Chapter 136 - Impian

Pertandingan antara Alisya dan Adith cukup sengit sehingga semua yang menontonpun ikut merasakan ketegangan yang sedang berada dilapangan, terlebih cara main mereka yang tidak seperti cara main pemain basket biasanya.

"Apa kita sedang menonton Adegan Action?" tanya seorang anak tak bisa melepas pandangannya dari lapangan.

"Mereka berdua hebat sekali, bagaimana mungkin mereka bisa bermain sekaligus beradu tinju serta tendangan seperti itu?" tambah yang lain tak ingin berkedip meski hanya sedetik demi bisa melihat secara jelas.

"Aku tak menyangka kak Adith juga bisa mengimbangi kak Ali" lanjut yang lainnya.

"Aku tau kak Ali sangat hebat dalam hal urusan berantem sewaktu ia menyelamatkan kita dari para preman yang menganggu kita disini itulah kenapa sekarang lapangan ini bisa kita gunakan dengan sangat nyaman. Tapi ternyata kak Adith juga tak kalah hebat yah!" Puji anak lainnya dengan penuh rasa kagum.

"Tapi kak Ali selalu bisa mencuri bola dari kak Adith dan terus menerus mencetak poin!" seru yang lain yang terus menghitung poin yang dimasukkan oleh Alisya.

Pada akhirnya Alisyalah yang memenangkan pertandingan dengan penbedaan yang sangat tipis. Adith sudah berkeringat cukup banyak dan sedikit mengeluarkan nafas berat sedangkan Alisya masih santai dan berlompat-lompat penuh kegirangan memenangkan semua pertarungan malam itu.

"Karena aku kalah, maka sebagai gantinya aku yang akan mentraktir kalian semua sebagai rasa terimakasih karena sudah mendukungku dengan penuh semangat dan juga permintaan maafku tak bisa mengalahkan tante jahat dibelakang sana!" mendengar ucapan Adith, Alisya dengan cepat melempar Adith dengan bola basket yang berada ditangannya namun dengan mudah dihindari oleh Adith.

"Beneran kak??? jadi kita nggak perlu traktir kak Ali dong??" tanya seorang bocah dengan sangat polos membuat Adith tertawa mendengarnya. Dia mengelus lembut rambut anak-anak itu. Baru kali ini Adith bisa berkomunikasi dengan banyak orang terutama dengan mereka yang lebih muda. Selama ini pekerjaan Adith selalu menuntutnya untuk berhubungan dengan orang yang lebih tua sehingga ia terkesan dingin kepada mereka yang lebih muda. Dan berkat Alisya, Adith bisa tertawa dan berekspresi lebih banyak bersama mereka.

"Tuan, ini pesanannya!!!" seorang kurir telah membawakan pesanan Adith, terlihat bahwa kuris itu sudah mengenal Adith dengan sangat baik.

"Wahahh... burger, pitza dan coca-cola" teriak beberapa anak memeriksa kantungan yang dibawa kurir itu.

Dibawah pengawasan Alisya, mereka mendapatkan burger dan cola sesuai jumlah mereka masing-masing serta menikmati pitza secara bersama-sama ditengah lapangan bola. Sebuah hal sederhana yang sangat di syukuri oleh Adith dan Alisya malam itu. Adith menatap Alisya dengan penuh kehangatan bersyukur karena sekali lagi mereka dipertemukan kembali.

"Aku nggak nyangka kamu bisa kenal dengan mereka!" tanya Adith dalam perjalanan pulang kembali.

"Awalnya sih aku hanya suka ngeliat mereka main basket, tapi ada sedikit kejadian yang akhirnya buat aku jadi dekat dengan mereka!" Alisya tertawa mengingat tingkah lucu, lugu, polos serta tidak karuan mereka.

"Bersama mereka aku serasa berada didunia yang berbeda!" Terang Adith juga tertawa pelan.

"hahahaha,, kamu bisa kok terus datang dan bermain bersama mereka saat kamu lagi bosan! mereka akan sangat senang jika bersamamu seperti tadi.." Alisya melirik sekilas melihat pahatan rahang Adith yang tersinari lampu sorot. Tampan dan mempesona, susah bagi Alisya untuk tidak tergelitik melihat merayapi tiap sudut wajahnya.

"Aku akan dengan senang hati datang!!! Dan... sesuai janjikuh...." Adith langsung mengangkat Alisya dan mendudukkannya di pagar pembatas jalan trotoar.

"Apa sih.. bkin kaget tau!" Alisya memukul pundak Adith sambil mempertahankan keseimbangannya.

"Rumahmu sudah dekat, jadi aku akan mengatakan Impian dan cita-citaku padamu disini karena kalah darimu di taruhan tadi." Adith langsung duduk disamping Alisya melihat Alisya yang gugup saat berhadapan wajah.

"Aku pikir kau melupakannya, Jadi, Apa impian dan cita-citamu?" Alisya memandang Adith dengan serius.

"Awalnya aku tak terpikir akan apa yang akan aku lakukan nanti, tapi setelah melihatmu juga senyuman anak-anak tadi aku terpikir untuk menjadi seorang dokter! Seorang dokter yang bisa menjaga senyum itu tetap terus ada dan terkembang dalam kesehatan mereka dan membantu mereka yang memiliki trauma seperti kita!!!" Jelas Adith menceritakan Impiannya yang membuat Alisya memandang Adith dengan tatapan kagum dan berbinar-binar.

"Kau juga memiliki trauma??" Alisya penasaran dengan maksud dari kalimat terakhir Adith.

"Ya, aku trauma terhadap tempat-tempat gelap seperti gudang dan juga bau parfum!" Adith memandang langit yang memperlihatkan bulan sabit yang sedang membentuk emoticon senyum.

"Aku tau kau pernah sekali tidak berani masuk saat ingin menyelamatkan kami sewaktu berada digudang sekolah. Begitu pula dengan rumor dirimu yang tidak menyukai bau parfum tapi tak pernah berani menanyakan alasannya kenapa!" Ucap Alisya mengingat kembali apa yang sudah terjadi selama mereka bersama lalu.

"Jadi benar kau sebenarnya mengingat semua hal itu, kau hanya tak ingin Karin dan yang lainnya mengingat kejadian buruk seperti yang kamu alami!" batin Adith tersenyum penuh kasih kepada Alisya.

"Jadi apa alasannya sehingga kamu merasa trauma terhadap gudang dan parfum?" tanya Alisya serius.

"Sebelum kau bertanya itu, bukankah seharusnya kau menceritakan tentang impianmu??" Adith turun dan berdiri sangat dekat menatap wajah Alisya.

"Aku kan yang menang, buat apa juga aku cerita!" Ucap Alisya menolak dan turun karena gugup akan pandangan Adith.

"Sebenarnya aku mungkin tau apa impianmu, tapi aku ingin kamu mengatakan langsung padaku, selain itu taruhan kita hanya untuk siapa yang bercerita terlebih dahulu bukan berati tidak bercerita" Jelas Adith mengingatkan.

Alisya terdiam beberapa saat lalu berkata.

"Kau bisa menebaknya secara bersamaan dengan aku yang menjawabnya!" tegas Alisya penasaran.

"Impianmu adalah..." seru Adith lembut

"Impianku adalah..." seru Alisya juga lembut

"Bisa Bersama Selamanya" batin Adith dan Alisya tidak ada satupun dari keduanya yang bersuara sampai paman Dimas membunyikan klaksonnya untuk menjemput Adith.