Chapter 109 - Taruhan

"Alisya,,, kau sudah melihat hasil ujianmu??? monitor di lobbi sudah memperlihatkan hasilnya!" Beni menerobos masuk kedalam kelas penuh semangat.

Alisya hanya tersenyum melihat reaksi Beni yang sedikit berlebihan.

"Alisya tak melihatnyapun aku yakin dia pasti sudah bisa menebak hasilnya!" Adora datang menghampiri tempat duduk Alisya.

"Bukan hanya itu, nilainya dalam pelajaran olah raga dan praktikumpun tidak dapat diragukan lagi nilainya pasti sempurna!" Emi juga ikut nimprung ditengah mereka

"Sepertinya kalian sudah sangat nyaman berkumpul disekitar Alisya!" Karin masuk ditemani Rinto melangkah dengan penuh senyuman.

"Bukan hanya Alisya, nilai terendah yang sudah dikumpulkan oleh kelas Mia 2 adalah 85. Kelas kita juga mendapatkan poin terbaik dari seluruh kelas yang hampir setara dengan poin yang didapatkan oleh kelas Elite!" Ibu Arni masuk menatap siswanya dengan penuh kebanggaan.

Semua orang terdiam dan hanya bisa tertawa tak percaya.

"hahhaahahaha,, Ibu Arni sepertinya sangat mengasihani kita! Terimakasih bu, kata-kata motivasi yang sangat membakar!" teriak Doni penuh semangat.

"Benar, Mana mungkin kelas biasa bisa menyamai Poin dari kelas elite? selama beberapa abad ini kelas biasa hanya bisa mendapatkan nilai tertinggi 80!" Gina ingat betul bahwa tingkat kesulitan yang diberikan oleh sekolah no satu bukanlah hal biasa bahkan sangat luar biasa bagi orang pada umumnya.

"Jika benar, aku akan berteriak keliling lapangan sambil berteriak kencang menyatakan perasaaku kepada seseorang!" Ucap Yogi bukan tak mempercayai perkataan ibu Arni, namun karena merasa hal tersebut memiliki kemungkinan yang cukup mustahil.

"Aku, aku akan mentraktir kalian semua!" ucap Gani yang mendapatkan sorakan dari seluruh siswa.

"Hati-hati,,,, Sebaiknya kalian memegang ucapan kalian itu!" pancing Rinto setelah melihat senyuman Alisya dan Karin yang tampak licik.

"Tentu saja!!! Kau bisa memegang kata-kata kami" Seru Yogi dengan penuh keyakinan.

"Kau mau bertaruh? lagi pula mana mungkin poin dikelas kita bisa menyamai poin kelas elite?" tambah Beni dengan tatapan yang sama dengan apa yang sudah dilakukan Yogi.

"Baik, Aku akan memegang kalimat yang dilontarkan ibu Arni. Jika dia salah maka aku yang akan melakukan semua hal yang sudah kalian katakan, namun jika ibu Arni benar maka kalian lah yang harus melakukan semuanya sekaligus!" tantang Rinto dengan penuh semangat.

"Bagaimana nih sya? kira-kira kamu akan memihak kepada siapa?" Feby dan Yana mendengarkan suara Gina yang sedang menoleh berbisik ragu kepada Alisya.

"Kar, bagaimana menurutmu?" tanya Adora bingung.

"Oke... karena kalian sudah begitu semangat! Maka ibu akan ikuti permainan kalian. Sebentar lagi setiap wali kelas akan mendapatkan hasil rekapan poin untuk tiap kelas yang akan ditampilkan pada monitor kelas. Jadi kalian bisa melihat secara bersama-sama hasil yang sudah kalian peroleh selama ini. Kalian sudah berusaha dengan sangat baik bahkan sangat keras sampai beberapa dari kalian mimisan, jadi kenapa kalian tidak bersikap sombong sedikit?" Ibu Arni menaruh sikunya dan memandang siswanya dengan tatapan yang membuat semua siswa merasa terbakar oleh motivasinya.

Selama ini mereka sangat bersyukur memiliki seorang wali kelas yang sangat perhatian kepada mereka. Ibu Arni bahkan memohon perlakuan khusus kepada pihak sekolah untuk memberikan kenyamanan siswanya selama memakai kelas dimalam hari yang dingin. Terlebih karena Ibu Arni selalu saja datang membawakan mereka makanan selama mereka melakukan pelajaran tambahan ekstra keras.

Mereka yang semula begitu yakin dengan taruhannya kini menjadi sangat gusar melihat ketenangan Alisya dan Karin serta senyuman Ibu Arni yang tak bisa mereka tafsirkan. Entah karena kepercayaan ibu Arni kepada mereka sudah begitu tinggi, atau karena apa yang sedang dikatakan ibu Arni akan mengalami kenyataan.

Monitor sekolah tiba-tiba saja menyala dan menampilkan layar yang membuat mata dan hati serta tubuh mereka bergetar dengan sangat drastis. Beberapa dari mereka bahkan menutup mata dan telinga mereka tidak siap menerima kenyataan hidup. Terlihat dimonitor kelas menampilkan layar kolom Kelas sekolah yang bagian atasnya kelas elite Mia 1 diikuti oleh kelas lainnya.

"Waaauuuhhhhhhh..." beberapa dari mereka kaget melihat hasil yang tertera di layar monitor kelas. Mereka bahkan mengusap mata beberapa kali untuk memastikan apa yang sedang mereka lihat.

"Selamat!!! Kerja keras kalian Akhirnya membuahkan hasil yang fantastis!" Adith muncul dari balik pintu bersandar dengan tangan yang terlipat. Pose yang dia lakukan begitu menawan dan sekali lagi para siswi mengusap mata mereka dengan kasar karena seorang Adith yang dingin mengucapkan selamat kepada seisi kelas meski padangan matanya lebih tertuju pada Alisya.

"Prestasi kalian cukup memberikan kami ancaman, presentase nilai kalian semua cukup tinggi dengan nilai terendah yang diperoleh adalah 87!" Zein ikut menambahkan.

"Dan itu artinya apa yang sudah kami berikan membuahkan hasil yang fantastis. Aku jadi sedikit terintimidasi oleh kalian!" Riyan masuk melempar Rinto agar ia bisa duduk di dekat Karin.

Seisi ruangan hanya terpaku tak bisa menyesapi keajaiban yang sedang terjadi ditambah kemunculam 3 orang elite yang harusnya masih berada dikelas masing-masing.

"Ehemm... kita semua akan makan enak karena mendapat traktiran dari Yogi, Gani, dan Beni!!!!" Teriak karin membangunkan lamunan mereka semua. Setelah beberapa detik akhirnya mereka semua berteriak heboh penuh suka cita dan tangis haru.

"Jangan lupa, ada yang akan mengungkapkan perasaanya hari ini. Kau bisa mengambil Mic dan Podiummu sobat!" Rinto menarik kerah baju Yogi yang ingin melarikan diri. Senyum Rinto membuat bulu kuduk Yogi terasa bergoyang senggol dan rontok.