Chapter 92 - 7 Nyawa

"Alisya,,, kau kenapa? kau bisa sakit jika berlama-lama terkena hujan!" Adith khawatir dengan kondisi Alisya yang belum membaik jika harus terkena hujan lagi.

Suara Adith seketika membuat Alisya jatuh terduduk memeluk kedua lututnya dan menangis hebat. Adith kaget melihat tingkah Alisya seperti itu, ia tidak mengerti mengapa Alisya tiba-tiba saja menangis sekeras itu. Beruntulah saat itu sedang hujan deras sehingga suara tangisnya teredam oleh suara deru hujan. Jalanan yang mulai sepi membuat tak banyak orang yang melihat apa yang sedang dilakukan oleh Alisya.

Adith memberikan waktu kepada Alisya untuk terus menangis. ia bingung tak tau harus bagaimana caranya menenangkan wanita yang sedang menangis hebat. Namun begitu dirasa Alisya sudah menangis sekitar 15 menit barulah Adith duduk dan mengguncangkan tubuh Alisya.

"Alisya, kamu baik-baik saja? ke.. kenapa kamu menangis? apa yang membuatmu menangis??" Adith bertanya dengan penuh keraguan.

Alisya menarik nafas dalam menatap Adith penuh kemarahan lalu berdiri dan pergi meninggalkan Adith.

"Kamu kenapa sih Sya? kamu marah?" Adith terus mengejar Alisya ditengah derasnya hujan.

Alisya tak menjawab dan malah memperlebar langkahnya kemudian berlalari. Melihat Alisya yang berlari Adith kemudian mengejarnya dengan sekuat tenaga karena lari Alisya yang sangat cepat. butuh usaha lebih bagi Adith untuk bisa mengejarnya.

"Apa yang kamu lakukan??? kenapa kamu seperti ini?" Adith agak susah bernafas ditengah hujan deras yang menghalangi rongga hidungnya untuk mengambil nafas banyak.

Alisya hanya menepis tangan Adith dan berlalu pergi.

"Hentikan tingkah mu ini!!!! jelaskan padaku apa yang terjadi!!!" bentak Adith dengan suara keras menahan gerakan Alisya dengan membenturkan tubuh Alisya ketengah dinding dengan sangat kuat.

"Kau yang harus menghentikan tingkahmu!!! suara Alisya tak kalah keras membentak Adith. Adith tetap tak melepaskan genggamannya dari Alisya takut ia akan melarikan diri lagi tanpa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

"Apa maksudmu?" tanyanya dengan terus menyapu air yang membasahi seluruh wajahnya berusaha untuk melihat perubahan ekspresi diwajah Alisya.

"Kau pikir siapa dirimu??? pahlawan? super man? apa yang akan kau lakukan dengan melompat seperti orang bodoh? kau pikir kau memiliki 7 nyawa ditubuhmu? atau kau pikir kau akan terlihat sangat keren di mata semua orang saat kau menerjang seperti tadi?" Alisya berteriak sekuat tenaga mengeluarkan seluruh emosinya yang membuatnya mengalami kesulitan bernafas karena luapan yang sedari tadi ditahannya.

"Jadi kau bisa mengingat semuanya? Karin memberitahuku bahwa kau akan melupakan segalanya saat kau sudah tersadar kembali karena tekanan besar yang selalu kau hadapi saat ini??" Adith tak percaya kalau ternyata Alisya bisa mengingat semua kejadian itu dengan baik.

"Apakah itu yang penting sekarang???" tatap Alisya tajam yang dengan mudahnya ia melepaskan diri dari genggaman Adith dan menampar Adith dengan sangat keras.

"Alisya aku..." Adith berusaha untuk menjelaskannya kepada Alisya.

"Jangan pernah lakukan hal itu lagi. Aku bisa melindungi diriku sendiri!!!" mata Alisya kembali berderai Air mata mengingat wajah Adith yang terkapar tak berdaya dihadapannya.

Tubuh Alisya bergetar hebat kembali mengingat kejadian tersebut yang juga mengingatkan dirinya akan kematian ibunya tepat didepan matanya.

"Lalu apa yang harus aku lakukan??" bentak Adith menghentikan Alisya yang akan bergerak pergi.

"Apa aku harus diam melihat kau mati tertembak? meski aku tau kau mungkin bisa melindungi dirimu sendiri, tapi tubuhku bergerak mengikuti kata hatiku sebelum alam bawah sadarku menyadari apa yang sudah aku lakukan. Aku tak ingin melihat orang lain terluka apa lagi terbunuh terlebih jika orang itu adalah kau Alisya!" Adith mendekat dan memeluk Alisya dengan melingkarkan tangannya di atas bahu Alisya.

"Begitu pula aku Adith, aku tak ingin kehilangan siapapun. Aku tak ingin seseorang mati karena melindungiku lagi, aku tak ingin...." Alisya tak mampu melanjutkan kalimatnya. Pelukan hangat Adith membuat hatinya semakin sakit dan tak berdaya. Air matanya tumpah kembali lebih deras bagaikan hujan yang masih terus mengguyur.

Sudah lama sejak terakhir kali Alisya menangis, saat kepergian ibunya yang meninggalkan dia untuk selamanya sedikitpun Alisya tak mengeluarkan Air matanya dan hanya menampungnya dalam amarah serta kebencian yang mendalam dan untuk pertama kalinya Alisya menangis sejadi-jadinya karena Adith.

"Apa yang terjadi???" nenek Alisya kaget melihat Adith tengah menggendong Alisya di balik punggunya yang sedang tertidur.

"Alisya tertidur karena terlalu banyak menangis! Jadi aku menggendongnya sampai kesini" Adith tetap tegap dihadapan nenek Alisya dengan suara lembut tak ingin membangunkannya.

"Menangis???" nenek Alisya membelalak tak percaya. Ia takjub dengan semua perubahan besar yang dilakukan oleh Alisya semenjak kehadiran Adith dalam kehidupannya.

"Emmmmm.. aku tak tau bagaimana menjelaskannya nek, aku..." Adith takut nenek Alisya akan marah baik kepadanya maupun kepada Alisya.

"Masuklah dulu! baringkan Alisya ke atas ranjang dan keringkan tubuhmu! malam ini kau harus tetap berada disini untuk menjelaskannya" nenek Alisya sebenarnya sudah mengetahui apa yang sedang terjadi namun sengaja menahan Adith.