Chapter 138 - Omega

Di ruang labaoratorium kimia kelas Elite.

"Sepertinya hari ini kelas Mia 2 juga melakukan praktikum dilaboratoriumnya!" Zein mencampir larutannya sembari mengajak Adith berbicara.

"Kau jadi semakin dekat dengan mereka yah.." pancing Adith sambil terus melakukan pencampurannya.

"Secara tak sengaja aku terus saja terlibat dengan mereka. Ini juga berket seseorang!!!" lirik Zein yang bermaksud untuk menyinggung Adith.

"Apa yang sedang kalian buat???" Riyan datang menghampiri dengan tatapan penasaran.

Berbeda dengan praktikum yang dilaksanakan oleh kelas Mia 2 yang harus melalui pembimbingan oleh guru, kelas elite sudah terbiasa melakukan segala sesuatunya secara mandiri dan bahkan mereka mampu menciptakan larutan-larutan maupun produk-produk kimia baik yang dapat berguna bagi manusia sampai yang bersifat racun bagi manusia.

"Aku sedang membuat Racun, dan sepertinya ini akan cocok denganmu!" Tegas Adith ingin membuat Riyan mencicipi campuran yang ia buat.

"Kau ingin membunuhku??" Riyan merinding disko melihat senyuman Adith yang penuh bahaya dari balik maskernya. Meski sebagian wajah Adith tertutupi oleh maskernya, Riyan seolah bisa melihat senyuman iblis dari tarikan dan tatapan mata Adith.

"Sejak kapan kau mulai pintar bercanda seperti itu?" Zein menatap Adith penuh keheranan. Seingat dia selama mereka bersama sikap Adith cenderung dingin bahkan tak begitu menyukai ketika harus berkomunikasi dengan orang lain apa lagi sampai bercanda satu sama lain sehingga dia yang terlihat bisa bercanda seperti itu membuat Zein merasa takjub.

"Aku juga tak tau, aku bahkan tidak pernah ingat sejak kapan kita bisa berkomunikasi dengan baik seperti ini." Adith melepas pegangannya dari tabung reaksi dan membiarkan alat yang mengaduk-aduknya sendiri.

Zein dan Riyan terpaku sejenak mendengar kalimat Adith. Meski sejak dulu Adith selalu bersikap dingin, Adith selalu saja bisa berkomunikasi cukup baik dengan mereka. Namun suara Adith saat mengucapkan itu membuat hati mereka sedikit bergetar.

"Semoga kita bisa berteman dengan lebih baik lagi dan... Hentikan percobaan membuat parfum aroma terapimu itu. Aku sudah mencoba menahannya tapi aku tidak tahan lagi" Adith berlalu pergi membuka sarung tangan karetnya menuju keluar lab.

"Dari mana kau tau ini parfum aroma terapi? ini bukan..." Zein mencoba membantah Adith tetapi ia sudah menghilang secepat kilat dari hadapannya.

"Huuuffhh huufff,,, aku tak mencium bau parfum tapi ketika aku masukkan hidungku ke arah sini rasanya lebih ringan! Riyan mengendus-ngendus larutan yang dicampur oleh Zein.

"Jangan terlalu dekat, itu belum sepenuhnya tercampur kau akan merusak hidungmu sendiri tau!" Zein menarik tabung reaksi dari tangan Riyan.

"Loh aku kan pake masker jadi harusnya nggak masalah kan!" Riyan mencoba membela dirinya.

"Em... aku lupa Riyan kalau punyaku berhenti tolong bawakan aku keruang penyimpanan! Dan kau.. lebih baik jika kau tambahkan beberapa tetes jeruk nipis alami dibanding kau menggunakan Asam sitrat, itu akan menghilangkan bau yang kau inginkan setelah bercampur dengan larutan kau buat!" Seru Adith menjelskan sembari membereskan beberapa alat yang sudah dia gunakan.

"Kau sudah selesai membuat larutanmu? Bukankah ini terlalu cepat? Bagaimana kamu bisa melakukannya?" tanya Riyan kaget karena baru berjalan sekitar 15 menit berlalu saat ia membuatnya.

"Sudah ku bilang ini bukan..." Adith sudah berlalu pergi meninggalkan Zein tanpa mendengarkan ucapan Zein yang terdengar kesal.

Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Riyan dan Zein segera menyusul Adith yang sedang membereskan beberapa hasil produk mereka dengan memberikan label pada tiap botol dan tempatnya.

"Ini milikmu!!!" Riyan memberikan larutan yang sebelumnya sudah dibuat oleh Adith.

"Terimakasih!!!" Seru Adith sambil terus merapikan buatannya.

"Sepertinya kau bekerja cukup keras! Apa yang ingin kau lakukan dengan semua itu?" Zein masuk membawa beberapa produk miliknya dan menempatkannya dilemari penyimpanan khusus miliknya.

"Untuk saat ini aku masih suka mengumpulkannya saja sebagai hasil dari praktikum kimia, selebihnya aku belum tau pasti" Adith telah selesai membereskan barang-barangnya.

Mereka kemudian menuju ke tempat ganti setelah sebelumnya selesai membersihkan diri. Tepat saat mereka sedang keluar dari ruang ganti setelah berganti pakaian dari baju laboratorium ke baju seragam sekolah, tiba-tiba saja sebuah batu kecil mengarah dengan sangat keras hampir mengenai Adith.

"Ada apa?? kenapa batu itu bisa melayang dan bahkan tertancap disana???" Riyan kaget dan langsung melihat batu yang tertancap di dinding.

Adith dan Zein langsung menyusuri arah datangnya dan siapa pelaku yang telah melemparkan batu itu namun tak menemukan apapun.

"Syukurlah batu itu tidak mengenaimu dan meleset!" ucap Zein melihat batu yang tertancap itu dengan penuh ngeri karena jika tembok saja bisa ditembus hanya menggunakan batu kecil, maka akan sangat berbahaya jika batu itu mengenai tepat ditubuh Adith.

"Apa kau pikir itu meleset??? perhatikan baik-baik jarak antara aku dengan tempat menacap batu itu sedikit bergeser meski tidak jauh itu artinya ia sedang memberiku peringatan dengan sebuah ancaman yang jika aku maju selangkah maka akan ada bahaya lebih yang akan aku dapatkan!" tegas Adith mengingat ia hanya berhenti sejenak tanpa menghindari arah datangnya batu.

"Sepertinya dibatu ini ada kertasnya!" Riyan yang terlalu penasaran mencungkil batu yang menancap pada dinding dan membukanya yang ternyata terdapat sebuah kertas kecil dibaliknya.

"Kertas?? kertas apa maksudmu?" tanya Zein bingung dengan apa yang sedang dikatakan oleh Riyan

"Hai,,,," Tulis kertas kecil itu dengan bagian akhirnya terdapat simbol omega. Riyan dan Zein tidak apa maksud dari kertas tersebut, namun Adith berpikir bahwa mungkin maksudnya adalah untuk menyapa Adith. Perasaan Adith menjadi tidak nyaman karena belum paham apa maksud simbol omega yang menjadi footnote dari kertas tersebut.