Chapter 107 - Naiklah

Adith berlari dengan penuh rasa khawatir terhadap Alisya, dia terus saja mencari dan menoleh kekiri kekanan berharap dapat melihat Alisya namun tetap tidak bisa menemukannya.

"Alisya... Alisya,,, Alisya???" Adith terus berteriak memangggil nama Alisya sembari terus mencarinya disetiap jalan dan lorong rumah mereka.

"Oh iya, alat peredam telinganya!" Adith ingat kalau alat yang berada pada telinga Alisya terdapat alat pelacak yang dipasangnya sendiri. Karena terlalu panik ia akhirnya melupakan hal yang sangat penting itu.

"Taman???" Adith bingung bagaimana bisa Alisya berada ditaman yang sebelumnya menjadi pertemuan antara dirinya dengan ayahnya sebelumnya. Bagaimana mungkin Alisya bisa bersebrangan jalan saat kesana, Adith tidak bisa menemukan titik temu antara persebrangan jalan mereka. Adith langsung berlari kembali menuju taman dengan terburu buru.

"Alisya.. Alisya..." teriak Adith ketika sampai di taman namun tak menemukan Alisya disana. Dari GPS adith bisa melihat alat itu berada dititik tepat dimana ia berdiri namun dsthu Alisya tak terlihat. setelah menajamkan matanya Adith melihat Alat itu tergeletak diatas tanah.

"Kamu dimana Alisya...." suara Adith terdengar putus asa. Dia sangat takut dan khawatir terhadap kondisi Alisya terlebih karena dia melepas Alatnya.

Adith tidak bisa menemukan Alisya dimanapun meski ia telah mencari diseluruh taman. Adith bingung sekaligus marah pada dirinya sendiri karena tak bisa berada disisi Alisya saat ini.

Setelah beberapa saat, Adith yang hampir pasrah segera ingin melangkah pergi segera mencium aroma yang sangat dikenalinya. Aroma itu terbawa oleh hembusan angin malam yang membuatnya segera menoleh kearah sumber aroma.

"hufffhhh huuuffhhh hufffhhh" dari arah pohon ditepi taman yang gelap Adith mendengar desahan suara yang berat serta terdengar terisak isak. Dengan perlahan Adith berjalan menghampiri sumber suara itu, setelah dekat barulah ia bisa menerka siapa dibalik pohon yang gelap itu. Alisya memeluk lututnya dan menenggelamkan wajahnya didalam lututnya bersimpuh menyembunyikan diri.

Mendengar tangisan Alisya yang begitu pilu, Adith hanya bisa duduk dibalik pohon sebelah tak ingin menganggu Alisya. Adith ingin memberikan Alisya waktu agar ia bisa menumpahkan segala perasaanya dan kesedihannya saat ini. Tangisan Alisya membuat setitik Air mata Adith juga ikut mengalir deras. Adith menyandarkan kepalanya menengadah keatas langit yang bertabur bintang. Malam itu begitu indah dan cerah namun tak bisa menutupi kesedihan seorang gadis cantik.

"Kau tau??? setiap kali aku sedih, aku selalu berada ditempat ini!" Alisya membuka suara dengan nada yang berat dan serak.

Adith kaget mendengar suara Alisya yang seolah sedang berbicara. Adith berpikir bahwa mungkinkah ada orang lain yang sedang bersamanya sekarang. Adith tidak memberanikan diri untuk menoleh kebelakang sehingga ia memilih untuk mendengarkan lebih lanjut apa yang akan dikatakan oleh Alisya.

"Setiap kali aku merasa aku tak mampu menghadapi juga tak mampu menahan semua beban berat dan kebencianku yang semakin membesar kepada ayahku, aku akan selalu kesini untuk menumpahkan semuanya. Memukul dan menendang pohon ini sebagai pelampiasan dan juga menangis tersedu-sedu seperti yang saat ini aku lakukan. Takkan ada satupun yang bisa menemukan aku, tak kusangka kau bisa dengan mudah menemukanku" Alisya melanjutkan kalimatnya lagi dengan nafas yang sudah lebih tenang. Adith masih terus memfokuskan pendengarannya berharap bisa mendengar suara orang yang bersama Alisya.

"Sekarang setiap kali melihatmu aku seperti memiliki seseorang untuk menjadi tumpuan. Bahumu yang bidang selalu saja siap sedia untukku bersandar, kehidupanku jadi banyak berubah dan bahkan kepribadianku pun kata nenek sudah semakin membaik. Kedatanganmu kembali dalam kehidupanku memberikan aku warna tersendiri. Dan saat kau tak ada, aku jadi menyadari bahwa hatiku sudah terketuk olehmu" mendengar kalimat itu, Adith sudah tidak tahan lagi sehingga dengan segera memutar tubuhnya untuk melihat siapa sebenarnya yang sedang Alisya ajak berbicara.

Bayangan Karan sontak terlintas dalam benak Adith, apakah Alisya sedang bersama Karan sekarang sehingga Ia yang semula ingin melihat dibalik pohon segera menghentikan langkahnya. Adith masih belum bisa menerima kebenaran jika benar bahwa yang dimaksudkan oleh Alisya adalah Karan. Adith mengepalkan tangannya dengan sangat kuat tak berani menampakkan diri, namun ia tak cukup tahan untuk lebih memilih menghadapi kenyataannya.

"Alisya, kau..." Adith segera berbalik melihat kearah balik pohon namun ia tak menemukan siapapun disana. Alisya sudah menghilang dari tempat duduknya yang tadi dilihat oleh Adith. Adith bingung karena Alisya sangat cepat menghilang dari sana. Adith seketika panik berkeliling mencari keberadaan Alisya disana. lalu tiba-tiba saja sebuah tangan terulur dari atas pohon.

"Naiklah!!!" Alisya tersenyum dengan wajah sembab dan mata bengkaknya, mengulurkan tangan ke arah Adith yang menyambutnya dengan sepenuh hati lalu memanjat naik.

Adith seketika tertegun diatas pohon melihat pemandangan kota pada malam hari sangat indah, mirip seperti langit yang bertabur bintang. Alisya bersadar dibahu Adith dan melingkarkan tangannya dilengan Adith lalu menggenggam tangan Adith dengan hangat. Barulah Adith paham kalau orang yang dimaksud oleh Alisya adalah dirinya. Mereka berdua terdiam menikmati pemandangan malam itu tanpa ada dari keduanya memulai berbicara atau membahas apa yang sedang terjadi. Bagi Alisya, Adith seolah seperti obat yang cukup baik baginya.