Chapter 103 - Sistem Roling

Sudah seminggu lebih kelas Mia 2 mendapatkan bimbingan dari 3 orang top Elite Adith, Zein dan Riyan ditambah dengan Alisya dan Karin yang merasa sangat terbantu dengan kehadiran 3 orang tersebut.

"Uwaaahhh,, akhirnya kita selesai juga hari ini!" Emi meluruskan badannya yang sudah pegal setelah merasa telah cukup untuk menyelesaikan seluruh materi yang diberikan oleh Adith.

"Sistem roling dalam pembimbingan yang mereka lakukan ternyata sangat berpengaruh besar terhadap minat belajar kita!" Gina menyandarkan tubuhnya mendengar kalimat Emi.

"Benar, dengan begitu kita tidak akan bosan karena di ajar oleh orang yang sama secara berulang-ulang. Selain itu teknik yang digunakan oleh tiap orang berbeda-beda!" tambah Yana merasa puas dengan seluruh materi yang telah di ajarkan.

"Cara Adith dan Alisya dalam memahami tingkat kemampuan kita dalam beberapa mata pelajaran sangat luar biasa, sehingga mereka dengan mudah memberikan kita ringkasan dan penjelasan yang membuatku dapat memahami semua penjelasan mereka dengan baik!" lanjut Adora tak kalah semangat.

"Tapi sayang, hari ini kita tidak mendapat pembimbingan dari mereka! padahal aku sangat ingin di bimbing oleh mereka sampai akhir!" keluh Feby menaruh dagunya ke atas meja dengan suara malas.

"Kalian kan tau sendiri kalau mereka bukan hanya berperan sebagai siswa disekolah, tapi juga seorang pebisnis di perusahaan mereka masing-masing. Dan sungguh luar biasa mereka bisa menyempatkan waktu untuk memberikan kalian bimbingan selama beberapa hari ini. Cukup katakan terimakasih akan sangat membuat mereka berharga ketimbang mengeluh seperti itu!" Karin mencoba mengingatkan teman-temannya mengenai keluh kesah mereka yang malah hanya akan membuat segala bantuan yang sudah diberikan oleh Adith, Zein dan Riyan menjadi tak dihargai ataupun dihormati sehingga bisa saja mereka akan merasa tak bernilai akibat keluh kesah mereka.

"Karin benar, selain ucapan terimakasih kita bisa membuktikan kepada mereka bahwa segala hal yang telah mereka berikan selama ini sangat membuahkan hasil yang baik dengan mendapatkan nilai serta poin diatas dari ketentuan dan meraih rata-rata nilai yang terbaik!" tambah Rinto yang sebenarnya juga sedang memotivasi dirinya sendiri.

"Sepertinya kalian lebih dewasa dalam berpikir yah!" Alisya tersenyum menggoda membuat Rinto dan Karin memerah merona karena malu.

"Dan karena kalian sudah bekerja dengan sangat keras selama ini, maka hari ini kita pulang lebih awal untuk mengistrahatkan seluruh tubuh juga otak kita! seperti yang dikatakan oleh Adith, Belajarlah semampunya setelah itu tidurlah sepuasnya! Agar tubuh kita bisa lebih rileks dan siap untuk bertempur nanti!" Seru Yogi dengan penuh semangat.

Mereka semua akhirnya pulang dengan seluruh tubuh yang sudah cukup lelah dan terbebani sehingga apa yang dikatakan oleh Yogi membuat mereka melangkah gontai dengan segera menuju rumah masing-masing.

Seperti biasa, Alisya selalu saja memilih pulang berjalan kaki dibanding menuruti tawaran paksa dari semua teman-temannya termasuk Karin. Alisya tidak langsung menuju rumah melainkan mampir ke sebuah minimarket yang berada tak jauh dari rumahnya.

"Wah,, Neng kliatannya lemas sekali. Sekolahnya sulit yah Neng.. lagi banyak tugas?" seorang tante penjaga Kasir yang sudah kenal dekat dengan Alisya karena sering mampir menyapanya dengan ramah.

"Oh iya tante, ada sedikit yang harus diselesaikan karena mulai minggu depan kami semua akan melakukan ujian penaikan kelas!" Alisya tersenyum ramah dan hangat dengan memberikan barang belanjaannya.

"Tidak terasa sekarang neng Alisya sudah mau naik kelas 3 yah? waktu cepat sekali berlalu. Wajah neng sekarang sudah terlihat lebih ekspresif dibanding pertama kali saya liat neng disini" racau tante penjaga kasir dengan sangat heboh membuat beberapa pelanggan juga ikut tertawa melihatnya.

"Ah tante bisa aja! saya bersyukur kalau ternyata benar seperti yang tante katakan. Itu artinya tante cukup perhatian kepada saya!" Alisya tersenyum lembut. Alisya juga ingat betul bagaimana dirinya dulu. Kaku dan bahkan terlihat sangat dingin.

Setelah berpamitan dengan penjaga kasir, Alisya melangkah keluar sambil tersenyum merasa lucu tiap kali ia mengingat tentang dirinya dimasa lampau. Tepat saat ia sudah berada didepan pintu minimarket, senyum Alisya seketika menghilang berubah menjadi tatapan membara penuh rasa benci yang amat besar. Alisya menggenggam tangannya dengan sangat erat melihat sosok yang cukup dikenalnya berada dihadapannya.

"Mau apa kau kemari?" tatap Alisya tajam penuh amarah.

"Aku tau kau sangat membenciku Alisya, tapi walau bagimanapun aku masih Ayahmu. Selain itu ada yang harus aku bicarakan dengan dirimu!" Suara ayah Alisya lembut dan penuh kehangatan namun berat dan sangat berwibawa.

"Tapi aku tak punya waktu untukmu tuan Lesham yang terhormat! Jadi sebaiknya anda pergi saja dari sini!!!" Alisya menggertakkan giginya karena jengkel. Ia tak bisa menyembunyikan emosi yang sedang ia rasakan sekarang dan juga ia memang sengaja tak ingin menyembunyikan perasaan yang sebenarnya sehingga ia biarkan menguap dengan sangat keras.

"Meski ini akan berhubungan dengan Ibumu juga masalalumu?" Pancing ayah Alisya dengan penuh hati-hati menghentikan langkah kaki Alisya yang sudah bersiap ingin beranjak pergi tanpa memperdulikan orang yang sangat di bencinya itu.