahan nafas lembut Adith secara perlahan menyadarkan Alisya membuat Alisya menjatuhkan pistol tersebut dari tangannya. Adith dengan sigap menendang pistol tersebut kearah Karan.

"Tidak apa, tutup matamu jika kau takut! Dengarkan suaraku!" ucap Adith menenagkan Alisya yang sudah jatuh kedalam pelukannya.

"Adith,,, aku lapar!!!" suara Alisya sudah terdengar lebih jernih dari sebelumnya.

Adith tertawa kecil mendengar ucapan Alisya.

"Oke, kita keluar cari makan yukk!" Ajak Adith membantu Alisya berdiri.

"Kami akan keluar melalui pintu samping karena di depan begitu banyak orang dan kamera!" Adith menatap Karan tegas.

"Baiklah, aku akan menjelaskannya pada Jonatan!" terang Karan masih memeluk Karin erat. Karin mulai tenang begitu melihat Alisya telah perlahan sadarkan diri.

Adith dan Karan akhirnya memutuskan untuk keluar dari pintu yang berbeda. Begitu melihat Karan yang keluar pak Jonatan langsung memerintahkan bawahannya untuk masuk dan mereka mengeluarkan Bray yang setengah sadar.

"Apa yang sedang terjadi? kenapa hanya kalian berdua yang keluar dari sana?" Pak Jonathan bingung karena tak melihat orang lain yang keluar selain Karan dan Karin serta Bray. Sedang ia melihat Adith juga ikut menerobos masuk setelah sadarkan diri begitu pula dengan Zero Alpha yang telah disebutkan oleh Karan di Awal.

Karan menjelaskan semuanya sedetail mungkin kepada pak Jonatan dan dia mengangguk paham lalu membubarkan seluruh kerumunan yang ada.

"Aku tak bisa melakukan apapun untuk Alisya kak!" Suara Karin lirih kembali meneteskan air matanya.

"Tidak Karin, kamu sudah melakukannya dengan baik!" Karan mendudukkan Karin untuk membuatnya tenang.

"Tapi suaraku tidak mempengaruhinya sama sekali. kakak bisa lihat sendiri bagaimana Alisya tadi?" suara Karin mengeras seiring dengan penjelasannya.

"Benarkah? aku malah melihat yang sebaliknya!" senyum Karan duduk disamping Karin dan merenggangkan tubuhnya.

"Apa maksudmu???" Karin tak paham apa maksud dari perkataan Karan.

"Sepertinya sebelum Alisya kehilangan kontrol atas dirinya, dia sudah mengosongkan peluru yang ada di pistol yang dipegangnya. Selain itu, karena suaramulah Alisya masih tetap bisa mempertahankan dirinya dilihat dari angka yang ada di jam tangannya yang tetap berada di angka 95% dibawah tekanan seperti tadi!" Jelas Karan sambil mengelus lembut rambut adiknya.

Karin mengerutkan keningnya masih belum yakin arah pembicaraan Karan meski ia terkejut karena tak tahu kalau Alisya sempat mengosongkan peluru yang ada di pistol tersebut. Tapi Karin yakin kalau Karan takkan berbohong hanya untuk menenangkannya karena ia melihat Adith menendang pistol yang dipegang Alisya. Meski ia tidak memperhatika pistol itu dengan baik.

"Kau taukan kalau Alisya sangat menyayangi dirimu begitu juga dengan orang yang berada disekitarnya. Ketika ia merasa tak mampu berbuat apa-apa Alisya berada dalam sebuah beban yang cukup berat terlebih saat orang yang dicintainya jatuh terkapar dihadapannya. Tertembaknya Adith membuat kondisi Alisya semakin parah karena hal itu telah mengingatkannya kepada ibunya! Tapi berkat kamu, berkat suara kamu, Alisya bisa bertahan sedikit lebih lama dengan kondisinya yang tak stabil tadi." Jelas Karan lebih lanjut.

"Jadi maksud kakak, Alisya masih mendengarku?? maksud aku, dia masih menganggap kehadiran kehadiran aku?" suara Karin lirih menatap Karan dalam-dalam.

"Iya sayang.... Aku yakin Alisya sangat mengkhawatirkanmu sekarang!" Jitak Karan ke dahi Karin yang putih mulus dan memberiannya sapu tangan menghapus air matanya.

"Puuffffrrrrtttttt!!!!!" Karin mengambil sapu tangan Karan dan mengeluarkan lendir dihidungnya lalu bernafas legah.