Chapter 145 - Kusam dan Jelek

Satu Bulan Kemudian

"Kau mau kemana Dith? mama barusan dapat telpon kalau Alisya sudah sadarkan diri!" Ibu Adith menghentikan Adith yang sudah bersiap akan pergi.

Adith yang tidak pernah lagi kembali menjenguk Alisya sejak dia masuk rumah sakit sebulan yang lalu membuat ibutnya khawatir terhadap Adith terlebih karena ekspresi wajah Adith terlihat kelam setiap harinya.

"Maaf ma, Adith punya urusan lain!" jawab Adith mengecup kening ibunya sebelum mengikat sepatunya meninggalkan rumah.

"Bukankah kamu selalu menunggu Alisya sadarkan diri? sudah sebulan berlalu sejak dia tak sadarkan diri dirumah sakit karena pendarahan serta tekanan yang dialaminya waktu itu. Mama tau kamu selalu menyalahkan dirimu karena kejadian itu, tapi Alisya sangat menginginkan kehadiranmu saat ini" Kalimat yang dilontarkan oleh ibunya sejenak menggerakkan hati Adith. Namun saat ini Adith belum memiliki cukup keberanian untuk melihat wajah Alisya.

"Kamu yakin tidak ingin pergi melihat Alisya?" Ayah Adith bertanya sekali lagi untuk memastikam keputusan Adith.

Tanpa menjawab pertanyaan ayahnya, Adith berbalik dan tersenyum menyalami keduanya.

"Adith pergi dulu yah, mama sama bapak jangan lupa makan! Adith akan pulang cukup larut jadi tidak usah menunggu Adith!" Ucapnya sambil berlalu pergi memakai motornya yang sudah terparkir rapi didepan pintu gerbang rumahnya.

Adith memacu motor besarnya dengan sangat laju membelah keramaian kota yang semakin memadat disore hari karena semua orang yang berlomba-lomba ingin kembali kerumah setelah lelah dengan segala aktivitasnya seharian. Fikiran Adith terus melayang kepada kejadian dimana Alisya yang terluka parah mampu menyembunyikan rasa sakitnya dan terus masih saja menyelamatkannya dan melindungi dirinya sedangkan dirinya hanya terdiam melihat seluruh kejadian itu tanpa berbuat apa-apa.

"Sial!!!! apa setidak berguna itu diriku sampai kau harus melindungiku?" Adith memukul setir motornya dengan sangat keras sampai menimbulkan sedikit rasa keram ditangannya karena lebam. Adith terus saja memikirkan bagaimana ia selalu dilindungi oleh Alisya sejak ia kecil hingga saat ini dimana seharusnya ia telah mampu melindungi Alisya.

Ibu Adith menatap anaknya pergi dengan perasaan khawatir juga sedih. Punggung Adith sudah menghilang dari pandangannya namun ia masih belum beranjak dari tempatnya berdiri melihat anaknya pergi.

"Jangan khawatir, Adith anak yang kuat! Dan dia tau akan apa yang harus dia lakukan. Kita sebagai orang tua harus memberikan sedikit ruang baginya dan terus mendukungnya dengan sepenuh hati terlebih dengan keadaan yang seperti ini" Ayah Adith memeluk pundak istrinya dan menuntunnya masuk kedalam rumah.

"Iya pa,, Maaf karena sudah buat papa khawatir, maaf juga saya jadi kurang memperhatikan papa karena selalu sibuk merawat Alisya!" Terangnya dengan senyuman yang lembut. Ibu Adith yang mengetahui bagaimana usaha Alisya sewaktu melindungi Adith membutnya tak pernah bergeser dari ranjang Alisya karena rasa syukur serta takut akan kehilangannya lagi. Alisya sudah masuk menjadi bagian dari hati Ibu Adith sehingga ia merawat Alisya seperti anaknya sendiri.

"Saya tau kamu begitu mencintai Alisya dan sangat menyayanginya. Tapi ingat kondisimu juga, Alisya pasti takkan senang jika mengetahui kamu terlalu memperhatikannya sampai-sampai melupakan dirimu sendiri." Ayah Adith mengambilkan segelas air minum kepada istrinya. Hari itu ia meliburkan diri dari pekerjaan kantor untuk mengurus istrinya yang kelelahan karena kurang tidur selama menjaga Alisya dirumah Sakit.

