Chapter 154 - Garis Tangan

"Membunuhmu??? oh tidak, tidak! Aku tidak suka melakukan dengan cara yang cepat, aku suka dengan permainan tarik ulur! Apalagi ekspresi kesakitan dan memohon maaf kepadaku. Aku sudah tidak sabar ingin melihat bagaimana ekspresi dari seorang Alpha menderita dan memohon kepadaku". Ekspresi wajahnya membuat Alisya mual. Ia terlihat seperti seorang psikopat berbahaya yang menyukai hal-hal berbau sadis. Alisya merasakan ancaman darinya.

"Membunuh bukanlah soal Nafsu ataupun kekerasan belaka, tetapi ini soal rasa ingin memiliki. Dan aku begitu terobsesi dengan dirimu!" tambahnya lagi.

"Oh iya, apa kamu tau apa maksud dari omega???" tanyanya dengan penuh antusias mendekat ke arah Alisya.

"Kode Alpha yang diberikan padaku sebagai adalah sebagai tanda bahwa akulah orang pertama yang mampu melewati serangkaian tes dan lolos dalam tiap tahap pelatihan dengan nilai sempurna. Alpha dalam bahasa Yunani memiliki arti Yang Pertama dengan demikian Omega yang kau maksudkan jika dalam bahasa Yunani adalah Yang Terakhir" terang Alisya dingin tanpa menjauhkan posisinya dari perempuan itu.

"Ummhh,,,, tidak salah aku mengagumimu, kau sangat luar biasa. Tidak hanya kemampuan tapi juga kecerdasan kau menjadi yang paling utama. Semua yang kau katakan itu benar, Kau yang Pertama dan Aku yang Terakhir bukankah kita adalah pasangan yang cocok?" Desahan nafasnya berat sambil menggenggam erat tangan Alisya. Tangannya dingin dan memiliki garis tangan yang cukup dalam dan sedikit tebal dan halus. Garis tangan seorang pembunuh profesional pada umumnya.

"Wah,,, garis tanganmu tipis dan terlihat biasa. Jadi benar kau keluar dari Organisasi tanpa membunuh satu orangpun? kau hanya mampu melumpuhkan mereka dan tidak memberikan mereka luka yang cukup fatal. Apa kau benar Alpha? aku kecewa kau tidak membunuh sama sekali, aku bahkan harus membunuh satpam rumah sakit ini karena tidak di izinkan masuk!" jelasnya dengan nada santai sambil terduduk memperhatikan garis tangan Alisya dengan sangat dekat.

"Apa yang kau inginkan sebenarnya??" Alisya melepaskan genggaman tangannya dengan risih.

"Kau sangat mengecewakan, kau bahkan tak tertarik kepadaku. Apa karena pria yang tadi keluar dari kamarmu?" Ucapnya mengeluarkan aura membunuh yang sangat kuat dengan desiran yang cukup menganggu telinga Alisya.

"Apapun yang ingin kau lakukan, aku takkan biarkan kau mengambil panggungmu dihadapanku. Dan kau takkan mendapatkan apapun!!!" tegas Alisya tetap menekan Auranya dengan sangat baik.

"Yah, begitu. Aku suka seperti itu! Sesuatu yang penuh dengan kesulitan itu sangat menggairahkan, permainan tidak akan seru jika diselesaikan dengan mudah!" ekspresi wajahnya kembali merasakan gairah yang membucah ruah.

"Kau akan merasakan akibatnya!!!" Nada Alisya pendek dengan suara yang dalam dan redup.

Tubuh omega sedikit bergetar mendengar ucapan Alisya karena penasaran dengan aura kosong yang terus terpancar dari tubuh Alisya sedangkan ia terus saja memancingnya dan mengeluarkan Aura membunuh yang mampu menundukkan seekor banteng karenanya.

"Apakah itu sebuah peringatan???" senyumnya masih dengan tatapan penuh gairah.

"Tentu saja tidak. Oh maafkan aku, anggap saja itu sebagai nasehat dari seorang senior kepada Juniornya!" senyum Alisya lembut dan hangat.

"Aku malah berharap jika kau memberikanku sebuah peringatan, karena kedatanganku kemari bukan hanya untuk melakukan reuni ataupun sebagai perkenalan dari seorang junior". Ia kembali terduduk disofa dengan angkuh dan seksi.

