Chapter 93 - Mode Killer On

Adith membaringkan Alisya di tempat tidur kemudian keluar menunggu nenek Alisya mengganti pakaian Alisya dengan pakaian kering dan menghangatkan ruangan untuknya.

"Masuklah dan mandilah air panas agar tubuhmu lebih hangat, setelah itu keringkan tubuhmu dan pakai baju yang sudah aku sediakan!" nenek Alisya langsung mengarahkan Adith masuk kedalam satu kamar kosong yang mana air di kamar mandi sudah ia panaskan serta di atas ranjang sudah tersedia pakaian untuk Adith.

"Tapi aku masih harus menjelaskan semua tentang Alisya!" Adith berbicara setengah menggigil karena pakaiannya yang masih basah.

"Itu tidak penting sekarang, kamu akan sakit jika masih berlama-lama dengan pakaianmu yang basah! jadi sekarang uruslah dirimu sediri terlebih dahulu" nenek Alisya mendorong Adith masuk kedalam kamar dan menutupnya dari luar.

Pasrah dengan permintaan neneknya, Adith dengan segera berjalan masuk kedalam kamar mandi dan membersihkan diri serta membungkus dirinya dengan handuk tebal yang hangat lalu kemudian berganti pakaian.

"Sepertinya ini pakaian ayah Alisya, tak kusangka pakaian ini cukup pas dengan tubuhku!" Adith melihat dirinya dicermin memuji tubuh tegapnya lalu berbaring sebentar di kasur.

Adith merasa lelah dengan segala hal yang sudah terjadi, tak disangka kalau Alisya bisa menghadapi berbagai macam situasi menegangkan yang mengancam nyawa seperti tadi. Baru kali itu ia berurusan dengan senjata namun Adith sudah merasakan ketakutan yang cukup hebat. Adith tak bisa membayangkan bagaimana Alisya bisa dengan santainya seolah tak terjadi apa-apa.

"Bukannya Karin dan ayah Karin pernah berkata kalau Alisya akan melupakan semua hal yang terjadi ketika dia mendapatkan tekanan yang sangat besar. Tapi ketika melihat reaksi Alisya tadi, itu artinya dia sebenarnya mengingat semuanya tapi dia memilih untuk bersikap seolah-olah melupakannya untuk membuat orang lain melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan!" Adith bertengkar dengan pemikirannya sendiri sambil menatap langit-langit kamar yang memiliki penghangat ruangan tersebut.

"Kau benar-benar sesuatu Alisya" Suaranya menghilang seiring dengan kesadarannya yang sudah mulai berlayar di alam mimpi. Adith akhirnya tertidur setelah semua pertengkaran dan konflik yang ada dalam kepalanya.

***

Alisya bangun dengan kepala yang sedikit pening akibat hujan dan tangisan yang menjadi-jadi semalam. Dengan berat ia melangkah pergi menuju ke luar kamarnya mencari kotak P3K mengambil obat untuk sekedar meringankan rasa sakit dikepalanya.

"Setengah 6 pagi, masih ada waktu. Aku tak perlu bergegas ke sekolah!" Alisya bersuara serak memijit-mijit kepalanya pelan.

"Kamu sakit kepala???" Adith bertanya dengan suara ngos-ngosan mengagetkan Alisya.

"Apa yang kau lakukan dirumahku???" susah payah Alisya menelan ludahnya.

Alisya yang kaget langsung melemparkan gelas dari genggamannya kearah Adith. Beruntunglah Adith memiliki refleks yang cepat dan gelas yang Alisya pegang adalah gelas Aluminium.

Mata Alisya terbelalak kaget melihat roti sobek Adith yang terpahat sempurna ditubuh Adith. Dadanya yang bidang berkilauan karena peluh membanjiri tubuhnya membuat Adith tampak sangat seksi dimata Alisya.

"Baru bangun mode Killer sudah On saja, bisa hati-hati dikit nggak sih? kalau gelas kaca kan susah juga urusannya!" Adith berjalan mendekati Alisya yang menatap membeku.

Alisya tak bergerak dari posisinya karena masih tak mempercayai apa yang sedang ia lihat dihadapannya.

Perlahan tapi pasti Adith mendekati Alisya, semakin dekat sampai Alisya mulai bisa mencium aroma khas tubuh Adith yang berbau wangi. Adith sudah berada tepat dihadapan Alisya menyisakan jarak beberapa sentimeter dari tubuh Alisya. Alisya menutup matanya kuat-kuat bahkan menahan nafas lalu kemudian membuka matanya saat nafasnya sudah mulai habis.

Karena menarik nafas tanpa persiapan, Alisya kehabisan nafas yang membuat wajahnya merah menyala. Alisya bingung karena tidak terjadi apapun dan hanya melihat Adith meneguk minumannya dengan cepat.

"Sepertinya kau menginginkan hal lain, kau tidak malu dilihat sama nenek???" senyum nakal Adith dengan ekspresi licik membuat Alisya seketika merasa sangat malu dan langsung menaikkan tendangannya ke arah Adith.

Adith dengan sigap menepis tendangan Alisya yang dilanjutkan dengan kepalan tinju kemudian tendangan lagi. Adith melompat tinggi melewati meja disebelah meraih Apel kemudian duduk manis sambil menggigit apel dengan senyuman licik.

Alisya yang merasa kesal tak menyangka ia bisa dengan mudah dipermainkan oleh Adith, terlebih karena dirinya yang seorang Zero Alpha. Merasa harga dirinya terluka, Alisya menyerang Adith sekali lagi dengan serangan yang beruntun untuk memberikan pelajaran kepada Adith.

"Masih pagi kalian sudah bersemangat, masa muda yang membuatku sangat iri. Apa yang kalian lakukan saat ini persis seperti waktu Aku dan kakekmu masih muda dulu!" neneknya bersandar didinding menangku tangannya memandang Alisya dan Adith dengan kedua tangan yang terpaku berikatan erat karena kemunculan neneknya.

Adith dan Alisya menatap neneknya bingung dan tak percaya dengan tingkah neneknya yang tersenyum penuh semangat.

"Jadi, sampai kapan kalian akan pegangan tangan terus??? hm? hm?" nenek Alisya menopang dagunya keatas meja dihadapan tangan Alisya dan Adith yang masih bergenggaman erat.

"Ahhhh,, nenek apa-apa'an sih...." Alisya yang malu dengan refleks mendorong keras Adith sehingga ia terdorong keras dan jatuh tersimbah di atas kursi sofa.