"Tapi seandainya kemarin saya tidak pulang, hari ini mungkin saya bisa berada disana saat Alisya sadarkan diri." Ibu Adith kembali berbicara setelah meneguk segelas air putih sampai ludes untuk menenangkan diri.

"Kamu kan bisa melihatnya hari ini, sekarang mandilah terlebih dahulu agar Alisya senang melihatmu dalam keadaan segar. Bukan 5 L seperti sekarang ini!!!" tawa Ayah Adith melihat wajah kusam istrinya yang biasanya terlihat selalu cantik dan bersih. Keadaan ibu Adith sangat dipahami suaminya karena kekhawatiran seorang ibu kepada anaknya kadang membuatnya tidak mengurus diri dan hanya mementingkan anaknya saja.

****

Alisya tengah terduduk setengah bersandar memandang kearah jendela saat Ibu Adith masuk kedalam ruangannya. Alisya yang semula berada diruang yang penuh dengan peralatan yang membantunya melewati masa kritisnya kini telah berada diruang yang lebih nyaman dan luas dengan hanya selang infus yang masih melekat ditangannya.

"Kamu sendirian? tidak ada yang menjagamu?" ibu Adith menyerbu masuk saat melihat tak ada satupun orang yang berada diruangan tersebut sembari meletakkan bunga dan buah yang ia bawa.

"Tante, Om,!!!" Alisya langsung memperbaiki posisinya ketika melihat Ayah dan Ibu Adith masuk menghampirinya. Ia bermaksud untuk menyalami keduanya namun dihentikan oleh Ayah Adith dengan suaranya yang berat dan wibawa.

"Kau sudah terlihat lebih segar sekarang!!! Tidak usah memaksakan diri, duduklah dengan nyaman." Sapa Ayah Adith dengan penuh senyuman khas seorang ayah.

"Iya om terimakasih, tadi ada Ayah bersama nenek disini tapi mereka semua Alisya suruh keluar karena wajah mereka kusam dan jelek! Butuh usaha sih untuk membuat mereka segera pergi membersihkan diri,,," Alisya tertawa cekikikan melihat ekspresi Ayah dan neneknya sewaktu Alisya baru saja sadar dan langsung mengomentari wajah Ayah dan neneknya.

"Kita bisa sehati yah? Om juga tadi langsung mengomentari wajah Ibu Adith karena terlihat kusam dan jelek!" senyum Ayah Adith dengan mengerling nakal kearah Alisya yang disambut tawa cekikikan Alisya yang tak menyangka kalau Ayah Adith yang berkesan tegas penuh wibawa ternyata bisa juga bercanda dengan baik.

"hahahahaha, bagus Om!!! Om memang mantuuull" Alisya menaikkan jempolnya dengan senyuman lebar yang mengukir di wajahnya yang pasih.

"Plakkk... anak ini, sudah sebulan baru sadar kau hanya bisa mengatakan itu??? apa kau tidak tau kalau kami sangat mengkhawatirkan dirimu??" Ibu Adith memukul Alisya pelan karena kesal melihat wajah sumringah Alisya yang tampak seolah tak terluka parah dan tak pernah mengalami kejadian mengerikan sebelumnya.

"Tante,, orang lagi sakit masa dipukul sih.. harusnya kan dimanja-manjain begituhh" seru Alisya protes mengelus bahunya yang tak merasakan sakit namun sengaja berakting manja untuk menarik perhatian ibu Adith.

"Ohh... jadi kamu bisa merasakan sakit yah??? sini tante tambahin lagi biar kamu tau gimana rasanya sakit!!! ini rasain yang ini, ini juga, ini lagi..." ibu Adith menghujani Alisya dengan banyak cubitan-cubitan lembut yang membuat Alisya tertawa karena geli.

Melihat ekspresi wajah istrinya yang terlihat bahagia dan tertawa membuat ayah Adith pun ikut tertawa karenanya. Rasa syukur didalam hatinya tak pernah habis karena Alisya telah membawa sebuah sinar di kehidupan mereka dan keselamatan Alisya adalah sebuah keajaiban yang tak pernah disangkanya.