Chapter 155 - Kereta Bawah Tanah

"Jadi kau juga disini? Aku pikir kamu akan menjemput Alisya dirumah sakit pagi ini" Adora menatap Karin dan Ryu secara bergantian. Adora mengira kalau keduanya mungkin akan bolos hari ini demi menjemput pulang Alisya.

"A chan tidak mengizinkan kami membolos hanya untuk menjemputnya maka dari itu dia mengambil jadwal keluar siang karena ada beberapa pemeriksaan yang harus dia jalani untuk memastikan kalau kondisinya baik-baik saja!" Akiko muncul disamping Karin dengan suasah payah untuk bisa berbicara kepada Adora dengan lebih leluasa.

"ohh.. seperti itttuh???" Adora semakin terdorong merapat karena semakin banyaknya orang yang masuk.

Hari itu karena adanya demo membuat beberapa jalur lalu lintas yang harus dilalui oleh mereka menuju ke sekolah mereka mengalami pengalihan dan juga penutupan jalan sehingga sebagian besar dari mereka terpaksa menggunakan kereta bawah tanah sebagai angkutan untuk bisa tiba ke sekolah tepat waktu dibanding mengambil jalan memutar yang cukup jauh.

Kereta bawah tanah seketika penuh oleh banyaknya siswa siswi dan berbagai sekolah dan juga para pekerja yang berlomba satu sama lainnya untuk bisa datang tepat waktu ketempat kerja masing-masing.

"Oh, kalian disini?? bagaimana mungkin kita bisa berkumpul digerbong yang sama hari ini?" Beni masuk bersama Rinto dan juga Yogi sembari menjaga Emi serta Feby agat tidak terhimpit oleh banyak orang.

"Aku seperti sedang dalam kondisi Dejavu!" Akiko berkata dengan susah payah karena keadaan semakin sempit.

"Bukankah harusnya kau sudah terbiasa? Dijepang seperti ini kan?" tanya Karin menarik lengan Akiko agar bisa mendekat kepada dirinya.

"Justru saat hari kerja, jepang lebih padat dibanding dengan saat ini." Terang Ryu yang membalikkan badannya dan menyandarkan tangannya menghalangi kerumunan orang yang membuat Akiko dan Karin bisa berdiri lebih leluasa berkat Ryu.

Melihat perlakuan Ryu, Rinto merasakan panas yang cukup membara dihatinya. Hal yang sama yang sedang di alami oleh Karin dimana dia bahkan harus menahan nafas karena posisinya yang lebih dekat dengan Ryu dibanding Akiko.

"Ouchhh,, aku merasakan tingkat rasa iri sekaligus cemburu yang sangat tinggi menekan hati dan perasaanku melihat kau hanya melindungi mereka berdua saja Ryu!!!" Adora melepaskan tangannya memukul bahu Ryu karena kesal yang membuatnya langsung terpental karena dorongan beberapa orang.

Adora yang menutup mata dan melindungi kepalanya yang hampir terbentur tiang penyangga kereta tidak merasakan apapun melainkan pada bagian perutnya ada telapak tangan hangat yang sedang menopang tubuhnya dari belakang.

"Jangan melepaskan genggamanmu jika dalam keadaan seramai ini!" Zein tidak bermaksud untuk tidak sopan pada Adora, namun jika dia tidak memegang perutnya maka tentu saja Adora akan mengalami benturan yang tidak terelakkan yang dapat melukai dirinya sendiri.

"Oke,, sekarang kami berdua semakin panas!!! Kenapa pemandangan indah ini merusak moodku sih!" Emi mendengus kesal melihat tingkah mereka.

"hahahaha, Aku seperti sedang menonton drama Korea saat ini" Riyan tertawa melihat apa yang sedang terjadi.

"Apa yang kau lakukan???" Emi bertanya dengan malas saat melihat beni sekarang beralih mencoba melindungi dirinya.

"Aku hanya ingin melakukan tugasku sebagai seorang laki-laki!" terang Beni dengan tatapan bangga.

