Chapter 110 - Pacar Sekarang & Istri Selamanya

Sesuai perjanjian pada taruhan yang sudah dikatakan oleh Yogi, mereka semua mendorong Yogi dengan sangat keras menuju ketengah lapangan sekolah yang menjadi penghubung antara wilayah kalangan Elite dan Kalangan Biasa.

"Lakukan apa yang sudah kau katakan tadi dengan bangga. Sudah ku ingatkan untuk berhati-hati, namun kepercayaan dirimu itu sekarang menjadi bumerang untukmu!" Rinto tersenyum licik melihat penderitaan dan tekanan yang didapatkan oleh Yogi.

Yogi berdiri ditengah lapangan sekolah sedangkan teman-temannya yang lain menunggu dengan penuh Antusias berkumpul melihat dari arah Jendela mengamati Yogi.

"Apa kamu mau disebut pecundang??? Ayo cepat lakukan Yogi.." teriak Karin tak sabar melihat Yogi hanya berdiam diri ditengah lapangan seperti tiang bendera.

"Sepertinya dia sedang mempersiapkan dirinya!" Alisya memandang serius ke arah Yogi. Alisya mengangumi keberanian Yogi meski ia belum menyelesaikan apa yang sudah ia janjikan.

"Kau cukup tertarik dengan hal-hal seperti ini? apa kau mau aku melakukannya juga?" bisik Adith ditelinga Alisya yang gemas memperhatikan tingkah Yogi dari tadi.

"Kau tau! kau tak perlu melakukannya karena detak jantungmu sudah menjelaskannya dengan sangat keras. Lagi pula aku ingin hanya aku saja yang mendengar kalimat itu!" balas Alisya sembari tersenyum manis bersembunyi menghindari tatapan menusuk Adith yang sedang shock.

"Woyyy... kalau nggak bisa, balik sinih buang-buang waktu saja. kami sudah lapar nih!" tantang Rinto kesal karena yogi masih terdiam.

"Apa dia butuh pengeras suara?" tanya ibu Arni mulai tak sabar.

" A....." Teriak Yogi dengan sangat keras mengalahkan pengeras suara buatan. Kata pertama yang terucap membuat semua orang seketika melirik ke arah Alisya dengan tatapan bingung sekaligus penasaran.

"Nggak, mana mungkin orang yang Yogi maksud adalah Alisya!" Karin menggeleng keras yakin bahwa huruf pertama yang keluar dari mulut Yogi bukanlah nama Alisya.

"Apa dia cari mati?" Adith mengepalkan tangannya tidak bisa menerka apa yang akan dikatkan oleh Yogi namun sejenak untuk pertama kali ia sangat takut.

"Sepertinya hari ini akan menjadi hari sialnya!" Zein tertawa pelan melihat ekspresi kelam diwajah Adith.

"Apa aku juga harus melakukan hal seperti yang sekarang dilakukan oleh Yogi? Dia tampak sangat keren!" Riyan memandang kearah Yogi dengan mata berbinar penuh kekaguman.

"A!!!!!!!" Teriak Yogi untuk yang kedua kalinya. Kali ini pandangan mereka yang awalnya tertuju pada Alisya kini beralih pada Adora. Adora yang tak menyadari bahwa ia menjadi target selanjutnya seketika memanas penuh amarah.

"Sepertinya aku harus membunuhnya sekarang juga!!!" suara Adora dingin saat menyadari semua orang sudah beralih melihat kearahnya. Saat Adora melangkah dengan sangat agresif ingin menuju ke arah Yogi dan membungkamnya, dengan semangat teman-temannya yang lain menghentikan Adora.

"A....u....re....lia!!!!" Teriakan Yogi yang ketiga kalinya kini mendapat perhatian dari seluruh kelas bahkan staf serta guru yang ada dalam lingkup sekolah SMA CENDEKIA INDONESIA.

Seisi kelas yang sudah harap-harap cemas akan siapa yang dimaksud oleh Yogi membuat mereka serempak jatuh tersungkur kelantai setelah mendengar bukanlah nama Alisya maupun Adora melainkan Aurelia.

"Aurelia... aku mencintaimu!!!! jadilah Pacarku sekarang dan Istriku selamanya..." lanjut Yogi membuat seluruh sekolah berteriak dengan sangat keras menggema diseluruh wilayah sekolah.

"Breng**k, aku hampir saja meng Hadshot Yogi saking penasarannya!" Rinto mengeluh dengan memijit area matanya.

Suara teriakan serta tepuk tangan menggema diseluruh sekolah. Yogi terus menatap lurus kearah jendela kelas Mia 3 yang semakin heboh begitu mengetahui orang yang dimaksud adalah Aurelia. Aurelia langsung menghambur keluar menghampiri Yogi dengan wajah penuh amarah.

"Woww... lihat!!!! Au... Aurelia datang menghampiri Yogi" tunjuk Emi dengan penuh semangat.

"Apa yang akan terjadi??? apakah Yogi akan diterimana atau bagaimana yah?" Feby melihat dengan cemas apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Aku berani bertaruh kalau dia pasti akan diterima" Beni berkata dengan penuh keyakinan.

"Dia pasti akan mendapatkan Ta...." belum selesai Zein berkata, Aurelia sudah melayangkan sebuah tamparan yang cukup keras ke pipi Yogi.

Suara tamparan yang terdengar bahkan membekas pedih dipipi setiap orang yang mendengarnya. Sekolah yang semula heboh mendadak menjadi sunyi senyap.

"Dasar bodoh!!!! apa yang kau lakukan??? kau sudah membuat ku malu tau nggak!!!" bentak Aurelia menatap tajam wajah Yogi yang sedang memegang pipinya yang memerah dengan bekas tangan Aurelia.

Untuk beberapa saat Yogi terdiam tak menyangka kalau respon Aurelia akan sampai semarah itu.

"mparan....." lanjut Rinto dalam keheningan yang kemudian mendapat tatapan tajam dari teman-temannya.

"Kau pikir kami tidak melihat???" Feby menoleh dengan kesal. Meski tindakan Yogi terlalu klasik, namun mereka sangat mendukung apa yang sedang dilakukan oleh Yogi dengan sepenuh hati.

"Maaf-maaf, aku juga tidak sengaja! Aku hanya melanjutkan apa yang sebelumnya aku katakan!" Rinto mundur selangkah menjaga jarak jangan sampai mendapatkan tendangan berputar beruntun dari teman-temanya yang masih menatapnya ganas.

"Pipiku terasa terbakar!!" Riyan memegang pipinya yang putih mulus merasa seolah dialah yang mendapat tamparan itu.

"Oke, aku tidak akan melakukan itu!!!" mata Adith terbuka dengan sangat lebar melihat Aurelia menampar wajah Yogi dengan sangat bengis.

"Aku takkan menamparmu, aku akan melakukan hal yang lebih dari itu!" senyum Alisya menggoda Adith. Melihat itu Adith seketika bergidik ngery, jika seorang Alisya yang memberikan sebuah ancaman dengan tersenyum maka tidak ada kebaikan didalamnya.

Saat mereka saling berdebat satu sama lain sehingga tidak terlalu memperhatikan Yogi, tiba‐tiba saja seluruh kelas berteriak dengan sangat keras.

Dari kejauhan mereka melihat Aurelia dan Yogi sekarang sudah berpelukan. dilanjutkan dengan teriakan Yogi yang lebih membahana dari sebelumnya.

"Aku Berhasil!!!!!" Yogi memeluk Aurelia sambil berputar sedang Aurelia mengelap matanya yang berlinang penuh haru.