Chapter 106 - Janji kepalsuan

"My Beloved Quenby" Tulis ibu Alisya pada bagian pojok atas kertas yang bagian sampingnya terdapat tanggal sehari sebelum kematian ibunya.

Alisya merasa sangat sesak melihat tanggal itu karena ternyata surat ini ia tulis untuk pertama dan terakhir kalinya sebelum ia pergi untuk selama-lamanya meninggalkan dirinya. Alisya memeluk surat itu dengan sangat erat didadanya merasakan kerinduan yang teramat mendalam karena paanggilan Queenby yang kini sudah tak didengarnya lagi.

"Quenbyku sayang, jika kamu membuka surat ini itu artinya kamu sudah cukup dewasa untuk mengetahui kebenaran yang sesungguhnya mengenai Bapakmu. Harus kau tau sayang, Bapakmu sangat mencintai kamu sepenuh hati bahkan rela mempertaruhkan nyawanya demi dirimu. Bahkan jika kau harus membencinya. Karena Bapakmu yang mendapatkan promosi jabatan sebagai komandan satuan khusus, Bapakmu mendapatkan banyak sekali tekanan baik dari dalam maupun dari luar. Terlebih saat mereka menargetkan dirimu sebagai ancaman." Alisya membersihkan air mata yang menggenang menutupi penglihatannya.

"Bapakmu yang sangat rapuh terhadapmu pada akhirnya memilih melatihmu dengan sangat keras agar kau bisa melindungi diri sendiri juga melindungi mama. mama juga memiliki banyak sekali musuh karena sebelum bertemu dengan bapakmu, mama adalah ketua kelompok geng Yakuza dibawah pengawasan kakekmu. Oleh karena itulah keberadaan dirimu disembunyikan" Alisya melihat foto ibunya yang sedang berdiri dengan sangat anggun ditengah gerombolan pria yang sangat menyeramkan.

"Bapakmu harus menangis secara sembunyi-sembunyi tiap kali ia membentakmu dengan sangat keras saat melakukan pelatihan yang dibantu oleh kakemu. Hatinya sangat pedih saat kau menatapnya dengan penuh kebencian kepadanya, begitupula apa yang dirasakan oleh kakekmu. Bapakmu berkata bahwa kebencianmu adalah kekuatanmu dan karena itulah semakin besar kebencianmu kepada bapakmu maka kamu berkembang dengan sangat pesat bahkan melebihi kemampuan rata-rata orang dewasa pada umumnya. Kemampuanmu hampir setara dengan seorang anggota pertama pasukan khusus pertahanan negara!" Alisya mengenggam erat suart dari tangannya merasakan seolah ada sebuah batu besar sedang menghalangi tenggorokannya sehingga ia dengan susah payah menelan liurnya.

"Untuk itu sayang, janganlah kau membenci Bapakmu dengan begitu besar karena dia sangat mencintaimu dengan sepenuh hati, kami sangat mencintaimu Qeunbyku sayang, Nenekmu mencintaimu, begitu pula kakekmu yang sangat memanjakan mu sebagai cucu semata wayangnya. Semoga kamu tidak terpukul dan bersedia memaafkan semua kesalahan Bapak dan kakekmu. Aku mencintaimu selamanya sayang!" Tutup ibunya dengan penambahan tanda bibir pada akhir kalimatnya.

Alisya bernafas dengan sangat berat. Semua kenangan tentang Ayahnya perlahan mulai terlintas memenuhi kepalanya membuatnya oleng dan bersandar ke sofa. penglihatannya mulai buram dengan jam ditangannya yang berbunyi dengan sangat keras.

****

"Terimakasih, berkatmu saya bisa bertemu dengan Alisya meski saya tidak bisa mengatakan yang sebenarnya. Tapi ketika mengatakan bagaimana perasaanku terhadapnya sebagai seorang ayah sudah sangat berharga bagiku" Ayah Alisya mengucapkan rasa syukur dengan sangat tulus.

"Nak Adith, saya titipkan Alisya padamu. Jaga dan lindungi dia sepenuh hati, dan.... oh iya. Kamu belum dibolehkahkan untuk berbuat yang macam-macam pada Alisya!" ucap ayah Alisya dengan santai namun tegas.

"Bujan hanya wajah, gaya bicara serta pembawaan mereka sangat mirip sekali. Terlebih saat dia mengancam dengan penuh senyuman itu. Sangat mirip!!! sungguh benar Ayah dan anak. " Adith membartin tersenyum canggung kepada Ayah Alisya.

"Tentu saja Om, om bisa...." kalimat Adith terhenti karena Ayah Alisya sudah menepuk keras pundanknya.

"Percaya padamu kan? hahahahaha... Adith, om juga seorang laki-laki. Dan kalimat dari laki-laki adalah sebuah manisan yang bertabur janji kepalsuan" tawa Ayah Alisya pecah menebak kalimat yang akan dikatakan oleh Adith.

"tapi Om, saya.." Adith ragu tentang apa yang harus ia katakan. Benar apa kata Ayah Alisya, terlebih karena ucapan itu keluar dari mulut seorang anak SMA yang belum tentu bisa bertanggung jawab penuh terhadap dirinya sendiri terlebih terhadap orang lain.

"Aku percaya padamu kok!!! jika tidak aku bahkan akan sangat menyesali seumur hidupku sampai akher hayatku jika tak mengatakan perasaanku terhadap Alisya! jika tidak mengikuti paksaanmu untuk kesini." ucap Ayah Alisya menggenggam erat bahu Adith menandakan dukungan penuhnya kepada Adith yang menatap dengan penuh kebingungan.

"Terimakasih banyak Om!!!" seru Adith dengan suara lantang.

"hahahahahha,,, tidak tidak, justru Om yang berterimakasih kepadamu!" Ayah Alisya tertawa melihat Adith yang terlihat sama persis seperti dirinya saat masih muda dulu. Ayah Alisya ahirnya beranjak pergi meninggalkan Adith yang tersenyum lebar padanya.

"Hati-hati dijalan Om!" Adith setengah menunduk memberi hormat kepada Ayah Alisya.

"Aku menyukai anak ini!" batin ayah Alisya dengan tersenyum penuh kasih.

Setelah kepergian ayah Alisya dari hadapan Adith, Adith dikejutkan dengan bunyi alaram di HP nya yang menandakan sensor Alisya yang sangat tidak stabil.

Adith dengan cepat menaiki motornya memacunya dengan sangat cepat membelah jalan raya yang sangat ramai menuju kerumah Alisya.

"Nek, Alisya mana? apa yang terjadi padanya?" Adith langsung menerobos begitu melihat nenek Alisya berada didepan gerbang rumahnya.

"Syukurlah nak Adith kamu kesini, nenek minta tolong kejar Alisya! nenek melihatnya berlari keluar dengan sangat terburu-buru!" setelah mendengar ucapan nenek Alisya, Adith langsung membuang kasar helemnya berlari menuju arah yang ditunjuk oleh nenek Alisya.