"Jangan bercanda!!!" Emi meninju kuat perut Beni yang berlagak sok keren dihadapan mereka.

Mereka tertawa riuh melihat Beni yang gagal melakukan aksinya untuk terlihat keren. Kereta yang tiba di stasiun berikutnya sedikit melonggarkan posisi mereka sehingga bisa bernafas dengan cukup baik namun hal itu tidak lama karena orang-orang yang masuk kedalam kereta justru lebih banyak dari yang biasanya.

Kereta mereka yang harus berhenti pada stasiun berikutnya membuat mereka terpaksa harus bertahan dalam situasi yang padat seperti itu. Berbeda dengan sebelumnya mereka sudah mendapatkan kursi untuk bisa duduk dengan nyaman dibanding sebelumnya mereka harus berdiri karena banyaknya orang.

"Sepertinya sesekali berkumpul seperti ini untuk menuju kesekolah tidak ada salahnya yah???" Gani dan Gina masuk bersama puluhan siswa siswi lainnya dari berbagai macam sekolah.

"Baru kali ini aku melihat hampir semua siswa yang biasanya terbagi oleh kasta dan tingkatan harus rela berdempetan untuk mendapatkan tempat di satu angkutan umum yang sama. Biasanya kita bisa bisa duduk dengan nyaman di kursi mobil mewah masing-masing!" lanjut Gina menambahkan.

"Sesekali seperti ini bisa memberikan pelajaran berharga bagi semua siswa bahwa seperti apapun mereka semuanya akan mendapatkan situasi dan tempat yang sama!" Terang Karin menggeser sedikit tempat untuk memberikan ruang bagi Gina bisa duduk.

Mereka duduk secara berdampingan dimana semua wanita sudah mengambil tempat dengan nyaman begitu pula para laki-laki yang berada tak jauh dari sisi mereka hanya dibatasi oleh tiang penyangga kereta.

"Kar, lihat apa yang sedang dilakukan oleh pria itu!" Feby mencolek Karin dan menunjukkan seseorang dengan matanya.

Karin serta yang lainnya menoleh kearah yang ditunjukkan oleh Feby dan melihat kalau Pria itu terlihat sedang menaruh ponselnya dibawah yang mengarah masuk kedalam Rok seorang wanita yang tampak berprofesi sebagai pekerja kantoran.

"Breng...." baru saja Karin ingin melabrak pria tersebut Ryu sudah berdiri dan memberikan tempat duduknya kepada wanita tersebut lalu mengambil handphone si pria dan membantingnya dengan kasar.

"Hei,, apa yang baru saja kau lakukan hah? Dasar penjajah brengsek balik sana kenegaramu itu kau tak diterima di Indonesia!!!" ucapnya membentak Ryu dengan kasar yang membuat semua orang menatap Ryu dengan penuh amarah ketika melihat Ryu dengan sengaja membanting handphone milik pria itu.

"Apa ini cukup???" Zein melemparkan beberapa lembar uang pecahan 100 ribu tepat diwajah pria itu.

"Indonesia juga tidak butuh seorang sampah sepertimu yang dengan busuknya melakukan hal tak senonoh kepada seorang perempuan!!!" Zein berbalik acuh menarik Ryu agar tidak meladeninya.

"Memangnya siapa yang kau maksud sampah? Dia yang sudah membanting HP ku, apa kau mau berkhianat dengan membela penjajah Indonesia hahh???" bukannya sadar diri pria itu malah semakin bringas dan tak tahu diri. Dia memegang kerah Ryu dengan kasar dan bersiap-siap menaikkan tinjunya.

Semua orang menatap benci kepada Zein dan Ryu karena tak mengetahui kejadian yang sebenarnya.

"Sudah cukup kami menyelesaikan semuanya dengan damai dan sepertinya kau orang yang tak tahu diri" Riyan menahan Tinju yang akan dilayangkan olehnya. Ryu bukannya tidak bisa menghindari atau menghadapinya namun ia sengaja memilih diam untuk tidak menimbulkan kesalah pahaman lagi.