Chapter 111 - Karena Nenek Memaksaku

"Mau kemana nek pagi-pagi begini?" Alisya terbangun dengan mata setengah tertutup karena membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan cahaya terang yang masuk melalui jendela rumahnya.

"Ke kantor kakekmu, dia baru balik dari Jepang setelah menyelesaikan beberapa bisnis disana" Neneknya kini tak segan lagi menyebut suaminya dihadapan Alisya sejak terakhir kali ia tau bahwa Alisya akhirnya mengetahui kebenarannya. Saat ini yang neneknya inginkan adalah Alisya bisa menerima semua secara perlahan-lahan.

"Jadi selama ini nenek selalu berhubungan dengan kakek??? pantas saja mereka selalu bisa menemukan kita dengan mudah!" Alisya merasa dibihongi karena ia ingat betul bahwa neneknya adalah seorang penembak jitu yang sangat ahli dalam menyembunyikan diri namun dengan mudah ditemukan.

"Kakekmu sudah lama tidak makan masakanku jadi aku ingin memberinya makan dulu, selama ini dia ke Indonesia harus memakan makanan hotel jadi..." nenek Alisya sengaja tak menjawab pertanyaan Alisya. Neneknya ingin Alisya bisa lebih dewasa dalam hal bertindak dan bepikir. Dan hal seperti ini lebih baik Alisyalah yang merasakannya langsung dan menilainya.

"Ya sudah, jika kau memaksa aku ikut!!!" ucap Alisya dengan sangat pelan.

"ummmm?? apa kau bilang??? nenek nggak dengar!" neneknya mendengar jelas apa yang dikatakan Alisya namun sengaja.

"Jika kau memaksa aku akan ikut. Aku akan mengantarmu!" Suara Alisya lantang menggema diseluruh rumah.

"Oh,,, tidak apa! aku bisa pergi sendiri" tolak nenek Alisya sengaja menantang Alisya.

"Karena nenek me ma k sa!!! aku... i .. ikut...." Alisya menekan kata katanya dengan geram namun berusaha tetap sopan.

Neneknya tertawa sekaligus menangis disaat yang bersamaan membuat Alisya malu dan berlari masuk tak memperdulikan neneknya. Alisya keluar setelah berpakaian cukup rapi dan terlihat manis. Neneknya melihat Alisya seperti berpakaian dengan penuh semangat untuk mendapat perhatian dari kakeknya.

"Cekrrekkkk!!!" nenek Alisya memotret Alisya yang terlihat manis lalu mengirim foto itu ke ayah dan Kakek Alisya. Nenek Alisya bisa membayangkan bagaimana ekspresi terkejut kedua orang tua itu melihat foto Alisya.

"Nenek, senyumanmu mengerikan!" ucap Alisya yang mendapat cubitan gemas nenekny karena kalimat Alisya.

"Pegang ini!!!" sodor neneknya kepada Alisya untuk memegang rantang makanan untuk kakeknya.

"Nenek gimana sih, aku kan mau bawa motor!" Alisya menunjuk kearah motor yang sudah berada di depan mereka.

"Biar aku, aku sudah lama ingin mencoba keluar menggunakan motor ini!" nenek Alisya menyambar naik dan memegang setir motor Alisya dengan penuh percaya diri.

"Emang nenek bisa??? nenek juga tidak punya SIM kan? nenek juga sudah tua jadi biar yang muda ini melayani sepenuh hati" Alisya menunduk dan merentangkan tangan seperti seorang pelayan inggris kepada ratunya.

Nenek Alisya hanya memperlihat kartu SIM tanpa menjawab yang membuat Alisya terbelalak kaget. Alisya akhirnya pasrah dan naik diboncengan motor.

Neneknya memacu motor canggih Alisya yang berbadan besar namun tidak menyulitkannya untuk terus melesat jauh. Alisya duduk dengan mata bergetar kagum terhadap kepiawaian neneknya membawa motor canggihnya.

Sesampainya dikantor, Alisya masih belum bisa menemani neneknya masuk kedalam kantor kakeknya sehingga ia memilih mencari ibu Yul.

"Kamu kok jarang ngunjungi ibu sih Sya.." ibu Yul memukul bahu Alisya dengan gemas.

"Maaf yah bu, kemarin Alisya sibuk mengikuti pelajaran tambahan untuk ujian penaikan kelas!" senyum Alisya memeluk hangat ibu Yul untuk menghiburnya.

"Kamu sekarang sudah masuk kelas akhir? Jadi gimana hasilnya???" tanya ibu Yul penuh Antusias.

"Nilai sempurna pada setiap pelajaran baik olah raga maupun praktikum!" Alisya menyengir menaikkan kedua jarinya membentuk huruf V.

"Aku senang mendengarnya!!!" Suara kakek Alisya mengagetkan Ibu Yul juga Alisya.

Alisya mendadak kikuk tak tau harus berbuat apa, yang terlintas dipikirannya adalah bagaimana ia melarikan diri dari situasi itu. Ia bahkan menatap tajam kearah neneknya yang sengaja membawaka kakeknya kehadapannya.

"Eits,, bukan aku!! begitu mengetahui kamu ikut bersamaku, dia memaksa untuk bertemu denganmu!" bantah neneknya mendapat tatapan tajam Alisya.

Mereka kemudian terdiam dan saling memandang satu sama lain tanpa ada yang berani memulai pembicaraan kembali.

"Sebaiknya aku balik saja sekarang!" seru Alisya pelan.

"Sekarang kamu sedang libur kan?" tanya kakek Alisya menghentikan langkah Alisya cepat.

"Ummm.." angguk Alisya masih belum terbiasa berbicara sopan.

"Apa kamu mau jika kita liburan di Tokyo? kamu mau melihat rumah kelahiran ibumu?" Kakeknya bertanya dengan penuh keraguan ia takut akan mendapat Alisya marah karena menyebut tentang ibunya.

Alisya terdiam seribu bahasa dan tak bergeming dari tempatnya ia berdiri. Fikirnya melayang tak tentu arah tak bisa menafsirkan apa yang baru saja didengarnya. Jepang adalah tempat yang selama ini ia ingin datangi, melihat langsung tempat kelahiran ibunya juga bisa merasakan langsung bagaimana ibunya hidup disana. Selama ini ia selalu menyembunyikan diri dan kali ini kakeknya menawarkannya langsung.

"Makanlah dirumah dengan nyaman, masakan hotel tidak baik bagi kesehatan orang tua sepertimu!" ucap Alisya tanpa menjawab pertanyaan Alisya.

Kalimat Alisya yang seperti itu membuat kakeknya mengalirkan air mata tak menyangka. Meski Alisya tak menjawabnya secara langsung ia mengerti akan apa yang dimaksudkan oleh Alisya. Kakeknya menangis tersedu-sedu masih tak percaya.

"Berhentilah menangis, kau akan mempermalukan dirimu sendiri!!!" Alisya menjadi kikuk melihat wajah shock seluruh kantor melihat direktur mereka rebah dihadapan Alisya menangis.