Chapter 105 - Kenangan

Tamparan yang diberikan oleh nenek Alisya memberikan rasa membakar yabg sangat panas di pipi juga hati Alisya. Alisya bahkan tak bergerak saat neneknya sudah mundur selangkah karena kaget telah refleks menampar Alisya dengan sangat kuat. Alisya bahkan tak pernah menyangka kalau neneknya akan menamparnya dengan sangat keras.

"Kenapa nenek menamparku?" Mata Alisya memerah menahan amarah sekaligus rasa sedihnya. Alisya menatap neneknya dengan penuh kesedihan yang sangat mendalam namun tetap tertuju dengan sangat tajam.

"Sebenci apapun dirimu kepada ayahmu, tidakkah kau sadar bahwa apa yang sudah kau ucapkan tadi sangat tidak pantas? Dia masih seorang ayah yang harus kau hormati!!!" suara neneknya parau tercekat berusaha untuk berbicara dengan lancar.

"Menghormati? apa orang seperti dia pantas untuk aku hormati? Aku sudah kehilangan rasa hormatku untuknya!!!" Alisya berkata dengan penuh emosi dan suaranya makin berat.

"Alisya, kau akan sangat menyesali apa yang sudah kau lakukan malam ini. aku sudah tak bisa mentoleransi semua kebencianmu yang tak beralasan itu!" neneknya mengenggam tangannya yang masih kebas dan keram karena menampar Alisya.

"Alasan nek??? bukankah nenek tau aku punya seribu alasan untuk membecinya? Dia tidak menyukaiku karena aku seorang perempuan. Dia mendidik dan melatihku dengan sangat keras seperti seorang laki-laki. Dia juga tak mampu melindungi ibu juga diriku. Apa dia masih punya hak untuk dihormati sebagai seorang ayah?" Alisya mengeluarkan nafas berat.

"Tidak Alisya, semua yang kau ingat dari sisimu memang itulah yang mungkin terlihat. Tapi kebenaran yang sesungguhnya telah ayahmu sembunyikan dan tahan dengan sepenuh hati. Ayahmu tak seperti apa yang kamu bayangkan sayang" neneknya berusaha mendekati Alisya untuk mendapatkan simpatinya.

"Kebenaran?? kebenaran seperti apa? aku sudah cukup jelas mengingat semua kebenaran pahit dalam ingatanku nek. Aku bahkan masih tak bisa dan tak mampu jika terus mengingat semua kenangan itu lagi. Aku sangat membecinya seumur hidupku!!!" Alisya berkata dengan kuat menggertakkan giginya geram.

"Sepertinya aku harus menyadarkanmu. Ayahmu ingin memberitahumu secara langsung tapi aku yakin dia pasti tak mampu mengatakannya melihat dari reaksimu ini. Hadiah yang harusnya kuberikan padamu di ulangtahun yang ke 18 sebaiknya aku beri sekarang saja!" neneknya pergi menuju kamarnya mengambil sebuah amplop merah cantik yang tampak sudah cukup lusuh namun masih terawat baik.

Alisya hanya terdiam membeku ditempatnya dipenuhi dengan berbagai macam pemikiran yang semakin lama membuat kepalanya semakin berat sedang telinganya semakin berdengung.

"Ambil ini, usiamu yang sudah memasuki usia 18 tahun sepertinya sudah bisa melihat kebenaran yang sesungguhnya ketimbang harus menunggu lebih lama lagi" neneknya masuk memberikan Alisya ruang untuk bisa membuka hadiah itu dengan nyaman.

Alisya duduk memandang apa yang sedang dipegangnya saat ini. Alisya bingung sekaligus takut tak tau harus bagaimana namun setelah menarik nafas dalam Alisya memberanikan diri untuk membuka amplop merah itu.

Beberapa lembaran foto-foto yang terdapat didalam amplop itu jatuh berhamburan diatas lantai. Alisya duduk berjongkok memungutnya satu persatu dengan cuek namun kemudian matanya membelalak kaget melihat sebuah foto dimana Ayahnya menggendong seorang bayi dengan tangis penuh kebahagiaan tapi tertawa dengan sangat lebar.

"Ini aku???" Alisya melihat namanya tertulis pada bagian bawah foto. "Ralisya Queenby Lesham". tepat ia membali foto itu Alisya melihat tulisan ibunya.

"Bapakmu menangis sekaligus tertawa dengan sangat antusias saat hari kelahiranmu! Dia bahkan bersyujud syukur sampai beberapa kali dan berteriak diseluruh gedung membuat semua orang jadi heboh karenanya" Tulis ibunya dengan menambahkan emotikon tertawa pada bagian akhir.

Alisya langsung jatuh terjerembab di atas lantai melihat tulisan ibunya tersebut. Itu artinya ayahnya sangat menginginkan kehadiran dirinya meski dia seorang perempuan, bukan laki-laki. Ia kemudian dengan cepat membalik gambar saat ia baru pertama kali berjalan.

"Bapakmu sampai harus jatuh bangun menangkapmu yang baru berjalan. Ia takut kau akan terluka tapi ternyata kau malah mendekat lalu kemudian putar arah melarikannya. Kalian selalu saja bermain-main seperti itu" dari gambar Alisya bisa melihat seragam ayahnya yang tampak sobek pada bagian lututnya. Bisa Alisya lihat kalau ayahnya sedang mengambil libur untuk bisa bertemu dengan dirinya.

"Queenby yang bersekolah dan Bapak yang jadi komandan satuan khusus!" Terlihat alisya yang baru memakai seragam taman kanak-kanak berada dipundak sang Ayah menggunakan topi baret milik ayahnya sedang ayah Alisya memakai topi sekolah miliknya yang tampak kekecilan namun keduanya tertawa dengan sangat lebar.

Leher Alisya mulai mengering dan terasa panas melihat semua foto-foto dirinya bersama ayahnya ditambah dengan tulisan ibunya. 3 Foto yang sudah dilihat oleh Alisya masih menunjukkan keakraban dirinya dengan ayahnya sedang beberapa foto lainnya terlihat sang ayah memilih berdiri pada jarak yang cukup jauh dari dirinya.

Tulisan ibunya pun sudah tak terdapat pada foto itu sehingga Alisya dengan panik membalik-balikkan semua foto yang dipegangnya lalu kemudian mengguncang-guncangkan amplop merah sebelumnya berharap ada foto bertuliskan lain yabg terjatuh, namun ternyata yang jatuh malah sebuah surat bertuliskan tangan ibunya.