"Seperti yang kau katakan, jika kau adalah yang Pertama maka Aku yang Terkahir. Yang artinya akulah yang akan membunuhmu dan menghapus mu dari dunia ini. Bukan hanya dirimu tapi juga semua orang yang berada dekat denganmu, aku akan menghabisi mereka satu persatu secara perlahan-lahan sampai kau merasakan penderitaan itu dengan semaksimal mungkin!!!" kali ini tatapan serta nada suaranya menghasilkan tekanan yang sangat besar didalam ruangan itu yang membuat Alisya merasakan sesak didadanya dan gendang telinganya.

"Dan aku akan menjadi orang pertama yang akan menghentikanmu!!!" Alisya berusaha meloloskan diri dari tekanan yang dibuatnya.

Tepat saat ia memindahkan posisi kakiknya suara kakek dan nenek Alisya yang sedang mengobrol di luar terdengar mendekat.

"Sepertinya pertemuan kita harus berakhir disini, kita akan bertemu lagi dalam waktu dekat. Sampai saat itu, aku harap kau sudah cukup siap! senyumnya melangkah ke jendela kamar Alisya.

"Siapa namamu? Omega hanyalah kode buatan Organisasi saja dan kau tentu memiliki nama. Aku Alisya meski kau mungkin sudah mengetahuinya!" Alisya berdiri tegap tepat dibelakangnya yang sudah mengambil posisi dijendela.

"puffttt,, hahahahaha... kau lucu sekali, bisa-bisanya kau menanyakan nama musuhmu. Apa itu sangat penting kau cukup aneh yah?" ucapnya menghadap Alisya dengan tubuh yang sudah berada diluar jendela.

"Baiklah... Orang-orang biasa memanggilku Zyn. Kurasa kau juga bisa memanggilku dengan itu!!!" Seketika ia menjatuhkan dirinya kebawah dan menghilang dibalik gedung rumah sakit.

Alisya menghampiri jendela dimana ia melihat Zyn yang melompat tersebut bergelantungan pada tali lalu menghilang dibalik gedung rumah sakit. Caranya bergelantungan sangat profesional karena melihat gerakannya yang lincah dan santai melewati barisan jendela pintu rumah sakit yang setengah terbuka.

"Orang-orang???" Alisya tersenyum mengingat perkataannya yang tak diduga. Dia begitu terbiasa membunuh orang lain namun masih tetap menganggap keberadaan orang lain.

Alisya tidak menganggap semua tingkah dan perkataannya sebagai ancaman, namun Alisya malah merasa iba padanya. Alisya menganggaap bahwa dia juga seorang korban yang dimanfaatkan oleh organisasi dan Alisya paham betul akan apa yang dirasakannya. Alisya menganggap bahwa Zyn tentu saja merasa iri padanya karena mendapatkan kehidupan normal yang selalu di inginkan oleh semua orang yang berada dibawah pelatihan Organisasi.

"Aku berharap, aku bisa membuka hatimu dan menyelamatkanmu suatu hari nanti!" Ucap Alisya melemparkan pandangannya keseluruh pemandangan kota yang terlihat dari jendela kamarnya. Dari atas itu pula ia bisa melihat dan mendengar mobil polisi yang sudah berkumpul di sekitar Pos Satpam.

"Apa yang kau lihat???" tanya kakeknya masuk kedalam ruang Alisya bersama dengan neneknya.

"Jadi apa yang sudah dilakukannya dikamarmu?" neneknya terlihat santai menaruh beberapa keperluan yang bisa ia gunakan untuk mengumpulkan pakaian dan barang-barang Alisya selama berada dirumah sakit.

"Nenek memang luar biasa!!! Selalu Jeli dan Peka. Tak ada yang penting, hanya sebuah pertemuan antara senior dan junior." Ucap Alisya tersenyum manis memeluk neneknya.

Nenek Alisya paham betul kalau sebenarnya sudah terjadi perang dingin diantara mereka namun melihat sikap santai Alisya, neneknya merasa kalau Alisya tampak lebih santai dalam menghadapinya yang berarti Alisya punya rencana tersendiri sehingga ia tak perlu terlalu mengkhawatirkannya dan tetap memberikan dukungan penuh padanya.