Chapter 108 - Analisis Bodoh

"Alisya??? tumben hari ini kamu telat! Ada apa?" Karin merasa aneh dengan keterlambatan Alisya. Meski Alisya biasanya berjalan kaki, dia tidak pernah terlambat dan selalu lebih dahulu berada dikelas dibanding yang lainnya.

"Tidak ada apa-apa, aku hanya telat bangun saja!" Alisya tersenyum manis menghilangkan rasa khawatir Karin.

"Kamu yakin?" Karin bertanya dengan wajah serius saat melirik jam di tangannya menunjukkan angka yang tidak stabil meski belum sampai membuatnya berbunyi keras.

"Tentu saja!!!" Alisya terduduk langsung melempar pandangannya jauh kearah jendela.

"Ujiannya akan segera dimulai, kalian harus segera bersiap selama beberapa hari kedepan. Untuk itu saya harapkan kalian semua tetap menjaga kesehatan untuk bisa mengikuti ujian dengan maksimal" Ibu Arni masuk untuk memberikan sedikit motivasi kepada para siswanya.

Selama beberapa hari mereka bahkan tak sempat bercanda atau berkomunikasi satu sama lainnya karena lebih terfokus terhadap ujian yang sedang berlangsung hingga tak terasa waktu berlalu begitu cepat.

"Alisya mendapatkan nilai 100 pada setiap mata pelajaran???" bukankah ini terlalu berlebihan? apa dia mendapat bocoran soal sehingga bisa mendapatkan nilai sempurna seperti itu? seorang siswa kaget melihat layar monitor yang memperlihatkan Nilai hasik ujian dimana Alisya berada pada tingkat Atas di gedung sekolah siswa biasa.

"Jangan berkata sembarangan jika kau tidak memiliki bukti, saat staf sekolah mendengar apa yang kau katakan dan tidak terbukti benar maka riwayatmu akan tamat!" bantah yang lain menoleh kekiri dan kekanan saat mendengar kalimat temannya itu.

"Tidak kah kau merasa aneh, dari mana dia bisa mendapatkan nilai 100 pada setiap mata pelajaran kalau tidak mendapatkan bocoran soal?" jawabnya lagi ingin menambahkan argumennya.

"Jika bukan mendapatkan bocoran soal, maka dia sudah mencuri atau bahkan melihat soal ujian sebelumnya!" tambah yang lainnya yang semula hanya mendengarkan saja.

"Hentikan analisis bodoh kalian. Perkataan kalian menandakan kebodohan kalian yang amat teramat akut! Kalian yang iri dan tak mampu melakukannya hanya bisa mencari kesalahan orang lain. Jika tak mampu kalian tidak usah membual dengan penuh sampah dimulut kalian!!!" Aurelia tidak bisa menahan bibirnya untuk segera menyemprot mereka sedari tadi.

"Bodoh??? cihhh.. tau apa kau? apa kau yakin kalau Alisya bisa mendapatkan nilai 100 disetiap mata pelajaran tanpa mendapatkan bocoran soal atau mencurinya?" siswa itu tersinggung dengan apa yang dikatakan oleh Aurelia.

"Selain itu, jika nilainya sempurna itu artinya dia menyamai tingkat Adith. Tentu saja mustahil, Adith adalah orang yang paling jenius disekolah ini. Bahkan Zeinpun tak mampu menyamai rekor Adith dengan hanya mendapatkan nilai kurang 3 poin dr Adith. Itu artinya Alisya pasti melakukan kecurangan" tambah yang lainnya dengan nada sombong.

Aurelia dengan akuh melangkah maju kemudian melihat lambang kelas di baju para siswa itu.

"Mia 5 dan Mia 6! pantas saja.. kalian berada jauh dari kelas Mia 2 sehingga tak tau apapun. Bahkan kebodohan kalian yang mendekati taraf Idiot!" Aurelian memandang mereka dengan pandangan merendahkan.

"Apa maksudmu??? Kau..." mata mereka membesar dengan penuh kesal namun seketika terhenti oleh tatapan tajam Aurelia.

"Tentu saja aku mengatakan kalian bodoh juga idiot. Sekolah kita memiliki tingkat keamanan dan kerahasiaan sangat tinggi yang bahkan mendapatkan pengakuan dari Cybercrime indonesia. Metode ujian serta pemaketan soal menggunakan komputer yang hanya berada pada ruang kepala sekolah dan hanya dibuka oleh kepala sekolah saja yang bahkan tak memberikan seekor lalat masuk sudah sangat tidak mungkin untuk Alisya melakukan kecurangan. Apalagi untuk mencuri soal tersebut karena ruang kepala sekolah yang terbuat dari bahan-bahan luar biasa yang digunakan sebagai pembuatan brangkas terketat dunia" Ucap Aurelia menyilangkan kedua tangannya dengan senyuman sinis.

"Bisa jadi Alisya mungkin memiliki kedekatan dengan kepala sekolah sehingga dia..." siswa itu dengan cepat menutup mulutnya yang sudah semakin melenceng jauh.

"Itulah kenapa aku bilang kalau kalian idiot! jika kau berkata bahwa Alisya curang, apakah kau bisa memberikan bukti untuk membuat argumenmu itu lebih kuat? tidak kah kau berpikir bahwa jika Alisya memang telah berbuat curang tentu saja dia akan segera ditemukan dan nilainya takkan dipajang di monitor sekolah ini." senyum Aurelia sinis.

Mereka akhirnya terdiam seribu bahasa mendengar apa yang dikatakan oleh Aurelia.

"Benar, dia pasti akan segera dilaporkan atau dipanggil ketimbang nilainya di umumkan seperti ini!" jelas yang lain mulai ragu terhadap apa yang sudah mereka pikirkan mengenai Alisya. Mereka akhirnya pergi dengan kesal tak bisa menang dalam perdebatan itu.

"Apa aku tak salah dengar? kenapa kau membela Alisya? Aku fikir kau sangat membencinya karena sudah merebut Adith dari dirimu." ucap Wina heran yang sedari tadi menyimak perdebatan Aurelian dengan 3 orang siswa dari kelas lain.

"Aku juga tak tau kenapa aku melakukan hal ini!" Aurelia mentup wajahnya bingung. Ia bahkan melakukan hal tersebut secara tak sadar meski begitu ia tak menyesali apa yang sudah dia lakukan. untuk sesaat Aurelia merasa bangga pada dirinya sendiri.

"Ternyata hatimu lembut juga!" ucapnya mengelus kepala Aurelia yang membuat Aurelia risih.